Kabar
BPBD Jatim Gandeng Perwakos Sosialisasikan Penggunaan Masker
JAYAKARTA NEWS—- Angka penyebaran Covid-19 yang kian meningkat dalam beberapa waktu terakhir membuat BPBD Jatim memaksimalkan peran komunitas sebagai unsur pentahelix dalam pelaksanaan pencegahan penyebaran Covid-19.
Salah satunya adalah komunitas transgender (waria) Kota Surabaya yang tergabung dalam organisasi Persatuan Waria Kota Surabaya (Perwakos).
Dalam dua hari terakhir, komunitas yang telah berdiri sejak tahun 1978 ini melakukan sosialisasi pencegahan Covid-19 dengan membagikan masker bantuan BPBD Jatim kepada anggotanya yang tersebar di sejumlah wilayah, seperti, Pacar Kembang, Simo Jawar, Sememi dan Kandangan.
Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan tersebut kepada masyarakat umum, mulai dari pengguna jalan, ibu-ibu kampung hingga Ketua RT dan Ketua RW.
Ketua Perwakos Sonya Vanessa didampingi waria relawan Covid-19, Feby Damayanti mengungkapkan, aksi yang dilakukan komunitasnya ini sebagai upaya untuk membangun kesadaran bersama akan pencegahan penyebaran Covid-19.
Waria yang akrab dipanggil Mami Sonya ini mengatakan, penyebaran Covid-19 kini tidak bisa dipandang remeh. Sebab, penyebarannya sudah menjalar ke semua lini masyarakat.
“Penularan Covid-19 itu tidak pandang bulu. Jadi, kita ajak semua warga untuk bareng-bareng mencegah penularannya, melalui penggunaan masker” ujarnya, Sabtu (23/1/2021).
Sementara, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Gatot Soebroto mengatakan, upaya pihaknya menggandeng komunitas waria ini sebagai wujud optimalisasi peran pentahelix dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
Sebab, dalam penanganan bencana, termasuk pandemi Covid-19 ini, pemerintah tidak bisa bergerak sendiri. Harus ada keterlibatan berbagai unsur masyarakat, salah satunya komunitas transgender ini.
“Ingat, penanggulangan bencana itu tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja. Tapi dibutuhkan keterlibatan unsur pentahelix, salah satunya, berbagai komunitas yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Selain komunitas Perwakos, pihaknya juga telah menggandeng sejumlah komunitas lain, diantaranya, relawan dari berbagai ormas dan komunitas difabel, seperti, penyandang tuna rungu (Gerkatin), tuna daksa (PPDI) dan bahkan tuna netra. (poedji)