Connect with us

Feature

Sensasi Berendam di Sungai Alas

Published

on

Jayakarta News – Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang. Air mengalir tiada putusnya dari hulu (sumber) ke hilir (muara).  

Indonesia dikenal memiliki banyak sungai, ada yang kecil dan besar, tersebar di berbagai pulau. Ada yang terkenal karena panjangnya yang mencapai ratusan hingga ribuan kilometer, seperti sungai Kapuas di Kalimantan Barat (1.143 km), sungai Batang Hari di Sumatera Barat dan Jambi (800 km), dan lain-lain.

Sedangkan Sungai Alas (Lae Alas; Lawe Alas) ini, adalah sungai terpanjang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sungai ini melewati kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), alirannyasampai ke Samudera Hindia. Sungai Alas berada di sepanjang Kabupaten Aceh Tenggara juga Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Selatan.

Asal nama sungai ini berasal dari Suku Alas, yaitu suku asli yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara. Penamaan sungai Alas sendiri dikarenakan sungai ini melintasi seluruh tanah di Masyarakat Alas, masyarakat setempat menamainya dengan Lawe Alas.

Hingga kami saat itu melakukan Petualangan Kecil Kutacane berkesempatan melihat secara dekat indahnya sungai Alas, dengan tekstur air mengalir deras, walaupun ada juga sisi yang tidak begitu deras. Lalu terlihat kiri-kanan dipenuhi tumbuhan liar yang memanjang sehingga mata dimanjakan dengan hijau pepohanan dan bebatuan. Bebatuan di sungai itu bahkan ada yang sangat besar, seukuran dua kali pelukan manusia dewasa. Menyentuh airnya, terasa dingin dan menyegarkan.

Lokasi Alas Internasional Rafting Championship, lokasi bermain air para Petualang Kecil Kutacane di Sungai Alas. (Foto Monang Sitohang)

Nama lokasi yang saat itu menjadi tempat kami Edy Ikhsan, Fajar, Rahmad dan Monang Sitohang bermain air yaitu Alas Internasional Rafting Championship, yang ketepatan tidak begitu jauh, mungkin sekitar 3 km dari tempat kami menginap di Thousand Hills, Ketambe. Memasuki pelataran sungai sudah ada beberapa mobil parkir, ada juga pondok-pondok dan penjual makanan dan minuman. Dan sontak kami heran, “Bah gak ada uang masuk dan parkirn ya?” ujar salah seorang di antara kami.

Setelah mendekati air sungai kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Fajar, yang langsung duduk lalu merendamkan kaki di air, lalu disusul “Ayah” Edy Ikhsan. Mereka berendam menikmati dinginnya air sungai Alas. Sedangkan aku tidak ikut berenang, hanya melihat-lihat dan sesekali membasuh wajah.

Tampak sore itu sekelompok anak dari sisi seberang dengan posisi kami. Mereka benar-benar menikmati bermain air di sungai Alas, ada yang terlihat salto, lompat lalu temannya dari seberang teriak, dan kejebur di sela riak air yang mengalir deras. Dan ternyata anak-anak melawan arus untuk meraih atau menyeberang ke posisi teman-temannya. Kemudian tampak juga sekelompok wanita sedang berenang dan berendam. Pemandangannya, bak menyaksikan bidadari berendam di sungai.

Waktu bercengkerama di Sungai Alas pun habis. Kami keluar dari lokasi. Sampai simpang masuk lokasi yang seharusnya belok ke kanan tetapi atas kesepakatan bersama putar kiri ingin melihat-lihat. Ternyata semakin dipacu mobil posisi jalan semakin menanjak dan menikung taham, dan yang ditelusuri adalah kawasan hutan Lauser. Akhirnya kami memutar arah karena hari kian gelap, tetapi begitu mencari tempat putaran mobil justru tampak warung.

Ternyata tempat itu dinamakan Puncak di kawasan hutan Leuser, dan kami pun singgah sambil memesan bakso. Lalu berkesempatan bincang-bincang dengan masyarakat setempat. Puncak ini termasuk tempat favorit wisatawan yang melakukan hicking untuk menelusuri hutan Lauser. (Monang Sitohang)

Situasi sore itu Rahmad dan Fajar sebelum berenang. (Foto. Monang Sitohang)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *