Ekonomi & Bisnis
Hasil Riset Beda Picu Debat Aman Tidaknya Penggunaan Pestisida Terlarang

KEAMANAN penggunaan pestisida neonicotinoids menjadi perdebatan sengit menyusul perbedaan signifikan hasil riset yang meneliti pengaruh penggunaan sejumlah pestisida terhadap lebah.
Kegaduhan muncul setelah dipicu perdaan dua studi penting, yang mempelajari bagaimana lebah terpengaruh oleh pestisida. Hasil riset yang menunjukkan perbedaan tersebut yang diumumkan pada Kamis (29/6/2017) itu, mengundang perdebatan mengenai aman tidaknya penggunaan bahan kimia neonicotinoids itu.
Dua studi tersebut masing-masing dilaksanakan di kawasan Eropa dan sebuah lainnya di Kanada. Hasilnya menunjukkan, ada beberapa dampak negatif terhadap lebah setelah mereka terpapar neonicotinoids di alam liar.Namun demikian, ada dampak positifnya, yakni kondisi itu tergantung pada konteks lingkungannya.
Para peneliti yang melakukan riset di Eropa (yakni di Inggris, Hungaria, dan Jerman), menjelaskan secara keseluruhan neonicotinoids berbahaya bagi lebah madu dan populasi lebah liar dan menyadi “penyebab keprihatinan.” Namun para ilmuwan yang risetnya disponsori oleh Bayer AG Jerman dan Syngenta AG Swiss mengungkapkan, hasilnya menunjukkan “dampak yang tidak konsisten.” Dalam pada itu para pakar independen berpendapat, temuan-temuan tersebut hasilnya bercampur aduk dan tidak konklusif.
Semenjak 2014 Uni Eropa memutuskan untuk moratorium penggunaan neonicotinoids, yang produknya dibuat dan diual antara lain oleh Bayer dan Syngenta, menyusul riset laboratorium yang menggambarkan beragam potensi risiko bagi lebah. Di luar kepentingan produksi madu, lebah (termasuk lebah liar), sangat dibutuhkan perannya untuk penyerbukan tanaman.
Kalangan produsen neonicotinoid menyatakan, faktanya menunjukkan, bahwa merosotnya populasi lebah tidak dapat dibebankan kepada bahan kimia tersebut. Dalam pandangan mereka, hal ini ada berbagai faktor yang melingkupinya yang terjadi oleh kompleksnya fenomena.
Juru tutur untuk pemantau keamanan pangan Uni Eropa, EFSA berpendapat, pihaknya tengah memproses untuk mereview semua studi dan data, guna dilakukan re-evaluasi secara menyeluruh terhadap neonicotinoids. Re-evaluasi diharapkan dapat dilaksanakan pada November 2017 mendatang.
Hasil kajian EFSA tersebut, kelak akan menjadi dasar keputusan Komisi Eropa dalam mengkonsultasikan kepada negara-negara Uni Eropa, apakah moratorium terhadap neonicotinoid tetap harus diberlakukan atau sudah perlu disudahi.
Menurut para periset di Kanada, lebah pekerja yang terpapar neonicotinoids, yang acapkali berasal dari serbuk sari yang terkontaminasi dari tanaman-tanaman sekitar, bukan dari tanaman-tanaman yang mendapatkan perlakuan, ternyata punya tingkat harapan hidup yang lebih rendah. Koloni ini juga berkemungkinan kehilangan ratu lebahnya.
Berkaitan dengan hasil riset di Eropa, para peneliti di Kanada ini berpendapat, bahwa tanaman yang terpapar pada neonicotinoid, ternyata membahayakan koloni lebah di dua dari tiga negara. Riset itu juga memberi gambaran bahwa keberhasilan reproduksi lebah-lebah liar di ketiga negara tersebut mengalami persoalan. Menariknya, hasil riset di Jerman menunjukkan dampak positif pada lebah yang terpapar neonicotinoids. Dampak positif ini bersifat sementara, dan apa alasan terjadinya hal tersebut, masih perlu dikaji.
“Ini mencerminkan kompleksitas dunia nyata,” ujar Richard Pywell, guru besar di Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris. “Dalam keadaan-keadaan tertentu, anda mungkin akan mendapatkan dampak positif … dan pada keadaan-keadaan lainnya and mungkin akan menemukan dampak negatif,” tambah Pywell, yang juga pemimpin dalam studi ini.
Secara keseluruhan menurutnya, terdapat dampak negatif yang signifikan pada tahapan-tahapan siklus kehidupan lebah yang penting, yang menyebabkan timbulnya keprihatinan. Ditambahkan, beberapa spesialis yang tidak terlibat langsung dalam riset ini, yang diminta untuk meriview temuan riset ini mengatakan, hasilnya bercampur aduk.
Guru besar di the University of Huddersfield Inggris, Rob Smith mengatakan, “penting untuk menunjukkan adanya dampak yang dapat dideteksi dari perlakuan neonicotinoid pada lebah madu di dunia nyata,” ujarnya. Hanya saja, tambahnya, “Dampak-dampak yang ditimbulkan bersifat tidak konsisten.” Hasil temuan yang berbeda itu menggambarkan betapa kompleksitasnya ilmu lingkungan hidup.***