Ekonomi & Bisnis
Ini yang bikin generasi milenial susah punya rumah

PROPERTI merupakan produk yang ketersediaannya sangat terbatas, di mana pun, tidak terkecuali di Indonesia. Generasi sekarang, yang dikenal sebagai golongan milenial, menghadapi masalah hunian. Kebutuhan papan menjadi urutan kedua setelah pangan, yang dengan demikian semua orang membutuhkannya, termasuk (barangkali Anda yang ada di deretan) generasi milenial.
Apabila Anda termasuk kelompk generasi milenial, Anda ada di golongan yang sudah memiliki rumah sendiri (walaupun masih harus mengangsur), golongan yang sedang dalam proses membeli rumah ataukah kelompok yang belum peduli dengan kepemilikan properti?
Mereka yang sampai sekarang masih dalam kelompok belum memiliki rumah, pada umumnya adalah orang-orang yang terlalu memilih soal properti. Pada umumnya, golongan ini sering beranggapan, karena harganya tidak terjangkau, maka masalah membeli rumah kemudian tidak dipikirkan. Mereka juga sering mengangankan sebuah rumah yang terlalu ideal. Biasanya ini sulit terwujud.
Mereka membayangkan memiliki rumah di lolasi yang strategis atau pusat kota, dengan tanah yang luas dan bangunan yang besarny a ‘luar biasa’. Orang yang memiliki impian semacam itu, tentu harus menyediakan dana yang tidak sedikit. Pastinya, harganya luar biasa.
Kelompok orang yang menginginkan rumah seperti itu, karena tidak memiliki dana yang cukup, akhirnya memilih untuk kontrak di daerah perkotaan. Lokasinya dekat dengan kantor, atau dekat keramaian. Sekarang, iming-iming makin banyak dengan banyaknya apartemen yang disewakan. Pastinya, menyewa apartemen di pusat kota, yang mungkin malah tinggal jalan kaki ke kantor atau cukup sekali naik kendaraan umum, praktis.
Tetapi, Anda harus ingat, jika konsep berpikir seperti itu yang dipilih, maka Anda kemungkinan besae sampai tua tidak akan memiliki rumah. Selamanya menjadi “kontraktor” (tukang ngontrak demi mudah ke kantor…)
Jika Anda serius ingin memiliki rumah, maka gaya hidup yang penuh dengan keinginan berlebih, mulai sekarang ini harus Anda tulis di urutan paling buncit. Fokuslah, untuk sekerang, yang penting Anda punya properti dulu. Di mana pun!!
Dimana pun??
Betul! Untuk memiliki properti, yang terjangkau dengan kondisi keuangan Anda, maka Anda harus mau sedikit berkorban. Jangan membayangkan kesusahan dan kesulitanya, ketika Anda akan memutuskan untuk membeli properti. Yakinlah, bahwa Anda tidaklah sendirian. Misalnya, Anda bukanlah satu-satunya orang yang tinggal di Bekasi, Bogor atau Tangerang, yang harus bekerja di Jakarta, setiap hari PP menggunakan kendaraan umum baik kereta resl listrik atau bus. Jutaan orang yang bekerja di Jakarta adalah warga wilayah penyangga Ibukota yang setiap hari memanfaatlan KRL atau bus umum untuk pergi dan pulang kerja.
Jadi, untuk memiliki properti sendiri, perlu ada pengorbanan. Pertama, Anda harus bisa menabung, baik untuk membayar uang muka maupun cicilan. Untuk rumah subsidi, ada sejumlah pengembang yang memberi kesempatan mudah kepada konsumennya untuk mengangsur DP hingga 12 – 15 bulan. Pengorbanan berikutnya, Anda harus menyiapkan waktu yang memadai untuk menjangkau ke kantor dengan kendaraan baik umum maupun pribadi. Paling praktis sekarang adalah kereta dan busway. Maka, perumahan yang memiliki akses yang dekat dengan fasilitas transportasi itu, akan diserbu pembeli.
Jangan takut untuk membeli rumah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Tak masalah sekalipun Anda harus mengangsur 15 atau 20 tahun. Pada tahun-tahun awal, cicilan mungkin akan terasa berat, tetapi seiring dengan kenaikan gaji berkala Anda, maka cicilan akan makin ringan. Coba sandingkan nilai cicilan dengan kenaikan gaji setiap tahun. Pastinya suatu saat akan masuk pada tahap yang terasa ringan bukan?
Bandingkanlah dengan potensi kenaikan harga properti yang akan Anda dibeli itu pada 15 tahun mendatang. Pasti, pengorbanan yang Anda lakukan tidak akan sia-sia dibandingkan dengan kenyamanan dan keuntungan yang akan diperoleh.
Jadi, segera cari perumahan! Beli! Tak masalah kalaupun harus kredit KPR…***