Connect with us

Kabar

Tanam Pohon Dulu, “Tanam” Istri Kemudian

Published

on

TEKAD Kuningan menjadikan wilayahnya sebagai Kabupaten Konservasi, tak lagi lonjong. Bulat-sebulat-bulatnya. Pencanangan Kabupaten Konservasi pada tahun 2006, bahkan secara konsisten dilaksanakan hingga hari ini. “Kami bahkan memasukkannya ke dalam rencana kerja jangka panjang daerah. Dengan begitu, ada jaminan payung hukum yang kuat. Siapa pun yang memimpin Kuningan di masa yang akan datang, concern Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi tidakakan berubah,” ujar Wakil Bupati Dede Sembada, Kamis (2/2).

Dede menyampaikan hal itu dalam paparan di depan segenap jajaran pengasuh media online jayakartanews.com serta sejumlah media ibukota, di Grage Sangkan Hotel & Spa, Kuningan, Jawa Barat. Bukan sekadar wacana, implementasi Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi pun sudah diturunkan ke dalm sejumlah peraturan.

Sebagai contoh, setiap pasangan yang hendak menikah, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yakni menanam empat buah pohon. Tanpa memenuhi syarat itu, jangan harap bisa menikah di Kuningna. “Jadi, bagi pasangan yang mau menikah, harus menanam pohon terlebih dahulu, baru boleh “menanam” istrinya… ha… ha… ha…,” gurau Dede, disambut tawa meriah hadirin.

Wakil Bupati Dede Sembada (kiri) menerima plakat dari Pemimin Umum Jayakartanews, Suryohadi (kanan). Tengah, Cinta, PR Manager Grage Group.

Ia meyakini, peraturan itu hanya ada di Kabupaten Kuningan. “Mungkin bisa menjadi kampanye positif, melalui media massa. Sekaligus menunjukkan keseriusan kami, tidak hanya pemerintah daerah, tetapi juga didukung oleh masyarakatnya, untuk menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi,” tambah politisi PDIP itu.

Selain kewajiban menanam pohon bagi pasangan yang hendak menikah, gerakan yang sama juga digalakkan di sekolah-sekolah. Para siswa ikut malakukan penanaman pohon. “Pada dasarnya, Kuningan itu daerah yang sejuk. Kami tidak ingin kehilangan kesejukan itu. Sebab, hilangnya kesejukan Kuningan bisa berarti buruk. Artinya, gunung mulai gundul, daerah resapan mulai berurang. Dampak lebih besar, tentu bisa mengganggu lingkungan hidup. Termasuk bisa mendatangkan persoalan cadangan air,” kata Dede pula. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement