Connect with us

Feature

Iman Brotoseno, Doni Monardo, dan Peristiwa Los Palos

Published

on

Jayakarta News – Kedatangan Dirut LPP TVRI yang baru, Iman Brotoseno ke markas Gugus Tugas Covid-19, hari ini (1/6/2020), membangkitkan memori lama Doni Monardo, ke era sekitar 30 tahun silam, tepatnya tahun 1993. Saat itu, ia masih berpangkat kapten infanteri, dan bertugas di Timor Timur.

Bagaimana kisahnya?

Tersebutlah tahun 1993, sebagai prajurit Kopassus, Doni Monardo mendapat penugasan di Los Palos, 248 km dari Dili, ibukota Timor Leste, ke arah tenggara. Wilayah itu terbilang sebagai daerah merah, alias berisiko tinggi (terjadinya kontak senjata).

Siang itu Doni dan pasukan baru saja beroperasi di daerah Malolo. Mereka hendak kembali ke markas yang terletak Lautem, ibukota Los Palos. Waktu tempuh antara dua hingga tiga jam. Suasana jalanan cukup mencekam. Terbukti, di salah satu ruas jalan, rombongan terhalang satu gelondong pohon yang dipalangkan di tengah jalan.

Konvoi pasukan pun berhenti. Semua siaga penuh. Doni perintahkan anak buahnya yang asli Timor turun dan menyingkirkan batang pohon yang menghalangi laju konvoi. Semua prajurit siap dengan senjata terkokang. “Granat sudah siap di kiri-kanan,” ujar Doni Monardo, serius.

Bersyukur, tidak terjadi insiden. Pasukan bisa kembali ke markas dengan selamat. Di markas, Doni langsung rapat koordinasi dengan pasukan. Menjelang pukul 22.00 WITA, Doni berbersiap ke peraduan.

Belum lagi tubuh terbaring, sebuah ledakan terdengar cukup keras. “Saya pastikan kejadiannya pukul 22.00, karena saat bersamaan sayup-sayup saya juga mendengar musik pembuka acara Dunia Dalam Berita TVRI, yang ditayangkan setiap pukul 21.00 WIB, atau 22.00 WITA,” kata jenderal bintang tiga yang fasih bahasa Tetum itu.

Musik pembuka acara Dunia Dalam Berita TVRI sejak dulu memang sangat khas. Jika dinotasikan cukup sederhana: do-do-fa-fa-sol-sol-la. Begitu berulang-ulang, dengan tulisan “Kita Menantikan Dunia Dalam Berita pukul 21.00 WIB” di layar.

Doni yang sudah siap tidur, bergegas bangkit dan mengenakan pakaian loreng, lengkap dengan senjata yang melekat untuk tugas di medan genting. Ia meminta anak buah mengecek lokasi kejadian. Selang 30 menit, diperoleh kordinat lokasi yakni antara markas Koramil dan basecamp.

Tidak ada pasukan lain yang berani ke lapangan, kecuali pasukan Doni Monardo. Ia pun segera minta pasukannya bersiap-siap. “Pakai semua sepeda motor yang ada di sekitar markas. Satu sepeda motor, satu pengendara,” begitu instruksi Doni Monardo.

Strategi satu-motor-satu-pengendara dimaksudkan untuk menimbulkan efek “banyak”. Perbandingannya, jika 10 sepeda motor dinaiki berdua, akan menjadi 20 sepeda motor jika dinaiki sendiri-sendiri. “Saya naik mobil dinas bersama sopir. Kami menuju ke sasaran dengan kesiapan penuh,” ujarnya.

Benar. Ketika sampai di lokasi, keadaan gelap. Ia mendapati satu mobil dinas militer milik batalyon, terbalik. Beberapa sosok prajurit tergeletak. Sebagian besar sudah tidak bernyawa, sebagian lagi masih ada yang hidup.

Pasukan Doni Monardo segera bersiaga mengamankan keadaan di lokasi dan sekitar kejadian. Pasukan lainnya menangani korban. Korban meninggal dan terluka, langsung dilarikan ke rumah sakit di Los Palos. Mereka adalah korban penghadangan GPK (Gerombolan Pengacau Keamanan).

Itulah keseluruhan memori lama Doni Monardo, yang dikisahkan di hadapan Dirut LPP TVRI Iman Brotoseno beserta jajarannya, serta beberapa staf Gugus Tugas, antara lain Egy Massadiah, Tenaga Ahli BNPB dan Kapusdatinkom BNPB, Raditya Jati.

Kepala Gugus Tugas Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo, menerima Dirut LPP TVRI, Iman Brotoseno di ruang kerja lantai 10 Graha BNPB, hari ini (1/6/2020). (foto: egy massadiah)

TVRI Jaringan Terluas

Atas silaturahmi Dirut Iman Brotoseno, Doni Monardo menyambut baik. Tak lupa ia mengucapkan selamat kepada Iman Brotoseno, dan berharap semoga di bawah kepemimpinan Iman Brotoseno, TVRI bisa menjadi lembaga penyiaran publik yang tidak saja kredibel tetapi juga menjadi rujukan publik di dalam dan luar negeri.

Kekuatan jaringan yang luas, harus bisa dimaksimalkan. “Cerita saya di Timtim tadi, adalah salah satu bukti, bahwa TVRI-lah yang mampu menjangkau daerah-daerah terpencil, yang tidak mampu dijangkau stasiun televisi lain,” tambahnya.

Terkait bidang kerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo kembali menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo, yang intinya, bahwa masyarakat Indonesia harus mulai bisa berdamai dengan virus corona. Para kepala daerah harus meng-update status daerahnya.

Jika daerahnya merah, maka terapkanlah protokol kesehatan untuk wilayah merah. Jika daerahnya masuk kategori oranye, maka terapkanlah protkol kesehatan untuk wilayah oranye. Demikian pula untuk daerah dengan kategori kuning dan hijau.

“Kita tidak ingin, yang hijau jadi oranye. Kita tidak ingin yang kuning jadi merah. Dengan disiplin yang ketat yang dijalankan pemerintah dan masyarakat, kami berharap dari waktu ke waktu, daerah merah turun ke oranye. Daerah oranye turun ke kuning. Daerah kuning turun ke hijau. Lama-lama tidak ada lagi daerah merah, hilang juga daerah oranye, yang ada tinggal kuning menuju hijau. Insya Allah,” papar Doni Monardo.

Memasuki fase new normal ke depan, sekali lagi Doni meminta masyarakat mulai berdamai dengan Covid-19. Hidup berdampingan dengan covid-19 dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan menjalankan semboyan 4 sehat 5 sempurna era Covid-19.

Semboyan agar masyarakat tetap rajin cuci tangan memakai sabun, atau hand sanitizer jika bepergian. Tetap jaga jarak dan hindari kerumunan. Rajin berolahraga, istirahat yang cukup, dan tidak panik. “Terakhir, jangan lupa, makan makanan bergizi. Itulah empat sehat lima sempurna era Covid-19. Dan ingat, makanan yang baik juga termasuk obat,” pungkasnya. (Roso Daras)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *