Connect with us

Buku & Sastra

Cerkak Ageng Cicit Meluncur di Sastra Bulan Purnama

Published

on

JAYAKARTA NEWS, YOGYAKARTA – Ada yang berbeda di Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 139, Sabtu 15 April 2023, pukul 15.00 WIB. Dalam kesempatan itu akan diluncurkan buku kumpulan cerkak (cerita cekak) karya Ageng Cicit atau Cicit Kaswami.

Kumpulan cerkak ini akan dibacakan komunitas ‘Kembang Adas’, satu komuntas yang dipimpin Cicit Kaswami. Sastra Bulan Purnama digelar di Museum Sandi, Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Yogyakarta. Tepatnya, di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta. Atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.

Buku kumpulan cerkak berjudul ‘Wit Tanjung Ngiringan Omah’ akan dibacakan oleh Landung Simatupang. Ia adalah aktor teater dan pemain film. Selain itu ada Patah Ansori, pemain Teater Gajah Mada. Juga Ami Simatupang, pemain teater Stemka dan para pembaca lain. Di antaranya Lia Pascalia, Eko Yuwono, Imam Widoyoko, Tri Raden, dan Titik Yatiman.

Mulai tahun 2023, Sastra Bulan Purnama bersifat mobile, tidak diselenggarakan di satu tempat. Selama 3 bulan,  Januari, Februari dan Maret diselenggarakan di Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya, di Jalan Parangtritis. Di bulan April ini diselenggarakan di Museum Sandi, di Kotabaru.

“Beberapa bulan ke depan Sastra Bulan Purnama akan diselenggarakan di Museum Sandi, yang lokasinya di tengah kota. Karena selama ini SBP lebih banyak diselenggarakan di wilayah selatan,” ujar Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama.

Museum dan Sastra

Setyo Budi Prabowo, Kepala Museum Sandi menyambut baik kehadiran komunitas sastra di museum. Karena bagi Setyo, museum dan karya sastra sama-sama berada di ruang budaya.

“Ini bentuk pertemuan budaya. Khususnya antara karya sastra dan para sastrawan dengan museum, dalam hal ini koleksi museum Sandi. Sesungguhnya keduanya tidak perlu saling dipisahkan,” ujar Setyo Budi Wibowo.

Bu Ageng Cicit, atau Cicit Kaswami (82 th), telah banyak menulis karya sastra Jawa, khususnya cerita cekak dan naskah sandiwara. Baru kali ini karya-karyanya diterbitkan dalam bentuk buku. Dari sejumlah cerita cekak yang pernah ditulis, 3 karya di antaranya ada dalam buku ‘Wit Tanjung Ngiringan Omah’.

“Kalau tidak diterbitkan, karya yang sudah saya tulis banyak yang tercecer. Mungkin malah hilang,” kata Ageng Cicit.

Ageng Cicit, ketika muda, di tahun 1970-an pernah ikut di teater Stemka, Yogyakarta, yang dipimpin Landung Rusyanto. Pada tahun 1978 sampai 2019, ia kerja di Tepas Pariwisata Kraton Ngayogyakarta, dan tahun 2017 mendirikan kelompok ‘Kembang Adas’. Satu komunitas sastra Jawa, yang sering mementaskan karya-karyanya. (pr)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *