Connect with us

Entertainment

Tito Ikuti Saran Para Spiritualis Tampilkan “Dejavu Lawe 2024”

Published

on

JAYAKARTA NEWS–  Pemilu 2024 setahun lagi.  Suhu politik terus bergerak naik. Atmosfer   memanas pada Pemilu yang lalu, 2019, jadi pengingat. Polarisasi cukup tajam dan keterbelahan itu jelas mengancam kerukunan bangsa. Maka realitas itu tentu sebuah pelajaran berharga. Dan diharapkan tak terulang.

Situasi yang mengancam persatuan itu digadang tidak meruak kembali pada pemilu mendatang. Ini yang diharapkan banyak kalangan. Mengingat kondisi  jelang dan pelaksanaan Pemlu lima tahun silam itu menggoreskan catatan penuh gejolak,  bertabur intrik yang merisaukan, serta banjir hoaks. Dan fatalnya sensitivitas masyarakat mudah tersulut.   Inilah daya dorong kuat yang menggerakkan seniman dari Teater Asdrafi Yogyakarta hendak mementaskan Dejavu Lawe 2024.

Mengambil lakon  cuplikan  sisi sejarah dari kerajaan besar Majapahit. Di ujung waktu abad 13, ketika Raden Wijaya bertahta,   di sana terjadi pergolakan yang bersumber dari upaya perebutan kekuasaan. Ada hasutan, dan yang duduk di singgasana pun termakan hasutan tersebut. Ada yang sengaja melempar bara dengan taktik yang lihai. Arah yang dituju runyam yakni  memecah belah bangsa !

Nah, inti yang ingin disampaikan oleh Dejavu Lawe 2024 yang disutradarai Tito Pangesthi Adji adalah  “kahanan”  yang melingkupi suksesi. Situasi yang berkembang dalam perebutan kekuasaan, dan taktik-taktik yang dimainkan  manusia yang terlibat dalam kontestasi atau pecundang-pecundang yang ingin mengambil untung dari  intrik yang diciptakan dan kondisi yang dibangun. Baik keuntungan keluarga, kelompok,  atau dalam  era kekinian adalah kerajaan bisnisnya.  

Peran Ranggalawe, menurut Tito, cukup besar jasanya. Sebagaimana tertulis tinta sejarah  Lawe adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit. Ranggalawe merupakan putra dari Arya Wiraraja. Ia ditugaskan sebagai Adipati Tuban Sehubungan dengan adanya kecemburuan sosial karena perihal jabatan, Ranggalawe memberontak kepada raja. Ranggalawe meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Namun bagi  masyarakat Kabupaten Tuban Ranggalawe dikenang sebagai pahlawan.

Sutradara, Tito Pangesthi Adji/foto: istimewa

Berdialog dengan sejarah serasa kita menapak jalan-jalan yang dilintasi pelaku sejarah. Kita  seakan mendengar riuhnya peristiwa, dan seperti menyaksikan tragedi yang terjadi di masa lalu. Pelbagai gejolak dan letupan emosi  yang  melingkup atmosfer di zaman lampau  ketika peristiwa itu terjadi,  semua serasa hadir apabila kita memahami peran penting belajar sejarah.

Tito pun menulis syair lagu tentang Ranggalawe yang menjadi sound track Dejavu Lawe 2024. Syair itu berangkat dari dialog imajinernya dengan sang tokoh sejarah ini. Berikut kutipannya;

Bercermin pada sejarah/ Serasa jiwaku terbelah/ Satu kaki berdiri di masa kini/ Kaki yang lain bertumpu di masa lalu ; Inikah Dejavu itu ?

Serasa melihat bahkan terlibat/ pada peristiwa yang terjadi dulu kala/ Serasa mendengar bahkan bicara/  dalam percakapan yang sama/ pada tempat dan waktu berabad-abad yang lalu;/ Inikah De Javu itu ?

Jika berusaha mendekati “jiwa” sejarah , menurut Tito, kita seakan melihat dan mendengar peristiwa yang terjadi di masa-masa yang telah purba tersebut, puluhan bahkan berabad silam. Karena kita serasa berada di sana, Dejavu ( menapak realitas masa lalu yang belum terjamah namun serasa pernah berada di dalamnya/ terlibat).

 Zaman azali ?!  Masuk di angan-angan memang, namun angan tak mampu menembus sekat-sekatnya.   

Teater Musik Metafisika

Teater Asdrafi Yogyakarta akan mementaskan Dejavu Lawe 2024, Sabtu (28/1) mendatang di Concert Hall Taman Budaya Yogya di Ngupasan, Gondomanan.

Pentas  Dejavu Lawe 2024 yang melibatkan puluhan  pemain ini  merupakan  Pementasan Teater Musik Metafisika berdasarkan naskah garapan  Joko Santoso dengan Sutradara Tito Pangesthi Adji bersama Bramanti F, Nasution.

Pemanggungan kali ini, kata Tito, merupakan  sebuah terobosan inovasi antara konsep musik metafisika dalam dramaturgi yang memadukan unsur multimedia. Dengan merespon situasi keadaan negeri yang penuh fitnah dan caci maki kebencian sesama anak negeri.  Karena itu lakon yang dipilih dengan menyandingkan situasi bangsa saat ini yang diibaratkan kembali   pada tragedi sejarah Ranggalawe yang makar terhadap kerajaannya sendiri di era Majapahit.

Ketika itu  intrik dan pengkhianatan dalam mengincar kekuasaan menimbulkan tragedi berdarah dan meminta banyak korban nyawa.  Karena itu melalui Dejavu Lawe 2024  Teater Asdrafi mengajak semua pihak merenungkan segala kemungkinan yang terjadi di negeri tercinta ini dan bisa menahan diri.

Menurut  Tito pula, mengangkat lakon Dejavu Lawe ini tak lepas dari dawuh  / titah para spiritualis di Yogya. Bagi Tito sendiri pesan itu pun dianggap relevan dan aktual. Mengingat dan bercermin pada sejarah merupakan pelajaran berharga bagi kita semua.

Para Pemain  Dejavu Lawe terdiri : Ukhi Daragia (LOLA). Junior Fransesco Leonz Kambey (YOS)  Riski Mulya Artiana (LUSI). Jonathan Ongky S (ANDI). Tokoh RANGGALAWE  diperankan  Gaung Kyan Renantya Sidarta,  Daniel Godan Exaudi Gultom (PRABU KERTARAJASA). Jedink Alexander (TUMENGGUNG WIRANEGARA), Yosef Salamon (SENOPATI LEMBUSORA),  Ende Riza (PATIH NAMBI). Nano Asmorodono (BUPATI ARYA WIRAREJA), Joni Asman (SENOPATI KEBO ANABRANG),  Dedi Ratmoyo (RESI RATMOYO). Teguh Mahesa (SUKRO KASIH). El Shando Mahardika (SENOPATI JANGIR), Krisnantoro Aji (GAJAH ABIYASA),  Mbah Suro (GAGAK CEMENG), Veronika Karmelia (DARA PETAK),  Ayin Dwiyanti (DYAH TRIBUNAN),  Bilqis Binar Tamaraya (DYAH NARADUHITA), Haniza Rhania Noor (DYAH INDRADEWI), Wirdha Febriana (DYAH GAYATRI). Hasna Shofiya Salsabila (GENDHIS), Rahayu Jati Wacono (RARAS),  B-djo Ludiro (MAHESA GITARJA),  Lokapala Lahang Karoban (KUDHA ANJAMPIANI),  Hastari (EMBAN MAJAPAHIT),  S. Tini (EMBAN KADIPATEN TUBAN)

PRAJURIT : Totok Hariyadi,  Andreas Dwi Andrianto,  Lenny Kartika Saptarini, Irsad Ade Irawan,  Idharul Huda, dan Sutra Fidana

Lantas bagaimana reaksi  dan ekplorasi para pemain terhadap pesan naskah Dejavu Lawe  dalam pementasan ini? Tentu permainan di panggunglah yang akan mengujinya. Kekuatan akting, kesesuaian menakar emosi dan ekspresi, keseluruhan tata panggung dan sejauh mana visualisasi   membangun daya pikat sebagai tontonan, meski pementasan kali ini mengakses perkembangan teknologi kekinian, seperti  animasi, permainan lighting, dll  dalam jagat multimedia. 

Selamat menyaksikan ! *** iswati

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *