Connect with us

Global

4 Tempat Pengasingan Tokoh Nasional di Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Published

on

Bung Hatta dan pejuang perintis kemerdekaan yang diasingkan di Boven Digoel. (retorika.id)

JAYAKARTA NEWS  – Pengasingan sering menjadi strategi pemerintah Belanda menghambat para perintis kemerdekaan Indonesia.

Pengasingan dilakukan secara semena-mena, bisa dalam hitungan bulan, tapi lebih sering sampai bertahun-tahun.

Tempat pengasingan ini jauh dari kota, terpencil, sehingga membuat tokoh intelektual sulit memimpin rakyat.

Ini beberapa tempat pengasingan tokoh nasional sebelum masa pembacaan proklamasi kemerdekaan.

Boven Digoel
Ini nama salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Jaraknya sekitar 11 jam dari Merauke.

Tempat ini dibangun untuk menampung beberapa tokoh nasional.

Terutama yang dianggap terlibat pada Pemberontakan November 1926.

Di antaranya, Sayuti Melik, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Muchtar Lutfli, Ilyas Yacoub, dan Mas Marco Kartodikromo.

Saat pengasingan, di tahun 1935, Mas Marco Kartodikromo meninggal dan dimakamkan di Digul.

Selain bangunan rumah pengasingan ada juga taman makam pahlawan perintis dan situs megalitik.

Banda Neira
Banda Neira di Kepulauan Banda, Maluku, juga jadi tempat pengasingan sejumlah tokoh nasional.

Setelah diasingkan di Boven Digul, Sutan Sjahrir dan Moh. Hatta dipindahkan ke Banda Neira.

Di sini dua tokoh nasionl ini bertemu dengan tokoh lain yang sudah lebih dulu diasingkan.

Yaitu Iwa Koesoemasoemantri dan dr. Cipto Mangunkusumo.

Moh Hatta dan Sutan Sjahir tinggal di rumah De Vries yang sedang tinggal di Batavia.

Mereka diasingkan selama enam tahun (1936-1942).

Rumah pengasingan yang ditempati Soekarno di Ende. (vibizportal.com via dreamers.id)

Ende
Ende jadi kota tempat Soekarno diasingkan pada tahun 1933.

Soekarno diasingkan karena aktivitas politiknya yang membahayakan pemerintah Hindia Belanda.

Selama pengasingan ini Soekarno tinggal di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.

Rumah sederhana ini milik Haji Abdullah Ambuwaru, dengan pohon sukun di dekat rumah.

Pohon ini jadi tempat Soekarno untuk mencari insiprasi, salah satunya tentang Pancasila.

Di Ende, Soekarno diasingkan selama empat tahun (1934-1938).

Ia membawa keluarga, yang terdiri atas Inggit Garnasih (istri), Ibu Amsi (mertua).

Juga kedua anak angkatnya, Ratna Djuami dan Kartika.

Bengkulu
Setelah dari Ende, Bengkulu jadi tempat pengasingan Soekarno berikutnya.

Soekarno diasingkan di sini pada tahun 1938 sampai 1942.

Dalam pengasingan ini Soekarno tinggal di rumah milik pengusaha Tionghoa, Tan Eng Cian.

Lokasinya di Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu.

Rumah ini ditemukan sendiri oleh Soekarno saat pertama datang ke Bengkulu.

Ia diasingkan di sini bersama istinya, Inggit Garnasih dan dua anak angkatnya.

Di Bengkulu juga Soekarno bertemu Fatmawati yang kemudian menjadi istrinya.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *