Kabar
Suara Anak Muda tentang Corona
Jayakarta News – Di tengah meningkatnya jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan penutupan sekolah, universitas, dan kantor di Indonesia, sebuah jajak pendapat online baru-baru ini mengungkapkan bagaimana remaja dan anak muda menghadapi wabah tersebut.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh UNICEF antara 27-31 Maret melalui platform keterlibatan U-Report, melalui SMS dan aplikasi pengiriman pesan instan ini, mendapat lebih dari 7.000 tanggapan dari kaum muda berusia 15-30 tahun dari 34 provinsi di Indonesia. Peserta diminta menjawab serangkaian pertanyaan untuk mengukur perasaan mereka mengenai COVID-19 dan pemahaman mereka tentang gejala dan pencegahan.
Dengan memilih satu set emoji untuk mengekspresikan perasaan mereka saat ini, mayoritas anak muda (29 persen) menjawab bahwa mereka bahagia, sementara 28 persen mengatakan mereka merasa biasa-biasa saja, dan 22 persen mengatakan mereka sedih. Tetapi ketika ditanya bagaimana perasaan mereka ketika mendengar tentang COVID-19, sekitar sepertiga (34 persen) mengatakan mereka merasa takut dan 17 persen mengatakan mereka merasa sangat takut. Hampir seperlima (19 persen) mengatakan mereka merasa sangat optimis dan 14 persen mengatakan mereka merasa agak optimis.
Menurut jajak pendapat, semakin banyak orang muda (90 persen) setuju bahwa pemerintah dapat menangani respon terhadap COVID-19, dibandingkan dengan 83 persen dalam jajak pendapat serupa yang dilakukan pada Februari 2020. Demikian pula, sekitar 83 persen setuju bahwa pemerintah telah memberikan informasi yang cukup kepada warga tentang COVID-19, naik dari 75 persen pada Februari 2020.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada pemahaman yang lebih baik di antara kaum muda tentang bagaimana mereka dapat melindungi diri dari COVID-19. Ketika ditanya tindakan apa yang paling efektif untuk mencegah infeksi, mayoritas (39 persen) memilih mencuci tangan dengan sabun, yang dicantumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai rekomendasi keselamatan publik teratas. Dalam jajak pendapat sebelumnya, hanya 8 persen responden memilih opsi ini, sementara 34 persen memilih mencuci tangan tanpa menyebut sabun.
Sementara pemerintah telah memberlakukan pembatasan sosial skala besar untuk membantu mengendalikan penyebaran virus, lebih dari separuh responsen (54 persen) mengatakan mereka telah berada di luar rumah mereka untuk alasan selain berbelanja makanan atau mencari perawatan medis. Sekitar dua pertiga (66 persen) mengatakan bahwa orang-orang di sekitar mereka tidak menjaga jarak setidaknya satu meter dari satu sama lain.
Penyebaran virus juga dibarengi dengan penyebaran informasi yang keliru, hal ini ditunjukkan dengan empat dari lima responden melaporkan bahwa mereka menerima informasi yang kemudian mereka ketahui ternyata bohong atau salah. Sebagian besar (39 persen) mengutip media massa, yang meliputi TV dan surat kabar, sebagai sumber informasi terpercaya mereka tentang COVID-19, diikuti oleh platform media sosial (31 persen) dan media online (18 persen). Bersama WHO, UNICEF bekerja dengan para mitra untuk menemukan, mengekspos dan merespon informasi yang salah secara daring.
Jajak pendapat ini adalah salah satu metode latihan mendengarkan (listening exercise) yang dipimpin oleh UNICEF dan mitranya untuk lebih memahami persepsi publik, kekhawatiran dan kepercayaan dalam menanggapi pandemi. Sebagai tindak lanjut dari jajak pendapat UNICEF serupa yang dilakukan antara 1-4 Februari, jajak pendapat ini mengukur tren selama dua bulan terakhir dan menerima lebih dari dua kali lipat jumlah tanggapan.
Jajak pendapat tersebut digunakan oleh Kelompok Kerja Risiko Komunikasi dan Keterlibatan Masyarakat Indonesia (RCCE) yang mencakup kementerian pemerintah, badan-badan PBB, LSM, organisasi media, dan perusahaan sektor swasta. Hasilnya membantu untuk mengembangkan informasi yang dapat ditindaklanjuti dan pesan-pesan utama tentang bagaimana menjaga kesehatan yang didistribusikan kepada publik melalui berbagai saluran komunikasi seperti situs web, chatbot, call center dan SMS. (rr/ www.unicef.org/indonesia)