Connect with us

Feature

Bersama HD Sportster, Opung Taklukkan Bandung-Medan

Published

on

H. Dahler Lubis, B.A.Par di atas Harley Davidson Sportster 500 cc-nya. (foto monang sitohang)

Anda boleh berdecak kagum, boleh pula melongo menyaksikan lelaki 75 tahun itu baru saja menaklukkan rute darat Bandung – Medan dengan mengendarai moge Harley Davidson. Lelaki gaek bernama H. Dahler Lubis, B.A.Par itu melalap jarak 2.115 km selama empat hari.

Memang, ia tidak sendiri, melainkan bersama anggota Club Motor Brotherhood asal Bandung. Dan perjalanan ke Sumatera Utara ini ternyata bukan kali pertama. “Ini yang kedua. Pertama dulu tahun 2012 dalam event Sumatera Bike Week. Saya senang masih bisa mengikuti aktivitas riding tour,” ujar pengendara Harley Davidson Sportster 500 cc itu.

Jadi ikut riding touring dengan harley bukan hanya sekedar gaya saja, tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan diri, jiwa harus tetap semangat, fisik harus di jaga agar selalu prima, makanan, waktu tidur harus diperhatikan, dan jangan lupa olah raga, bisa dengan rutin berjalan kaki, bersepeda. Dan insyallah saya masih diberi kesehatan dan kekuatan oleh Tuhan untuk ikut dalam touring yang ke dua kali ke Sumatera Utara, pertama di tahun 2012 di even Sumatera Bike Week dan kedua kalinya even saat ini

“Secara usia, saya memang yang paling tua di club brotherhood, dan mungkin juga yang tertua di antara ratusan bikers yang hadir saat ini,” ujar Opung Dahler Lubis, saat ditemui Jayakarta News di tengah event motor berskala internasional “International Bikers Gathering (IIBG), Sumatera Bike Week” di Lapangan Benteng Medan, Kamis, (29/11/2018). Event kumpur bikers itu akan berlangsung sampai 2 Desember 2018.

Selain club brotherhood Bandung, hadir juga member klub lain serta pembalap X-trim berbagai provinsi di Tanah Air plus peserta dari luar negeri, merayakan moment dua tahunan itu. Acara yang dibuka oleh Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah atau Ijeck, yang juga Ketua HDCI Sumut itu, dihadiri Ketua Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), Komjen (Purn), Pol Nana Sukarna, Bupati Labuhanbatu Utara, Khairuddinsyah Sitorus, dan lainnya serta pimpinan sejumlah perusahaan sponsor.

Dan di antara sekian banyak rider, si Opung itu memang tampak paling menonjol, seklaigus unik. Ayah tiga anak serta kakek enam cucu itu, benar-benar berdarah petualang. Terbukti, satu anaknya kini mengikuti jejaknya di club brotherhood, dan sama-sama hadir di Medan.

“Opung” Dahler Lubis di atas HD kesayangannya. (foto monang sitohang)

Ia mengaku dari muda sudah senang melihat motor besar, termasuk senang jika melihat klub moge touring. Tahun 1970 adalah awal Opung berkenalan dengan motor besar. “Saat itu saya menggunakan motor buatan Inggris, BSA 500, yang merupakan motor peninggalan zaman penjajahan. “Tentu perlu perawatan intensif,” ujar Opung yang lulusan Akademi Perhotelan Nasional (APN) yang saat dikenal dengan NHI Bandung.

Kisah beranjak ke periode tahun 80-an, saat tahun 1988 ia beralih ke Harley Davidson jenis Sportster tahun 1962. “Starternya masih model engkol. Salah mengengkol, kaki bisa keseleo, sebab kompresi moge itu tinggi sekali. Seiring umur, sudah gak kuat ngengkol, jadi beralih ke model starter otomatis,” ujar Opung sambil terkekeh.

Sejumlah klub motor pernah ia ikuti. “Klub motor pertama yang saya ikuti Motor Antik Club Indonesia (MACI). Kemudian pindah ke Club Motor Brotherhood tahun 1997 sampai saat ini. Klub ini beranggotakan sekitar 600 orang dan pusatnya di Bandung, dan memiliki anggota di sejumlah kota lain,” paparnya.

Ditanya ihwal perjalanan terjauh, ia menyebut Sumatera Utara. Yang kedua ke NTT. Bedanya, kalau ke NTT, frekuensi di atas jok moge lebih sedikit, karena untuk melibas deretan pulau-pulau kecil, harus dilakukan dengan penyeberangan laut. “Baru jalan berapa kilometer sudah berhenti di penyeberangan. Begitu berulang-ulang….. Itu tipikal medan perjalanan ke arah nusa tenggara sana,” ujar Opung yang mengaku sudah terbiasa berkendara diterpa hujan dan matahari.

Apa persiapan yang ia lakukan? Opun menjawab, menjaga fisik dengan istirahat cukup dan olahraga. Selebihnya, menyiapkan moge agar tak kalah fit. Memang, katanya, kalau terjadi masalah, sudah tersedia mobil storing di belakang yang siap mengangkut, tapi itu artinya sama dengan biker kurang persiapan. “Kalau rusak ya harus storing, karena sistem electricity Harley itu computerized, jadi tidak bisa dibetulkan secara sembarangan.

“Yang menyenangkan setiap touring adalah rasa persaudaraan dan solidaritas yang tinggi,” ujar lelaki asal Sumatera yang merantau ke Jawa tahun 1963 itu. Kini, setelah pensiun jadi dosen di Aktripa (Stipar) Bndung dua tahun lalu, waktu menyalurkan hobinya jadi lebih banyak.  (monang sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *