Kabar
PTIQ Rumuskan Konsep Khairo Ummah Versi Indonesia
JAYAKARTA NEWS— Sejauh ini belum ada satupun institusi pemerintah maupun non pemerintah yang secara komprehensif merumuskan konsep khairo ummah, sebagaimana diamanahkan Al-Qur’an ayat 104. Untuk itu, Insitut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) yang telah bertransformasi dari institut ke universitas akan berikhtiar untuk mengisi kekosongan tersebut.
Hal tersebut dikemukakan oleh Rektor Institut PTIQ Jakarta Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA pada acara Rapat Kerja (Raker) Insitut PTIQ Jakarta Tahun Akademik 2022/2023, Sabtu (7/1/2023) di Bali. Acara Raker diikuti sebanyak 73 orang. Terdiri dari Pembantu Rektor, Dekanat, para Ketua Program Studi dan karyawan di lingkungan Institut PTIQ.
Dalam formulasinya, konsep khoiro ummah akan dikombinasikan dengan strategi kebudayaan yang compatible, kompetitif dan diarahkan untuk memajukan ekonomi bangsa di kancah global, sebagaimana pernah digagas Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Ponco Sutowo. Tujuan akhir dari konsep khairo ummah, dapat bermanfaat bukan hanya bagi PTIQ, melainkan juga umat dan bangsa Indonesia.
Sebelum sampai pada gagasan dan inisiasi tersebut, Nasaruddin Umar yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal memotret pengalaman dan praktik pembangunan sejumlah negara. Seperti Jepang, Cina, negara-negara Skandinavia, serta Timur Tengah. Salah satu variabelnya adalah tingkat kebahagiaan (happiness) warganya. Mengacu hasil riset World Happines Report, negara-negara Skandinavia, berada pada peringkat 1 sampai 10. Sementara Indonesia berada di peringkat 60 dari 150 negara yang diriset/survei..
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menambahkan, Indonesia merupakan negara paling tepat untuk merumuskan konsep khairo ummah, bukan dari Timur Tengah. Peran Timur Tengah selesai dengan menghadirkan Islam ke dunia ini. Sedangkan untuk merawat dan mengembangkan serta mewujudkan Islam sebagai khairo ummah menjadi tugas Indonesia. Meskipun saat ini, Indonesia mempunyai problem aktual sangat serius. Yakni: terjadi ketimpangan ekonomi luar biasa antara Jawa dengan wilayah luar Jawa.***abh