Connect with us

Kabar

Martin Hutabarat: Ideologi Pancasila Semakin Terpinggirkan

Published

on

JAYAKARTA NEWS  – Sejak era reformasi, keberadaan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa semakin terpinggirkan. Terkhusus di kalangan generasi muda, semangat pancasila sebagai alat pemersatu bangsa sudah digeser berbagai faham yang marak bermunculan. Jika tidak segera dibendung, bukan mustahil ideologi pancasila menghilang dari bumi nusantara.

“Terus terang, kita sangat prihatin dengan kondisi saat ini. Pancasila yang sudah terbukti mampu mempersatukan kita, kini terkoyak dengan kehadiran berbagai paham membahayakan. Era globalisasi serta keberadaan sosial media dengan cepat mengikis semangat pancasila. Terlebih lagi, pemerintah juga tidak melakukan suatu tindakan yang terukur untuk menjaga kelestariannya,” ujar Wakil Ketua Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI, Martin Hutabarat dalam acara Halal Bihalal Papedu (Paguyuban Pejambon Dua), mantan Karyawan BP-7 Pusat di Bukit Merah Putih, Sentul, Jawa Barat, Sabtu 4 Juni 2022.

Martin Hutabarat pada acara Halal Bihalal anggota Papedu (mantan karyawan BP-7 Pusat) di Bukit Merah Putih,  Sentul, Jawa Barat (foto Agus Sundayana)

Martin yang tercatat sebagai manggala BP-7 selama 20 tahun ini sempat menyayangkan pembubaran BP-7 pada 1999 lalu. Saat era reformasi dimulai, yang ditandai dengan runtuhnya kekuasaan orde baru, keberadaan BP-7 yang dibentuk pada 1979 itu pun ikut dibubarkan. Padahal BP-7 yang sudah melakukan penataran Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) kepada jutaan warga Indonesia, terbukti mampu menumbuhkan semangat pancasila di hati masyarakat. “Tanpa semangat pancasila, saya yakin negara kita ini akan terpecah pada 1998 lalu,” jelasnya.

Diuraikan mantan anggota DPR RI dua periode ini (2009-2019), saat krisis politik 1998 berlangsung, sejumlah pengamat luar negeri memperkirakan Indonesia akan tercabik-cabik. Provinsi-provinsi yang ada akan meminta pemisahan diri. Ternyata, walau krisis politik cukup menghawatirkan, tidak satu daerah pun meminta keluar dari negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Memang ketika itu tiga negara yang mengalami krisis politik, yakni Indonesia, Uni Soviet serta Yuguslavia diramalkan akan terpecah. Ternyata yang terpecah hanya Uni Siviet dan Yugoslavia, sementara Indonesia tetap utuh.

Nurman Jafar, Ketua Papedu/Ketua Panitia Halal Bihalal anggota Papedu (foto Agus Sundayana)

Setelah 20 tahun reformasi berjalan, berbagai faham yang cenderung mengganggu persatuan bangsa mulai menghantam, terutama kalangan generasi muda. Di sisi lain, semangat pancasila nyaris menghilang sehingga kebersamaan bangsa ini sangat gampang dihancurkan. “Saat ini, dengan mata telanjang kita bisa saksikan bagaimana berbagai paham atau ideologi bermunculan. Terutama di era media sosial, paham-paham yang mengancam persatuan bangsa dengan gampang merasuki para generasi muda kita. Di sisi lain, kita tidak memiliki benteng untuk menahannya.,” urai Martin.

Pemahaman atau persepsi masyarakat soal pancasila, lanjutnya, juga cukup memprihatinkan. Bukan hanya di kalangan masyarakat awam, di antara para pejabat saja tidak memiliki kesamaan memahami pancasila. Tentu saja kondisi ini membuat masyarakat bingung. Semua bicara pancasila tapi dengan bermacam-macam penafsiran.

Sebagai manggala tingkat pusat, Martin dan sejumlah rekan-rekan yang tergabung dalam Papedu berencana menyurati Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan meminta agar semangat pancasila kembali digaungkan, dimasyarakatkan. Bisa melalui jalur pendidikan formal, termasuk melakukan penataraan kepada semua pegawai negeri dan swasta. “Pancasila itu terbukti sebagai alat pemersatu. Jika alat pemersatu sudah tidak berfungsi, kita khawatir bahaya perpecahan akan menghantam bangsa ini,” jelasnya.

Kegiatan Halal Bihalal anggota Papedu (mantan karyawan BP-7 Pusat) di Bukit Merah Putih,  Sentul, Jawa Barat, Sabtu (4/6/2022) (foto Agus Sundayana)

Di tempat sama, Ketua Papedu, Nurman Jafar mengatakan sejak dibubarkan pada 1999 lalu, para karyawan BP-7 yang berkantor di Jalan Pejambon 2, Jakarta Pusat itu membentuk paguyuban. Secara rutin, minimal setahun sekali diadakan pertemuan sesama anggota. Ketika disinggung tentang semangat pancasila yang sudah terkikis, Nurman mengakui dan mengatakan sudah waktunya pemerintah membuat konsep yang jelas untuk membangkitkan semangat itu kembali. “Kita yang puluhan tahun terlibat di BP-7 sangat prihatin dengan kondisi saat ini. Jika tidak dicegah, bukan mustahil bangsa kita akan terkotak-kotak. Dan pancasila sudah berkali-kali membuktikan mampu sebagai alat pemersatu,” ujarnya. (mel)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *