Connect with us

Kesehatan

Minyak Ganja: Obat Manjur?

Published

on

Daun Ganja ternyata bisa diproses menjadi Minyak Ganja yang sama sekali tidak akan menyebabkan anda ‘teler’, secara ilmiah disebut CBD, yang digunakan untuk berbagai pengobatan mulai dari kejang-kejang akibat epilepsi, kecemasan sampai rasa sakit dan insomnia. Minyak Ganja ini bisa berbentuk cairan di botolan, kapsul, bahkan permen.

Epidiolex, obat yang mengandung Minyak Ganja, baru-baru ini sudah disetujui oleh lembaga obat-obatan Amerika (US Food and Drug Administration atau FDA) untuk digunakan mengobati kejang-kejang, yang berkaitan dengan dua bentuk langka penyakit Epilepsi. Riset-riset lanjutan juga menganjurkan obat ini bisa digunakan untuk penyakit-penyakit lainnya.

Lalu apa itu Minyak Ganja atau CBD? Cannabidiol atau CBD alias Minyak Ganja adalah senyawa kimia yang diperoleh dari ekstrak tanaman Ganja. Namun tidak seperti delta-9-tetrahydrocannabinol atau THC, bahan kimia yang ada di Ganja dan membuat orang, yang menghisapnya, jadi ‘teler’. Minyak Ganja atau CBD sama sekali tidak membuat anda ‘teler’.

Minyak Ganja atau CBD dengan THC memberi efek sangat berbeda, menurut peneliti Ganja, Joshua Kaplan, dari Universitas Western Washington. THC memberi efek pada sistem syaraf di ‘cannabinoid receptor’, sedangkan CBD diketahui mentargetkan 65 poin di tubuh dan otak, jelasnya.

Misalnya, CBD memberi efek obat anti-depresan, “Jika anda mencoba mengobati rasa kecemasan, sistem serotoin menjadi penting,” tambah Kaplan. Kemampuan Minyak Ganja mempengaruhi otak dan tubuh memberi potensi besar untuk mengobati berbagai penyakit dari infeksi, migran, sampai kepada kerusakan otak, jelas Kaplan.

Namun tidak berarti bahwa Minyak Ganja bisa mengobati segala penyakit. Saat ini ada riset-riset yang menggunakan Minyak Ganja atau CBD untuk mengobati beberapa tipe epilepsi, sementara informasi lain mengenai penggunaan Minyak Ganja berasal dari studi kecil, laporan-laporan kasus, dan bisa juga dari cerita-cerita saja, ujar Timothy Welty, profesor praktek farmasi dan ketua Departement of Clinical Sciences di Universitas Drake di Des Moines, Iowa.

Menurut Welty, pengaobatan dengan Minyak Ganja juga rawan terhadap efek placebo — efek psikologis merasa sudah baik tapi sebenarnya tidak menyembuhkan sama sekali. “Pengobatan ini sering tidak bisa diulang. Situasinya adalah pengobatan dan efek Minyak Ganja tidak dikontrol dengan baik dan belum menghilangkan semua faktor-faktor yang berpotensi mengacaukan hasilnya. Karena itu, belum bisa dipandang pengobatan telah memiliki bukti kuat efektif sebagai obat.”

Selain itu, skala terbatas riset Minyak Ganja atau CBD menjadikannya sukar untuk mendeteksi efek samping, interaksi dengan obat lain dan potensi masalah lainnya, karena pasien yang dilibatkan masih sedikit, tambah Welty.

Disisi lain, banyak orang sudah tidak sabar menunggu hasil penelitian ilmiah atau persetujuan FDA mengenai pengobatan menggunakan Minyak Ganja atau CBD. Mereka langsung bereksperiman sendiri untuk mencoba langsung dan melihatnya apakah penyakitnya bisa disembuhkan.

Namun eksperimen sendiri ini sangat mengkuatirkan peneliti seperti Kaplan. Dia menjelaskan perbedaan kondisi penyakit juga berarti perbedaan dosis Minyak Ganja. “Bentang dosisnya cukup sempit,” terangnya.

Mengenai dosis ini, contoh dari riset di Brasil mengenai upaya mengurangi kecemasan, yang berkaitan dengan berpidato dihadapan banyak orang. Para peneliti memberi dosis berbeda kepada 57 laki-laki. Mereka menemukan dosis sebanyak 300 miligram berhasil mengurangi kecemasan secara signifikan. Namun mereka yang memperoleh 150 atau 600 miligram tidak menunjukkan perubahan penting.

Kaplan menjelaskan bagi siapa saja yang ingin menggunakan Minyak Ganja untuk pengobatan, “Strategi terbaik adalah gunakan perlahan-lahan, dan tingkatkan dosis pelan-pelan.”

Itu di Amerika, lalu bagaimana di Indonesia. Sampai hari ini belum ada kabar mengenai kemungkinan menggunakan ekstrak Ganja, yang diolah menjadi Minyak Ganja dan hanya mengandung CBD. Daun Ganja sendiri mengandung berbagai senyawan kimia, sebagian memabukkan yang disebut THC dan sebagian sama sekali tidak memabukan, diantaranya, CBD itu.

Sumber informasi: health.howstuffworks.com dan theconversation.com

Continue Reading
Advertisement
1 Comment

1 Comment

  1. Patrick Schmegner

    October 12, 2020 at 9:24 pm

    Dear webmaster,

    I hope you are well?

    First of all, I would like to point out that there is no need to delete anything. All I ask for is a small update.

    We noticed you used one of our images from our Flickr page:

    https://www.flickr.com/photos/vaping360/24281909498/in/album-72157685705737461/

    Our image is used in following article/post:

    https://jayakartanews.com/minyak-ganja-obat-manjur/

    We notice you do not use any attributions for using our image. Could you please attribute the image in accordance to the instructions outlined on our Flickr page?

    From our Flickr page on attribution: “If you use this image please credit to
    http://vaping360.com/cbd-oil-cannabidiol-hemp-oil/
    using a do-follow hyperlink”. If you cannot hyperlink in the picture credit, please leave a do-follow hyperlinked credit at the bottom of the article/post instead.

    If you do have any questions, please do not hesitate to get in contact with me.

    Thank you for using our picture and feel free to use any of our other vaping images in the future using the correct attribution.

    Thank you very much.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *