Entertainment
Mengintip Bioskop Produk Reformasi Arab Saudi
PENJAJAGAN kerjasama perfilman dengan Arab Saudi, menjadi salah satu agenda pembahasan dalam kunjungan pejabat senior Kemendikbud ke KBRI Riyadh tahun ini.
Mereka berkunjung ke Saudi atas undangan Duta Besar RI di Riyadh, Agus Maftuh Abu Gabriel, dalam rangkaian acara malam diplomasi budaya bertajuk Indonesia Night in Bamboo Harmony, pada 3 dan 4 Mei lalu. Untuk pembahasan kerjasama bidang perfilman, Kemendikbud mengutus Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Pengembangan Perfilman, Kholid Fathoni. Hadir juga Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, serta kelompok seniman angklung Mang Ujo dari Bandung dan Tilung dari Yogyakarta.
Berkenaan dengan dibukanya bisokop pertama di Saudi, di sela-sela kunjungan, Kholid menyempatkan diri menonton film Avengers di Cinema Noon. “Gedung bioskop Cinema Noon ini merupakan bioskop satu-satunya dan pertama kali dalam sejarah negeri itu. Perwujudan bioskop seiring dengan arus reformasi yang digelindingkan oleh Pangeran Muhammad bin Salman bin Abdul Aziz saat ini,” kata salah seorang staf KBRI yang turut mendampingi Kholid.
“Kerajaan sebentar lagi juga akan membuka bioskop di Mal Riyadh Park, serta puluhan lainnya di seluruh kota di Saudi,” tambahnya.
Rombongan dari Indonesia memilih waktu nonton bertepatan dengan saat matahari mulai mengurangi sangatannya di langit Riyadh, yaitu pukul 15.00, yang merupakan jadwal pertama dengan kategori penonton khusus keluarga.
Bagi penonton jomblo atau bukan kelurga, waktu menontonnya hanya hanya boleh di pukul 23.30. “Kami sempat bertanya apa yang dimaksud dengan khusus keluarga? Jawabannya singkat, harus ada istri. Kami lalu mengajak staf KBRI yang istrinya mau diajak nonton,” jelas Kholid.
Persyaratan harus ada istri benar-benar dikontrol, sejak mobil memasuki koridor luar gedung. Terdapat cukup banyak deretan penjaga berbaju polisi memeriksa tiket kami, status keluarga, hingga penggantian tiket dengan gelang kuning.
Cinema Noon yang dibuka sejak 18 April lalu dan baru memutar dua judul film, yakni Black Phanter (sudah turun tayang) dan Avengers saat ini (berbarengan dngan masa putar film avengers di Indonesia). Bioskop ini tergolong mewah dan eklusif. Selain interior bioskop yang elegan, gedung sebesar itu hanya dipergunakan untuk tujuan bioskop saja. Beberapa gedung di sebelahnya masih kosong, dan menurut rencana akan menjadi kasawan niaga terpadu yang cukup bergengsi kota Riyadh.
Meski baru dibuka, setting layar dan unsur pendukung lainnya seperti sound, sarana kedap suara, posisi toilet, hingga kantin, memberi kesan bahwa garapan pengembangan bioskop di Saudi Arabia, bisa dikatakan sudah setara dengan kemajuan gedung film seperti di Indonesia.
Ternyata, saat rombongan Kemendikbud mengntip lebih dalam, pembangunan gedung film di Saudi ternyata sudah ditopang dengan riset yang memadai dan persiapan yang matang. Pengembangnya juga tidak main-main, karena diterjunkan pakar langsung dari negeri paman Sam, Adam Aroon, yang ada dibawah bendera perusahaan AMC sebagai the entertainment holding company.
Aura bioskop Riyadh tak ubahnya bioskop-bioskop terkemuka di Amerika. Tiketnya sudah langsung menggunakan sistem pembelian on-line, di dalamnya ada penjual pop corn dan sofdrink yang melekat dengan interior studio film.
“Kami hanya sedikit kurang nyaman dengan jumlah kursi yang mencapai seribuan untuk satu layar. Jok kursinya juga sayang masih menggunakan plastik sintesis. Saat masuk terlihat sedikit semrawut, karena nomor kursi belum diberlakukan. Namun semua kekurangan itu tertutup oleh fenomena pembaruan sosial masyarakat Saudi dewasa ini yang sangat membelalakkan mata. Pelayan tiket hingga penjual popcorn ikut menyertakan peran wanita Saudi sebagai pramusaji, beberapa bahkan membiarkan rambut mereka tergerai di balik kerudung hitam yang dibiarkan melorot. Sungguh luar biasa, karena fenomena itu baru terjadi sekarang: di dalam bioskop para wanita bebas membuka cadar dan kerudung,” jelas Kholid.**