Connect with us

Feature

Ketika Para Napi Yogya Main Drama, Hasilnya “Kerta Baya Ambyar”

Published

on

Akrami (Ana Ratri) menarik lengan Kerta Baya (Unggul Susetyo) ke luar panggung. (foto: rakhmat s)

YOGYAKARTA – Drama pendek berjudul “Kerta Baya Ambyar” karya J. Agus Susatya, seorang warga binaan, dipentaskan di Lapas Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta, 8 Juni 2024. Para pemainnya adalah warga lapas yang memahami kehidupan di dalam lapas, sehingga bisa meluncurkan sindiran-sindiran lucu.

Pertunjukan makin riuh dengan terlibatnya Ana Ratri, satu-satunya pemain dari luar lapas. Ana dikenal sebagai penulis dan penggiat teater lulusan ASDRAFI Yogyakarta.

Diawali adegan Kerta Baya (diperankan Unggul Susetyo) tengah bercengkerama dengan istrinya yang muda dan cantik Endang Siwipeksi (diperankan napi pria bernama Dedi Risdianto). Endang dinikahi dengan surat nikah palsu buatan Wahyu (penghuni lapas yang ikut nonton pertunjukan). Mendadak datang Akrami, perempuan setengah baya, janda paruh waktu kekasih Kerta Baya yang sudah setahun lebih tidak bertemu.

Dialog dan akting warga binaan mengundang tawa riuh penonton. (foto: rakhmat s)
Ana Ratri mengajak penonton ikut bermain dalam drama berdurasi 20 menit ini. (foto: rakhmat s)

Mengocok Perut

Kehadiran Akrami yang diperankan Ana Ratri membuat gaduh suasana, tidak hanya di panggung tapi juga di area penonton. Kepiawaian Ana Ratri berinteraksi dengan audiens berhasil mengocok perut tak henti-henti sejak awal hingga akhir pertunjukan.

“Setahun lebih aku mencari kamu mas Boyo, jebul sama perempuan ondel-ondel… Huh…! Dasar mulut 378 tidak bisa dipercaya…!”  Kata Akrami disambut tepuk tangan riuh dan teriakan-teriakan penonton yang tak kalah lucu. Sebutan 378 sudah tidak asing bagi warga binaan. Kebetulan pemeran Kerta Baya adalah salah satu pelanggar Pasal 378 KUHP, kasus penipuan.

“Dulu aku memang mencintai kamu, Akrami. Tapi sekarang sudah ada yang lebih cantik dan muda, namanya Siwipeksi,” kata Kerta Jaya kalem.

Spontan Akrami bertanya pada penonton, “Penontoooon…. Apa perempuan ondel-ondel ini cantik?” Serentak penonton merespon dengan aneka komentar lucu. “Lha wong kakinya saja ditumbuhi bulu…,” kata Akrami sambil memegang kaki Siwipeksi (Dedi Risdianto).

Akrami melanjutkan dialognya dengan wajah sinis, “Namanya saja Siwipeksi. Siwi artinya kecil, peksi itu burung. Berarti burung dia kecil ya…?” Penonton pun riuh tak terbendung.

Akrami kembali mendekati Kerta Baya. Dengan marah dia menarik lengan Kerta Baya turun dari panggung, mendekati penonton. “Pokoknya kamu akan aku laporkan ke polisi, biar ditangkap dan dipenjara…!”

Dengan santai Kerta Baya menjawab, “Ya silakan dilaporkan polisi, lha wong aku sudah mendekam di sini….” Penonton pun serempak tertawa.

Fragmen “Kerta Baya Ambyar” yang disutradarai Jati Suryono (Bimker) ini diakhiri dengan teriakan-teriakan penonton yang mengejutkan Kerta Baya saat berpelukan dengan Siwipeksi. Adegan pelukan berhasil memancing tawa penonton. Kerta Baya seketika dikejutkan oleh teriakan-teriakan petugas (penonton), “Banguuun…., banguuun… heee, banguuun….!”

Kiri: Luis tampil membawakan dua puisi yang dilagukan. Kanan: Penyair perempuan Ami Simatupang didaulat membacakan puisi karya napi. (foto-foto: rakhmat s)
Penonton terhipnotis mendengarkan syair Luis, kisah yang dialami oleh hampir semua warga lapas. (foto: rakhmat s)

Pertama Kali

Pentas kolaborasi penghuni lapas dengan seniman Yogyakarta di luar lapas ini baru pertama kalinya dilakukan. Dihadiri tak kurang dari 50 penonton, termasuk 8 orang seniman dari luar, seperti Sutirman Eka Ardhana, Godod Sutejo, Ami Simatupang, Rakhmat Supriyono, Mahmud Elqadrie, Ana Ratri, Kumbo Adhiguno, dan Rina Nikandaru.

Menurut Mahmud, sebuah pertunjukan teater atau drama bisa dikatakan berhasil jika penonton bisa memahami pesan yang disampaikan. “Tadi penonton tidak hanya paham, tapi ikut bermain,” tandas Mahmud.

Lebih lanjut Mahmud mengatakan, para pemain sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Terbukti tadi pemain maju dan turun dari panggung mendekati penonton. “Pemain yang kurang percaya diri cenderung mundur ke belakang panggung,” kata Mahmud.

Kepala Lapas Wirogunan Soleh Joko Sutopo berpendapat, mereka tidak berimproviasi, tetapi sedang memerankan diri sendiri. Menurut Soleh, orang yang sudah bisa menertawakan dirinya sendiri seharusnya sudah mampu memahami makna hidup. Nah, orang-orang yang berada di sini tadi sudah menertawakan dirinya sendiri.

Kalapas Soleh Joko Sutopo berdialog dengan beberapa seniman Yogyakarta. (foto-foto: rakmhat s)

Ubah Image LP

Usai acara, Soleh meluangkan waktu untuk benbincang dengan para seniman dan budayawan. Dia menyampaikan keinginannya untuk merubah image masyarakat tentang Lembaga Pemasyarakatan yang selama ini terkesan menyeramkan. “Ya seperti inilah keadaannya sekarang,” ungkap Soleh sambil memperlihatkan lingkungan lapas yang bersih dan asri.

“Sampaikan kepada masyarakat bahwa kondisi lapas Yogyakarta sekarang sudah seperti ini. Harapannya masyarakat bisa berperan aktif dalam hal yang positif,” pesan Soleh pada para seniman yang hadir. Soleh berharap para seniman Yogyakarta bisa bersinergi, mendorong warga binaan dalam mengekspresikan dirinya.

Sementara Jati Suryono, Kasubsi Bimker Lapas Kelas IIA Yogyakarta, menyampaikan keinginanya untuk melanjutkan kolaborasi Lapas Wirogunan dengan seniman-seniman Yogyakarta. Dia mengaku telah menunjuk seorang seniman untuk membentuk satu komunitas sehingga nantinya bisa dibuat MoU.

Sebelum pementasan drama, beberapa warga binaan menampilkan karya-karya musik dan baca puisi. Alfonsius Lina alias Luis membawakan dua lagu ciptaannya saat menginap di ruang isolasi. Sementara Ami Simatupang didaulat untuk membaca satu puisi.

Menurut koordinator acara Rakhmat Supriyono, kolaborasi pentas seni di lapas ini akan dilanjutkan secara periodik. “Tadi sudah disepakati oleh Kalapas, event ini bisa dilanjutkan secara periodik dan bergantian, dari teater, baca puisi, musik, gamelan, seni Lukis, dan seni pertunjukan lainnya,” papar Rakhmat. (*)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *