Connect with us

Feature

Batik Pekatan Memadukan Bisnis dan Edukasi Warisan Budaya Indonesia, Siap Go Global

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Siang itu, langit tidak begitu cerah. Ada mendung bergelantung di awan, tanda hujan akan mengguyur Kota Depok.

Suasana mendung itu sangat kontras dengan situasi galeri batik milik Iftitakhiyah (39). Memasuki galeri mini yang terletak di rumahnya itu, mendung di luar segera terlupakan.

Pandangan langsung disergap pesona indah dari warisan leluhur budaya Indonesia ini. Ada gelaran kain-kain batik bercorak aneka ragam dengan warna-warna indah. Ada juga jejeran pakaian batik atau  produk ready to wear yang menarik perhatian.   

Di Galeri mini ini, Iftitakhiyah, menjalankan usahanya yang diberi nama Batik Pekatan. Galeri Batik Pekatan ini  berada di Grand Citra Residence 1 Blok E1-9A, Kalibaru, Cilodong, Depok.  

Nama “Pekatan”,  diambil dari perpaduan nama daerah asalnya dan tempat suami. Wanita yang akrab dipanggil Ifti ini  berasal dari Pekalongan. Sedangkan suaminya, Abi Amsyar (41) dari Magetan.

Batik Pekatan, memadukan bisnis dan edukasi warisan budaya Indonesia (Foto: Melva Tobing)

“Pekatan itu singkatan dari Pekalongan Magetan. Pekalongan asal saya, dan Magetan, asal suami. Dari pada susah cari nama, kami pakai nama itu saja. Maka jadilah nama usaha kami, Batik Pekatan,” kisah Ifti sambil tertawa kepada Jayakarta News baru-baru ini.  

Kecintaannya kepada batik membuat Ifti ingin melestarikan warisan budaya Indonesia ini. Sejak kecil, Ifti tinggal dan besar di lingkungan pengusaha batik.

“Sejak kecil, saya terbiasa hidup dengan batik. Keluarga saya turun temurun pengusaha batik, karena itu saya ingin berbisnis batik juga,” tutur Ifti.

Bisnis dan Edukasi  

Menurut Ifti, Batik Pekatan ini dirintis,  bukan karena keinginannya saja. Tetapi ada juga keinginan suami. Apalagi suaminya sangat tertarik dengan batik.  

“Walaupun bukan dari keluarga pembatik, suami saya juga sangat tertarik dengan batik dan suka seni,” ujar Ifti lagi.

Kain Batik Tulis ini seharga Rp 900 Ribu (Foto: Istimewa)

Dengan ketertarikan itulah, mereka sepakat membuka usaha Batik Pekatan. “Kalau mau usaha kan kita harus menyukainya biar usahanya berjalan baik.”

Selain kecintaannya pada batik, usaha itu pun dimuati keinginan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kain dengan lukisan seni bernilai tinggi ini. Hal ini dianggapnya perlu agar masyarakat memahami batik dengan benar.

Belakangan ini, menurutnya, telah menjamur suatu produk yang sebenarnya produk tersebut tidak bisa disebut batik. Produk itu hanyalah kain yang diprint dengan motif batik.

“Itu hanya kain yang diprint bermotif batik. Jadi, itu bukan batik. Banyak orang yang tidak mengerti bahwa yang dipakainya itu sebenarnya bukan batik,” tandas Ifti  menjelaskan tentang kondisi batik tulis saat ini yang menghadapi tantangan cukup berat.   

“Sebagai orang yang terlahir dari keluarga pengusaha batik di Pekalongan, keinginan memiliki usaha batik tulis sangat kuat. Dan, semakin menguat, saat kami melihat bahwa kondisi artisan batik tulis yang menghadapi tantangan dengan adanya gempuran  industri kain printing motif ‘menyerupai’ batik dan impor bahan serupa batik,” papar Ifti.   

Batik, katanya lagi, adalah kain yang dilukis dengan cairan lilin malam menggunakan alat bernama canting sehingga di atas kain tersebut terdapat lukisan bernilai seni tinggi.

Jaket khas Batik Pekatan, harganya mulai dari Rp 425 Ribu (Foto: Istimewa)

“Dalam pembuatan kain batik, ada tahapan-tahapannya dan diperlukan teknik khusus. Dari gagasan, olah pikiran dan keterampilan melukis, jadilah lembaran kain kosong menjadi karya dengan nilai seni yang tinggi,” kata perempuan bergelar Sarjana Teknik ini.   

Tahun 2019, beberapa bulan sebelum pandemic Covid-19 merebak, Ifti mulai merintis Batik Pekatan. Bisnis yang dipadukan dengan edukasi mengenai warisan leluhur budaya Indonesia ini.  

“Dengan usaha Batik Pekatan yang kami rintis ini, saya berharap bisa menjaga asa para artisan batik tulis untuk terus berkarya dan memperluas pasarnya,” ucap Ifti.

Para perajin Batik Pekatan, kata Ifti, tersebar di tiga daerah yaitu di Pekalongan, Cirebon dan Lasem. Pilihan tempat ini, karena Ifti ingin mengangkat wastra batik pesisir.  Sementara untuk desainer dan penjahit, ada dua karyawan yang menyiapkan koleksi ready to wear Batik Pekatan.

Setelah usahanya berjalan beberapa bulan, Ifti mengajukan permohonan untuk menjadi Mitra Binaan Pertamina. Saat itu bertepatan dengan masa Covid-19.

Pakaian jadi, koleksi Batik Pekatan (Foto: Melva Tobing)

“Alhamdulilah, permohonan saya diterima dan pada akhir tahun 2020 saya menjadi mitra binaan Pertamina,” ujar Ifti senang.

Jadi Mitra Binaan, Berjuang Untuk Go Global   

Sebelum menjadi Mitra Binaan Pertamina, omzet Batik Pekatan setahun berkisar Rp 80 juta. Namun setelah menjadi mitra, omzet setahun naik menjadi Rp 150 juta.

“Saya sangat berterima kasih kepada Pertamina atas bantuan yang diberikan, sehingga pada masa pandemi pun omzet kami bisa naik menjadi 150 juta rupiah setahun. Bahkan di tahun 2021 ada peningkatan lagi, sekitar 200 juta. Alhamdulilah, ini berkat bantuan pemasaran dari Pertamina,” tuturnya dengan ucapan syukur perlahan.  

Bergabung sebagai mitra Pertamina,  diakui Ifti, dampaknya sangat nyata. “Dari sisi akses pemasaran kami sangat terbantu. Networking kami dengan market baru juga terbuka luas. Produk kami juga makin berkembang. Awalnya fokus ke produk bahan batik, saat ini Batik Pekatan mengembangkan lini produk ready to wear yang makin beragam namun tetap punya sentuhan khas Batik Pekatan,” papar Ifti semangat.

Harga produk ready to wear  mulai Rp 475 ribu hingga Rp 2 juta. Sementara untuk kain batik tulis, mulai Rp 400 ribu hingga Rp 3 juta. Permintaan pengiriman kain batiknya pun kini meluas sampai ke luar kota seperti Bandung, Bali, Semarang, Madiun, Magetan, dan Cirebon. Hingga saat ini, katanya, produk yang masih menjadi favorit para pelanggan adalah kain.

Batik Pekatan dalam Pameran Adi Wastra Nusantara 2022 (Foto: Istimewa)

Bersama Pertamina, Batik Pekatan sudah dua kali mengikuti event, yaitu Pertamina Smexpo 2021 dan Adiwastra 2022.

Menjelang akhir 2022 ini, Batik Pekatan pun mengikuti UMK Academy yang diselenggarakan Pertamina sejak 19 Agustus 2022 hingga Desember 2022.

Diakui Ifti,  UMK Academy merupakan wadah yang sangat baik bagi para pelaku UMKM. “Sebagai mitra binaan Pertamina, kami sangat terbantu lewat kegiatan ini. Ragam pengetahuan berwirausaha dapat kami pelajari. Bukan hanya soal marketing, namun juga update ilmu yang terkini,” katanya.

Sementara itu, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Eko Kristiawan mengungkapkan, pendampingan dan pemberdayaan UMK ini merupakan langkah strategis untuk memajukan mitra binaan agar bisa terus tumbuh dan berkembang secara matang.

“Kami akan terus mendampingi serta membimbing para pelaku usaha mikro dan kecil untuk terus bersaing di dunia bisnis, terutama di masa pandemi Covid-19,” jelasnya.

Program ini, katanya lagi,  bertujuan untuk terus mengimplementasikan poin 8 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Selain SDGs, Pertamina juga berupaya menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) dibidang sosial. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Hokokai Parang koleksi Batik Pekatan seharga Rp 1 juta (Foto: Istimewa)

Melalui Batik Pekatan, kata Ifti, kita bisa belajar bahwa mencintai warisan budaya negeri ini tidak sulit. Apalagi terhadap batik. Langkah paling mudah adalah dengan turut andil untuk ikut memakainya. “Berawal dari memakai batik yang benar, kita akan bisa menyukai, mencintai, dan pada akhirnya akan semakin peduli. Bayangkan jika tidak ada lagi yang memakai batik yang benar. Perajin pastinya tak akan lagi mau dan mampu memproduksi. Jika sudah begitu, dapat dipastikan keberlanjutan batik tak akan pernah terjadi,” paparnyanya.

Maka, setelah menjadi  mitra binaan Pertamina, Ifti sangat berharap, Batik Pekatan akan naik kelas secara intensif. “Fokus saat ini kami ingin Go Digital dan Go Online secara matang. Ke depan, tentunya kami ingin menjadi UMKM Go Global,” ujarnya semangat.***(Melva Tobing)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *