Connect with us

Kabar

Hotel Management System Menjawab Perkembangan Industri Perhotelan

Published

on

Jayakarta News – Apa itu Hotel Management System? Ini adalah suatu aplikasi yang memudahkan dalam operasional suatu pekerjaan di industri perhotelan.

Industri yang bergerak di bidang hospitality ini memiliki ketergantungan dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informatika komputer dalam pemberian pelayanan kepada tamu mulai dari penanganan pemesanan kamar (check in), menangani tamu registrasi sampai tamu meninggalkan hotel (check out).

Teknologi yang digunakan merupakan rancangan sesuai tuntutan pekerjaan terutama pada bagian front office yang dinyatakan dengan istilah hotel sistem. Dalam penggunaan hotel sistem memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan memahami tugas pokok dan fungsi dari masing-masing  bidang pekerjaan sesuai dengan standar hotel.

“Kemudian dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebaiknya dilakukan dengan memberikan persiapan sesuai dunia kerja yang sesungguhnya,” ujar Dr. Muhammad Halfi Indra Syahputra, A.Md Par, SE, M.Si beberapa waktu lalu di Amaliun Food Court, Jl. Amaliun, Kotamatsum III, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara.

Dr. Muhammad Halfi Indra Syahputra, A.Md Par, SE, M.Si. (Foto Ist)

Sesuai kriteria yang harus dimiliki pendidikan kejuruan dan vokasi menurut Finch dan Crunkilton dalam Sonhaji (2012) adalah: (1) orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; (2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata dilapangan; (3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif; (4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas pada sekolah; (5)kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; (6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai dan (7) adanya dukungan masyarakat.

Pencapaian tujuan aspek-aspek tersebut sebaiknya berjalan secara bersama karena proses pembelajaran yang dilakukan di SMK memberikan kontribusi keahlian sejalan dengan kebutuhan pada dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga mau tidak mau menjadi sebuah keharusan untuk mengikuti perkembangan era digital saat ini yang telah memasuki indutri 4.0 khususnya bagi pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

“Jadi setiap lulusan dari SMK utamanya perhotelan itu harus memiliki kualitifikasi yang memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan oleh pihak industri, dan para lulusan SMK itu harus memiliki sertifikat sehingga kompetensi ynag dibuat oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),” jelas Halfi yang alumni dan dosen di Poltekpar Medan.

Dalam tuntutan itu ada salah satu media untuk pelatihan mereka, jadi harus ada media untuk pelatihan yang harus sama dan sesuai tuntutan industri, jadi satu dengan managemen hotel sistem, agar memudahkan siswa memahami situasi real di industri dan mempercepat kualitas kompetensi mereka sehingga ketika lulus, tidak canggung lagi kerja di front office di industri perhotelan, atau front line.

Saya pernah meneliti, dan sejauh ini belum optimal. Jadi prakteknya manual, sementara sekarang sudah berbasis teknologi. Ada ketimpangan antara apa yang dipelajari dengan dunia perhotelan pada kenyataannya. Dibutuhkan peningkatan kualitas SM baik guru terutama yang akan menularkannya kepada murid-murid sehingga pemerintah juga harus mendukung fasilitas yang sama dan sesuai dengan industri.

Peningkatan kemampuan lulusan SMK harus mengacu pada proses berkelanjutan dengan penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan industri dan memiliki sertifikat kompetensi. Pasal 61 ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menjelaskan bahwa sertifikat kompetensi merupakan bentuk pengakuan terhadap kemampuan SDM, baik itu peserta didik maupun masyarakat umum yang telah melalui uji kompetensi.

Sertifikat ini diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan atau lembaga pelatihan yang terakreditasi dan diijinkan untuk menyelenggaraan uji kompetensi. Undang Undang no 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pada pasal 53 butir 3 menyatakan Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah mendapat lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sudut Pandang Pelaku

Jadi dari industri perhotelan atau sebagai user melihat sisi pentingnya Hotel Management System itu sudah tidak dipungkiri lagi. Apa lagi selama ini faktanya pihak hotel pada saat merekrut membentuk pos-pos tertentu dengan catatan di front liner itu rata-rata dari akademi karena mereka para alumni sudah memiliki keahlian seperti real hotel, misalkan di front office itu menggunakan Hotel Management System (HMS).

“Dan ketika diterima, nantinya pada saat training itu akan lebih mudah, kemudian hanya tinggal melihat performance satu per satu. Nah sementara selama ini kalau dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mereka (siswa-siswi) hanya menunggu giliran atau dapat posisi-posisi back office ataupun yang tidak menggunakan aplikasi atau sistem, contohnya di housekeeping, room boy, dan waiter,” ungkap Ramlan Tanjung, Front Office Manager (FOM) Hotel Madani Medan.

Ramlan Tanjung, Front Office Manager Hotel Madani Medan. (Foto Ist)

Tambah Ramlan lagi, padahal mengenai kemampuan mereka di lapangan itu sama, bisa dikatakan sama, punya kemampuan knowledge, language dan performance. Hanya jenjang pendidikan yang beda. Jadi kalau anak-anak SMK sudah mendapatkan pendidikan di sekolah kejuruan perhotelan mengenai Hotel Management System lalu bisa langsung praktek seperti real, maka kami sebagai user lebih mudah untuk mencari SDM. Dan anak-anak yang akan  tamat nantinya lebih semangat untuk belajar, karena setelah tamat kemudian bisa terjun ke dunia industri hotel.

Terkadang murid-murid yang sudah tamat tidak ada dana untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau kuliah, jadi problemnya di sana. Jadi kami sebagai user sangat mendukung sekali dengan kegiatan belajar Hotel Management System. Kenapa? Karena setiap orang berhak untuk mendapat keprofesionalan itu sejak dari pendidikan dasar apalagi sudah pendidikan menengah.

“Selanjutnya di sekolah itulah tempat meningkatkan keprofesionalan para murid ataupun untuk mengikuti belajar serta pemahaman teknologi yang ada, karena simulasi selama ini yang digelar masih manual, artinya check in masih secara tertulis kemudian bloknya juga manual, sedangkan sekarang sudah computerized, dengan dua atau tiga departemen di hotel, antara lain front office dengan housekeeping kemudian front office dengan housekeeping dan restaurant. Jadi minimum tiga outlet ini harus sudah link di SMK pada saat simulasi. Jika ini sudah terjadi maka tujuan anak-anak yang akan tamat nanti sudah mempunyai kemampuan yang kompleks untuk bisa terjun ke industri hotel, itu harapan kita sebagai user,” tutup Ramlan yang juga alumni BPLP/Poltekpar Medan. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *