Feature
Viral: Trump, ‘tujukkan’ mana nenek-nenek yang jadi teroris!
LARANGAN Presiden Donald Trump terhadap orang Muslim — dari 6 negara Islam— untuk datang ke Amerika seharusnya mengecualikan kakek-nenek, cucu, bibi, paman dan sepupu orang-orang yang tinggal di AS. Memang, “hubungan bonafide” tentang ini cukup ambigu, yang juga membuat banyak aktivis bertanya bagaimana dengan pengungsi yang melarikan diri dari perang dan teror.
Terlepas dari semua kegaduhan yang terkait dengan kebibajakan imigrasi Trump, larangan perjalanan yang ditujukan terhadap Muslim dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim di Amerika Serikat, adalah kenyataan yang harus dihadapi warga muslim di dunia ini sekarang.
Begitu Presiden Donald Trump menyarankan larangan itu, orang Amerika dan orang-orang di seluruh dunia bersatu melawannya. Mereka berpendapat bahwa larangan tersebut akan mempengaruhi banyak orang yang tidak bersalah dan membutuhkan, dan akan menghancurkan keluarga.
Namun dengan keluarnya keputusan Mahkamah Agung negara tersebut, yang menetapkan bahwa larangan perjalanan tidak dapat digunakan untuk melawan siapa pun dari enam negara yang memiliki “hubungan bonafide” dengan AS, pemerintah Trump memberi angin dengan menyiramnya dengan beberapa peringatan.
Dalam refisi tentang larangan masuk bagi warga muslim ke Amerika, disebutkan bahwa ‘pengungsi boleh masuk” jiga memiliki hubungan keluarga seperti pasangan, tapi tidak fiancés. Orang tua diijinkan, tapi kakek-nenek tidak demikian halnya.
Banyak yang mempertanyakan alasan di balik mengecualikan tidak dimasukkannya kakek-nenek tua dari daftar kerabat dekat. Jelas, kebijakan itu telah menutup pintu bagi banyak kenangan akan cinta yang hadir di keluarga Muslim yang tinggal di Amerika. Tentu adalah kenangan manis, jika mengingat bagaimana kakek dan nenek memanjakan dengan menyiapkan makanan mewah yang dibuat mereka (yang mungkin sebagai kekeyaaan turun-menurun).
Orang-orang pun bereaksi keras terhadap kebijakan pemerintahan Trump. Mereka kemudian berbagi foto manis tentang nenek dan kakek mereka. Lalu mereka bertanya “apakah ini wajah teror?”
Holly Dagres, seorang analis dari Iran, memulai kampanye di media sosial dengan memajang foto dengan neneknya dengan hashtag #BannedGrandmas dan #GrandparentsNotTerrorists.
Tweet-nya kemudian menjadi viral, setelag beberapa orang me-retweeting dan menyukainya, postingannya, termasuk istri Bernie Sanders, Jane.
#GrandparentsNotTerrorists
No to the #MuslimBan pic.twitter.com/Kkj1hTss3B
— Holly Dagres (@hdagres) June 30, 2017
Sementara banyak yang berpendapat bahwa larangan tersebut bersifat sementara dan hanya selama 90 hari. Atas pandangan itu, dia mengatakan, “Beberapa masih belum mengerti tentang #MuslimBan. Ya, tertulis 90 hari, tapi untuk negara seperti #Iran itu tidak pasti, karena tidak ada hubungan dengan AS. ”
Ini nenekku yang cantik. @realDonaldTrump apakah dia terlihat seperti teroris bagimu? #GrandparentsNotTerrorists pic.twitter.com/KkciEWBM1t
– Elham Khatami (@ekhatami) 29 Juni 2017
This is my lovely grandma. @realDonaldTrump does she look like a terrorist to you? #GrandparentsNotTerrorists pic.twitter.com/KkciEWBM1t
– Elham Khatami (@ekhatami) June 29, 2017
Apakah nenekku yang ada di sebelah kiri itu terlihat berbahaya bagi Anda? Mahkamah Agung bertindaklah kembali #MuslimBan adalah konyol #GrandparentsNotTerrorists pic.twitter.com/CiKeF1i8Uy
– Maria Afsharian (@MariaAfsharian) 29 Juni 2017
Sejak itu, ia melalui akun Instagram telah berbagi banyak foto neneknya. “Mari kita tunjukkan fakta. Nenek siapa yang pernah melakukan serangan teroris?, ” katanya kepada TIME.
Berbicara kepada Vogue tentang bagaimana gerakannya telah memberi wajah manusia pada larangan bepergian dan menyerang sisi emosional jutaan orang secara online, dia berkata: “Kakek sangat penting, tapi saya pikir, nenek adalah yang melambangkan inti keluarga, ” kata Dagres.
“Satu-satunya yang nenek benar-benar bersalah adalah terlalu banyak memberi pelukan dan ciuman dan memberi makan Anda terlalu banyak. Kapan warga senior pernah melakukan tindakan teror? ” ***