Connect with us

Kabar

Sembilan Tahun Sastra Bulan Purnama

Published

on

Jayakarta News – Sastra Bulan Purnama, yang diselenggarakan setiap bulan, pada September 2020 memasuki usia 9 tahun. Biasanya, selama 8 tahun ini, SBP, kependekan dari Sastra Bulan Purnama diselenggarakan di Amphytheater atau Pendapa Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Selama pendemi,  mulai April 2020 SBP dialihkan di youtube dan diberi label Poetry Reading From Home.

Sastra Bulan Purnama memasuki edisi 108, dan genap usia 9 tahun, yang akan diselenggarakan, jumat 4 September 2020, pkl. 19.30. Tanggal ini tepat bulan purnama, tanggal 15 dalam penanggalan jawa. SBP kali ini, masih dalam label Poetry Reading From Home seri 7,  menampilkan penyair dari bebarapa kota. Mereka yang tampil, setidaknya pernah pentas di SBP beberapa tahun lalu, atau juga yang pernah pentas di poetry reading from home seri sebelumnya.

Karena pendemi covid 19 belum punah, para penyair kita minta merespon situasi pendemi melalui puisi. Oleh karena itu, tajuk dari SBP 109 ‘Puisi Bersemi Di Tengah Pendemi’. Para penyair yang akan tampil ialah, Yudistira Massardi (Bekasi), Kurnia Effendi, Julia Utami, Evi Manalu (Jakarta), Sulis Bambang, Yuliani Kumudaswari (Semarang), Aming Aminoedhin (Mojokerto), Kidung Purnama (Ciamis), Waty Sumiati Halim (Bandung) Joshua Igho (Magelang), Nella Nur Murosokhah (Temanggung), Sumanang Tirtasujana (Purworejo), Sutirman Eka Ardhana (Yogyakarta) dan dua kelompok musik TM ON dan Butanada (Yogyakarta).

Para penyair ini tampil membacakan puisi karya sendiri, satu di antaranya merespon situasi covid 19, dan satu puisi lainnya tema bebas. Setiap penyair minimal membacakan satu puisi, tetapi ada yang lebih dari satu puisi. Selain itu, ada penyair yang mengolah puisinya menjadi lagu dan melakukan kolaborasi dengan penyair lainnya, seperti dilakukan Joshua Igho penyair dari Magelang kolaborasi dengan Nella Nur Murosokhah dari Temanggung.

Nella Nur

Penyair lainnya, seperti Kidung Purnama dari Ciamis, membuat musikalisasi puisi,ialah membaca puisi sambil diiringi musik, dan satu puisi lainnya dilagukan, sehingga ada dua model penggarapan puisi yang dia kerjakan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Menik Sithik dan Tole, melalui TM ON mengolah puisi menjadi pertunjukan. Tak ketinggalan, satu group dari Yogya, Butanada namanya, membuat musikalisasi puisi.

Sastra Bulan Purnama pertama kali diselenggarakan bulan Oktober 2011, menampilkan penyair dari Yogyakarta. Setelah itu, setiap bulan, SBP selalu diisi pnyair tidak hanya dari Yogya, bahkan pernah penyir dari Malaysia tampil membaca puisi dan penggalan novelnya di Sastra Bulan Purnama.

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menjelaskan, sejak awal dimulai, sampai awal bulan maret 2020 lalu, penyair yang tampil datang dari berbagai kota. Bulan maret 2020 lalu, penyair dari Bali, Warih Wisatsana meluncurkan buku puisinya berjudul ‘Batu Ibu’, setelah itu, begitu pendemi covid 19 mengurung setiap orang untuk tinggal di rumah, SBP dialihkan di media digital.

“Bulan April 2020, yang mestinya peluncuran buku puisi karya penyair dari beberapa kota, tetapi karena covdi 19 sudah menghantui semua orang, dan tidak memungkinkan kita untuk berkumpul seperti biasnya, Sastra Bulan Purnama tetap dilaksanakan, tetapi dialihkan ke youtube dan dihadirkan secara live, yang diberi label poetry reading from home” ujar Ons Untoro.

Berbagai komunitas pecinta puisi pernah tampil di Sastra Bulan Purnama, tidak hanya penyair, ada juga wartawan, dosen, para guru SMA dan khusus perempuan penyair, atau juga penyair dari berbagai generasi usia, ialah penyair yang aktif menulis puisi sejak akhir tahun 1960-an sampai penyair muda yang mulai menulis puisi setelah tahun 2000-an.

“Selama ini, para penyair yang tampil di Sastra Bulan Purnama datang dari berbagai kota di Indonesia. Ketika pertunjukkan dipindah secara live di youtube, yang tampil juga dari beragam kota di Indoensia, dan mer   eka kita minta menulis puisi, bukan membacakan puisi penyair lain” kata Ons Untoro.

Syarat untuk tampil di Sastra Bulan Purnama, yang telah berlaku selama ini, harus membacakan puisi karya sendiri, dan puisi baru, bukan puisi yang ditulis 30 atau 20 tahun lalu. Tetapi, saat tampil, boleh mengajak orang lain untuk membacakan puisi karyanya. (*/rr)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *