Connect with us

Kabar

Cegah Klaster Keluarga, Penyuluh KB Digerakkan

Published

on

JAYAKARTA NEWS—–Ganasnya Covid-19 telah memberikan dampak terhadap kehidupan keluarga. Hasil Survei Daring BKKBN terhadap 20.680 keluarga di Indonesia, menyebutkan bahwa kondisi pekerjaan, kondisi keuangan keluarga dan kecukupan makanan, kondisinya semakin memburuk selama pandemi dan 95,8 persen keluarga menunjukkan kecenderungan mengalami stres.

Apalagi tanggal 9 Desember 2020 nanti, ada 19 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang sangat berpotensi terjadinya penyebaran Covid-19 secara meluas.

Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng berbagai pihak, khususnya Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur untuk mengerakkan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) untuk terus menyosialisasikan program 3 M (Menggunakan masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak).

Gubernur Provinsi Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan program nasional adalah bersatu lawan Covid-19, sedang untuk Jawa Timur adalah bergotong-royong lawan Covid. Sebab untuk melawan Covid-19 ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus bergotong-royong dan saling bahu-membahu.

“Yang harus diwaspadai adalah lahirnya cluster keluarga, apalagi ada 19 Kabupetan/Kota yang akan menyelenggarakan Pilkada serentak pada Desember nanti. Untuk itu, diharapkan Penyuluh KB bisa melakukan sinergitas dengan petugas masing-masing di kampung dan di wilayah kerjanya,” kata Khofifah dalam sambutannya pada Acara Temu Bareng Penyuluh KB Provinsi Jawa Timur di Hotel Luminor Sidoarjo, Rabu (30/9/2020).

Perempuan yang pernah menjabat sebagai Kepala BKKBN Pusat ini menjelaskan Penyuluh KB ini tugasnya multi, multi dan multi. Seorang Penyuluh KB, bagi Khofifah adalah sosok yang sangat luar biasa, sebab seorang Penyuluh KB adalah orang yang memiliki kemampuan konseling luar biasa. Masyarakat kalau sudah berkonsultasi akan lama dan bisa semua hal dikonsultasikan.

Bahkan di era digital ini, sambung Khofifah, tugas Petugas KB semakin seru, dimana muncul permasalahan baru yaitu banyaknya anak yang sudah kecanduan dengan gawai. Untuk itu, kemampuan Penyuluh KB juga harus terus ditingkatkan sebab tantangan ke depan akan semakin sulit. “Penyuluh KB ini harus sangat advance tapi sayang kurang tereksplor. Untuk itu, para Penyuluh KB harus berani untuk mengeksplor diri sendiri,” ungkapnya.

Khofifah menjelaskan menurut data yang ada, sebanyak 86 persen masyarakat sangat tahu bagaimana penyebaran Covid-19, namun 46 persen lebih mengkhawatirkan soal ekonomi dan hanya 43 persen saja yang mementingkan masalah kesehatan.

Di tempat yang sama, Kepala Perwakilan BKKB Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan selain pengaruhnya terhadap kehidupan keluarga, pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Februari 2020 telah berdampak pada program KB. Angka drop out kesertaan KB selama 6 (enam) bulan terakhir terjadi kenaikan.

Hasil laporan SR BKKBN, Bulan Juli terdapat DO KB sebesar 10,46%, angka tersebut naik 9,33 persen dari kondisi Februari 2020 sebesar 1,13 persen. Kenaikan DO KB tersebut berdampak pada meningkatkan prosentase PUS Hamil.

Untuk itu, sambung Teguh, pihaknya selalu menyerukan kepada masyarakat untuk menunda kehamilan selama pandemi saat ini. Sebab, tri semester pertama di masa kehamilan banyak keluhan dan imunitas ibu akan menurun dan ini sangat berpotensi terjadinya penularan Covid-19. (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *