Connect with us

Kabar

Gema Pancasila di Jenewa

Published

on

Pidato Doni Monardo di Working Session Build Back Better & World Reconstruction Conference Outcomes

Kepala BNPB Doni Monardo.

JAYAKARTA NEWS – Pidato Doni Monardo membuat ratusan peserta konferensi dari berbagai negara tertegun. Itu terjadi Kamis (16/5/2019) dalam acara forum khusus Working Session Build Back Better & World Reconstruction Conference Outcomes, di Jenewa, Swiss. Sesi tempat Doni berbicara, adalah salah satu sesi dari pertemuan badan dunia yang membahas “Global Platform for Disaster Risk Reduction”.

Sebagaimana dilaporkan Egy Massadiah, staf khusus Kepala BNPB dari Geneva, pernyataan Ka BNPB yang membuat hadirin tertegun adalah ihwal peta bencana Indonesia, serta strategi yang dikemukakan dalam menghadapinya.

Doni menyebutkan, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, dengan lebih dari 17 ribu pulau dan luas garis pantai sepanjang lebih dari 81.000 kilometer antara Samudra Hindia dan Pasifik. Indonesia terletak di titik pertemuan lempeng tektonik Pasifik, Eurasia, dan India – Australia dan terdapat lebih dari 127 gunung berapi aktif.

Indonesia adalah salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Lebih dari satu dekade sejak tsunami tahun 2004, tren bencana menunjukkan peningkatan frekuensi dan intensitas. Terlebih dengan ditemukannya garis patahan baru, yang pada 2010 hanya ada 81 garis patahan, menjadi 295 garis patahan di tahun 2016.

“Tahun lalu, kami mengalami 2.372 peristiwa bencana dan lebih dari 3,5 juta orang terkena dampak dan mengungsi. Total kerugian ekonomi tercatat lebih dari 7 miliar USD,” ujar Doni. Sebuah pernyataan yang membuat hadirin terkesiap.

Ditambahkan, saat ini lebih dari 150 juta penduduk –dari total 260 juta— Indonesia tinggal di daerah yang rentan gempa bumi. Selain itu, tercatat ada 60 juta penduduk tinggal di daerah rawan banjir, dan 40 juta penduduk tinggal di daerah yang rawan longsor. “Jumlah itu masih ditambah sekitar empat juta penduuk Indonesia yang tinggal di daerah rawan tsunami, dan 1,1 juta tinggal di daerah yang rentan terhadap letusan gunung berapi,” tambah pencinta aneka pohon tersebut.

Alih-alih meminta simpati, Doni menyebut bahwa fakta di atas membuat bangsa Indonesia lebih tangguh dan lebih responsif dalam menghadapi bencana alam. Mantan Komandan Paspampres itu menguraikan ihwal pelibatan para pihak dalam perencanaan, implementasi, dan pemantauan proses pembangunan kembali korban bencana menjadi lebih baik. Termasuk pelibatan pemerintah daerah, penduduk lokal, pakar-akademisi, media, serta sektor swasta. “Pendekatan ini, kami menyebutnya  ‘Penta Helix’,” tandasnya.

Rekonstruksi dan rehabilitasi ditujukan untuk mendukung kehidupan dan membangun masyarakat yang lebih baik pasca bencana. “Kami gunakan pripritas konteks lokal, kearifan lokal, sumber daya lokal, dan pemberdayaan perempuan, anak-anak, dan penyandang cacat dalam penerapan rekonstruksi dan rehabilitas. Semua ini merupakan jiwa gotong royong Pancasila, falsafah negara Republik Indonesia,” papar ayah tiga anak dan kakek satu cucu ini.

Dalam kesempartan itu, Doni juga membagi pengalaman bahwa sejak 26 April 2017, setiap tanggal 26 April ditetapkan sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. Pada hari itu, diadakan simulasi menghadapi berbagai jenis ancaman seperti tsunami, gempa bumi, dan topan di seluruh wilayah Indonesia.

Mengakhiri pidatonya Doni menyampaikan bahwa dalam kapasitasnya sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional Indonesia, juga secara pribadi dan kelembagaan telah berkampanye tentang pentingnya penanaman kembali pohon di semua wilayah yang berpotensi tsunami, untuk membangun lingkungan dan masyarakat yang lebih tangguh.

“Penelitian ahli telah menunjukkan bahwa 200 meter hutan pantai mampu mengurangi kekuatan gelombang tsunami hingga 80 persen. Oleh karena itu, saya percaya mitigasi melalui penanaman vegetasi adalah salah satu jawaban yang kami cari. Pohon sebagai infrastruktur alami adalah jawaban nyata untuk mencegah banyak korban,” papar Doni.

Indonesia sendiri termasuk negara yang melibatkan delegasi besar, terdiri atas unsur pemerintah, swasta, LSM serta ormas yang terkait dengan pelestarian alam dan penanggulangan bencana. Di forum yang sama, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyampaikan pidatonya sebelum Doni. Sementara, Menko PMK Puan Maharani juga berpidato di forum itu, sehari sebelumnya.

  • Laporan Egy Massadiah dari Jenewa, Swiss
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *