Connect with us

Histori

Sejarah Kue Keranjang Selalu Hadir dan Disajikan Setiap Perayaan Imlek

Published

on

Kue keranjang atau nian gao perlambang keberuntungan dan kemakmuran setiap tahun. (lottemart.co.id)

JAYAKARTA NEWS – Di antara hidangan khas Imlek, satu yang tidak pernah ketinggalan adalah kehadiran kue keranjang atau kue bakul.

Kue keranjang awalnya ditujukan untuk persembahan sembayang umat Konghucu.

Dalam perkembangannya, masyarakat Tiongkok selalu menyajikan kua keranjang di perayaan imlek.

Berikut fakta dan sejarah menarik kue yang mirip dodol ini.

Simbol keberuntungan
Kue keranjang atau dalam bahasa Mandarin, Nian Go, hanya disajikan setahun sekali, yakni di perayaan Imlek.

Nian artinya tahun dan gao artinya kue yang kadang terdengar seperti kata tinggi.

Karena itu kue keranjang selalu disusun bertumpuk untuk menyimbolkan bertambahnya rejeki atau kemakmuran.

Dulu semakin tinggi tingkat dari kue keranjangnya, semakin makmur pula keluarga tersebut.

Sebagai sesaji
Pada awalnya dipercaya kue keranjang dibuat untuk menyenangkan Dewa Tungku atau Cau Kung Kong.

Diharapkan dewa ini akan memberikan laporan yang baik pada Raja Surga atau Giok Hong Siang Teng.

Sehingga Raja Surga memberikan banyak kemakmuran pada keluarga yang merayakan Imlek.

Kue keranjang diletakkan pada altar persembahan saat upacara sembayang leluhur.

Kemudian di tujuh hari sebelum imlek dan puncak malam perayaan imlek.

Kue keranjang tidak akan dimakan sampai perayaan Cap Go Meh atau malam ke 15 setelah tahun baru Imlek.

Makanan cadangan perang
Ada versi lain sejarah kue keranjang ini.

Dipercaya kue ini dari daerah Suzhuo sejak 2.500 tahun lalu di mana Tiongkok masih berupa beberapa kerjaan.

Suzhou yang merupakan ibu kota kerajaan Wu membuat benteng untuk melindungi dari musuh.

Di saat itu juga dikhawatirkan akan terjadi erang besar.

Salah satu perdana menterinya, Wu Sizu, memberi pesan yang sangat mengejutkan.

Yakni, bila terjadi sesuatu dan kota kehabisan pasokan makan, agar menggali lubang di bawah tembok benteng.

Dan, benar saja ketika negara kehabisan makanan karena dikepung, mereka menggali tembok.

Di situ ada banyak tumpukan kue keranjang yang sengaja disimpan sebagai cadangan makanan.

Sejak saat itu setiap tahunnya orang-orang membuat kue keranjang untuk mengenang jasa Wu Sizu.

Industri lokal
Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dicampur gula. Teksturnya kenyal dan lengket, mirip dodol.

Untuk membuat kue ini membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama.

Sejak Imlek dirayakan secara nasional, produksi kue keranjang semakin meningkat.

Di Indonesia sendiri kue keranjang menjadi sebuah industri lokal.

Beberapa daerah produsen kue kerangjang, yakni Tangerang, Bogor, Sukabumi, Pontianak, Semarang, dan Yogyakarta.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement