Connect with us

Feature

Melongok “Dapur KPK”

Published

on

Malam “Koes Plus” di Summarecon Mall Bekasi. (foto: nanang s)

JAYAKARTA NEWS – Menyebut ribuan lagu ciptaan Koes Plus mungkin berlebihan. Ratusan? Bisa jadi. Di antara sekian banyak lagu, dua lagu berjudul “Andaikan Kau Datang” dan “Kolam Susu” tentu banyak yang sudah tahu.

Lagu “Andaikan Kau Datang” yang sukses didaur ulang oleh Ruth Sahanaya, sekilas sederhana liriknya. Sekilas bermakna cinta-cintaan. Siapa nyana, lagu itu ternyata sarat makna. Lagu itu ternyata mengandung nilai religi yang sangat dalam. Lagu yang mengisahkan tentang kasih sayang (Tuhan) dan pertemuan kembali dengan Tuhan di alam keabadian.

Hal ini mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebentar dan pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta. Jika waktunya tiba, bekal apa yang akan kita bawa nanti, dan jawaban apa yang akan kita sampaikan apabila kelak kita kembali bertemu dengan Sang Kekasih Sejati Pemilik Kehidupan ini?

Sedangkan lagu “Kolam Susu”, menceritakan tentang rasa nasionalisme yang tinggi, menceritakan tentang negeri ini sebagai sebuah negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawi, subur tanpo tinandur, murah tanpo tinuku. Bayangkan tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tanaman. Mengingatkan kepada kita bahwa kita harus bersyukur, karena Tuhan sudah menjadikan Indonesia seperti surgawi, bahkan topan dan badaipun enggan menghampiri nelayan kita.

Sedikit flashback, grup musik Koes Plus ini dibentuk pada tahun 1969 sebelumnya bernama Koes Bersaudara, dikenal sebagai pelopor musik pop dan rock’n roll di Indonesia dengan personal Tonny Koeswoyo, Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, dan Murry. Band legendaris dan mempunyai pengaruh besar di industri musik Indonesia. Hingga saat ini masih sering tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka. Maka tak heran bila lagu-lagu Koes Plus yang pernah tenar di era tujuh puluhan itu tak pernah usang di makan zaman.

Bahkan banyak yang membentuk kelompok pecinta Koes Plus atau pecinta lagu-lagu Koes Plus. Salah satunya adalah Komunitas Pecinta Koes Plus yang disingkat KPK. Nama singkatannya cukup “provokatif”, seperti lembaga antirasuah yang gemar menggelar operasi tangkap tangan kepada pejabat-pejabat korup.

Ini bukan KPK yang itu. Ini Komunitas Pecinta Koes Plus. Jika kita melongok dapur KPK yang satu ini, tampak adanya geliat dan gairah yang luar biasa. Komunitas ini di-launching pertama kali pada tanggal 12 April 2015, dan langsung diresmikan oleh Yok Koeswoyo. Kini, anggota yang sudah terdaftar sekitar 1.200 tersebar di berbagai daerah seperti, Jabodetabek, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Khusus di Jakarta sekitar ada 700-an orang, rata-rata mereka berusia 45 – 75 tahun.

Joko Siswanto (tengah)  Ketua DPP Komunitas Pecinta Koes Plus (KPK), dan Sutrisno (dua dari kanan) Ketua KPK Jabodetabek beserta para Pengurus KPK Lainnya. (Foto : Nanang S.)

Mereka baru saja merayakan hari jadinya ke-4 di Food Hall Summarecon Mall Bekasi (SMB), Kamis 11 April 2019. Hadir ratusan orang anggota Komunitas Pecinta Koes Plus (KPK) se-Jabodetabek. Nah pada saat break di pentas musik B Plus Regular di SMB itulah KPK minta izin waktu 10 menit untuk memotong tumpeng ultah KPK ke-4.

Acara potong tumpeng sambil menyaksikan show B Plus yang rutin tiap Kamis malam itu, sifatnya hanya spontanitas merayakan ulang tahun KPK yang jatuh pada tanggal 12 April 2019. Karenanya hanya dihadiri sebagian anggota saja. “Puncak acaranya sudah diselenggarakan lebih dulu di Hotel Plaza Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 13 Maret 2019 dan dihadiri seluruh anggota dari Jabotabek dan Jawa Tengah,” ujar Joko Siswanto, Ketua DPP Komunitas Pecinta Koes Plus (KPK) seluruh Indonesia.

Meski begitu, acara di SMB tetap meriah. Ratusan fans Koes Plus kompak menari, berjoget, berdansa mengikuti irama lagu-lagu Koes Plus yang dibawakan pemusik lokal. Gelaran “Malam Koes Plus” di SMB memang selalu dipadati fans Koes Plus. Mereka selalu antusias hadir, berjoget, bergembira ria. Bahkan tak jarang mengenakan atribut yang seragam.

Lebih jauh Joko Siswanto menjelaskan, Komunitas Pecinta Koes Plus (KPK) adalah ide yang ia gagas, mengingat begitu banyak pecinta lagu-lagu Koes Plus khususnya di Jakarta. Di sisi lain, ia melihat tidak ada wadah, maka timbullah wadah KPK. “Dengan begitu, satu dan yang lain bisa saling kenal,” ujar Joko yang ternyata penabuh drum itu.  

Selain wadah hobi musik, KPK juga mempunyai kegiatan lain yang bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan, seperti menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa, setiap bulan. Bukan hanya itu, di bulan Ramadhan, KPK juga mengadakan bagi-bagi takjil untuk berbuka puasa. “Karena kami tidak ada sponsor, maka semua kegiatan datangnya dari kita untuk kita, semua biaya kegiatan ditanggung oleh masing-masing anggota,” ujarnya.

Ia berharap ke depan KPK lebih maju dari sekarang dan di tahun berikutnya akan tambah solid, rukun, jaya dan makin banyak melakukan aktivitas yang produktif. Harapan itu diaminkan oleh Sutrisno, Ketua KPK Jabodetabek dan para Pengurus KPK yang lain. Sebagai penutup wawancara mereka meneriakkan yel-yel “KPK..Sukses..Sukses…Yes..KPK Selalu untuk selamanya”.

Anggota Komunitas Pecinta Koes Plus (KPK) Jabodetabek, berfoto bareng usai acara “Malam Koes Plus” di Food Hall, Summarecon Mall Bekasi, Kamis 11 April 2019 (Foto : Nanang S

Harapan lain juga datang dari Puja P, selaku Humas. Ia mengatakan, ”Sebetulnya KPK itu wadah orang-orang tua, tetapi sekarang sudah mulai ada dari para remaja yang jadi anggota KPK. Kami senang, karena itu artinya ada regenerasi. Selama ini, lagu-lagu Koes Plus kami anggap sebagai hiburan yang murah. Ke depan, KPK kami harap bisa jadi wadah hiburan yang dapat mensejahterakan dan membahagiakan anggota yang rata-rata di atas 50 tahun,” ujarnya.

Di antara hadirin, tampak Cony Herlina (58 tahun), salah satu anggota asal Tambun, Bekasi yang sudah tiga tahun bergabung. Ia datang bersama suami. Ia tertarik bergabung ke KPK, karena merasa menemukan dunia yang menyenangkan. Di saat suami pensiun, dan anak-anak sudah hidup mandiri serta terpisah dari orang tua, maka mengikuti acara-acara KPK menjadi sangat menyenangkan.

Setelah masuk KPK, ia merasakan sebuah ikatan kekeluargaan yang kental. Semangat silaturahmi yang begitu tinggi, tak heran jika KPK eksis bahkan terus maju. Jumlah anggotanya makin bertambah dari waktu ke waktu. Melalui KPK pula, para anggota bisa melakukan aneka kegiatan sosial bagi masyarakat luas.

Susunan Struktur KPK sesuai hasil Mukernas KPK Cisarua 20-21 Oktober 2018 Penasehat (Sekhan Handoko, Bambang) , Ketua Umum (Joko Siswanto), Sekjen (Agus Suprapto), Bendahara Umum (Kuntoro), Humas (Puja P, Beni K), Sie Sosial (Tuty Junaedi), Koordinator Wilayah Jawa Tengah, Jogya dan Sekitarnya (Totok Suprianto), Pengurus KPK Jabodetabek : Penasehat (H Teguh, danar), Ketua (Sutrisno), Wakil Ketua (Gito), Sekretaris (Yudha Purwoko), Bendahara (Parsinada, darsih), Humas (Han, Ina), Sie Sosial (Nur Arfah) DPK KPK Semarang : Ketua (Yuni), Sekretaris (Beni K), Bendahara (Maria). (Nanang S.)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *