Connect with us

Feature

Jembatan Aekgodang, Mimpi Panjang Jadi Kenyataan

Published

on

Jayakarta News – Tersebutlah dusun bernama Tornauli Aekgodang. Dusun itu terletak di Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara. Penghuninya baru saja lepas dari “keterasingan” akibat tidak adanya jembatan. Masyarakatnya baru mendapatkan kenyataan dari sebuah mimpi panjang.

Saking terbatasnya akses keluar-masuk dari dusun itu, tak heran jika banyak warganya memilih pergi. Banyak di antara mereka merantau, menolak takdir belenggu di tanah kelahirannya sendiri. Padahal, jarak lokasi ini dari Medan sebagai pusat kekuasaan Sumatera Utara, hanya sekitar 300 km.

Tak heran bila, hadirnya jembatan Aekgodang di dusun tersebut disambut euforia suka-cita warga. Sampai-sampai, tokoh masyarakat setempat, Saut Hutapea berkata, “Ini seperti mimpi bagi kami. Setelah ratusan tahun kami baru merasakan ada jembatan seperti ini.” Anda tahu? Usiat Saut Hutapea sendiri sekitar 50-an tahun.

Seperti itulah gambaran suasana suka-cita atas acara peresmian jembatan Aekgodang, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, oleh Bupati Tapanuli Utara, Drs Nikson Nababan, MSi, Rabu (12/02/2020). Sebuah prasasti ditandatangani oleh bupati, dilanjutkan pengguntingan pita. Sekelompok penari tortor panomu nomuan memeriahkan acara.

Bupati Nikson merasa lega, apa yang ia rencanakan bisa terwujud. Menjabat Bupati Tapanuli Utara sejak Juni 2015, Nikson prihatin melihat sejumlah keterbelakangan. Wilayah yang sangat luas, dengan anggaran yang terbatas, adalah sumber masalah bagi program pemerataan pembangunan.

Tahukah Anda? Luas Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800 km2, terdiri atas 15 kecamatan, dengan 11 kelurahan dan 241 desa. Kabupaten Tapanuli Utara bahkan lebih luas dibanding Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang 3.186 km2. Bahkan, lima kali lebih luas dibanding Jakarta.

Luas Jakarta yang sekitar 661 km2, hanya seluas wilayah kecamatan di Tapanuli Utara. Kecamatan Adiankoting, lokasi peresmian jembatan itu misalnya, adalah 502,9 km2. Jika Provinsi DKI Jakarta terdiri atas 44 kecamatan dan 267 kelurahan yang relatif makmur, maka ibarat bumi dan langit jika dibandingkan dengan 16 desa di Kecamatan Adiankoting.

Untuk sekian lama, Kecamatan Adiankoting laksana anak tiri. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tidak terkelola dengan baik. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang hanya 28 jiwa per kilometer itu, seperti luput dari pandangan pengambil kebijakan.

Medan – Adiankoting sekitar 300 km.
Kecamatan Adiankoting

Dari jejak digital diketahui, seorang politisi, Ir Juliski Simorangkir MM tahun 2015 pernah berkunjung ke dua desa terbelakang di Kecamatan Adiankoting: Desa Dolok Nauli dan Desa Parsikaman. Waktu itu, ia sudah menyuarakan dengan lantang, ihwal keterbelakangan Adiankoting dan mendesak pemerintah provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Tapanuli Utara memberi perhatian.

Imbauan itu baru terjawab setelah Nikson Nababan menjabat Bupati Taput. Dalam salah satu kunjungan ke Adiankoting, ia melihat dengan mata kepala sendiri, betapa masih ada daerah yang terbelakang. Sejak itu pula, ia merencanakan pembangunan jembatan yang Rabu (12/02) lalu diresmikannya.

Seperti dilaporkan Kepala Dinas PUPR Taput, Anggiat Rajagukguk, jembatan yang dibangun tahun anggaran 2019 itu bersumber dari DAU (dana alokasi umum) senilai Rp 894,5 juta.

Kepala Desa Dolok Nauli, Parlindungan Sinaga mengucap terima kasih atas perhatian Bupati Taput. Meski jumlah penduduknya hanya 10 KK atau sekitar 40 orang, tetapi tetap diperhatikan dengan meretas keterasingan karena ketiadaan jembatan.

Di kesempatan sama tokoh masyarakat Oppu Baringin Hutapea juga tak kalah bersuka cita. “Panjang umurlah Pak Bupati biar tetap bisa tetap membangun dan memajukan kami. Baru ini kami rasakan mobil bisa sampai ke halaman ini. Terimakasih pak Bupati,” ujar Oppu  Baringin.

Sebelumnya, dalam sambutan Bupati Nikson Nababan membenarkan, pembangunan jembatan itu bermula dari kunjungannya ke dusun itu beberapa tahun lalu. Dusun ini memiliki sungai yang bersih, tanah yang subur, tapi tidak bisa masuk kendaraan roda empat. Penduduknya sedikit karena banyak yang pergi meninggalkan desanya.

“Pertama yang saya benahi adalah jalan masuk ke dusun ini, lalu membangun jembatan yang bisa menghubungkan jalan ke dusun ini. Sekarang, mobil sudah bisa masuk ke dusun ini. Tidak lagi terisolir, perekonomian bisa semakin meningkat dan rakyat semakin sejahtera,” ujar Bupati Nikson.

Sebelumnya Bupati juga memberikan bantuan bibit pohon untuk vegetasi pinggir sungai, guna mencegah banjir dan longsor. Juga bantuan bibit ikan untuk ditebar di sungai. “Jaga alam kita, jaga dusun kita, kalau bukan kita siapa lagi yang bisa menjaga. Pelihara jembatan yang telah kita bangun dan semakin sejahteralah rakyatku di Dusun Tornauli Aekgodang ini. Tanam pohon dan pelihara ikan ini,” ujar Bupati mengakhiri. (*/Monang Sitohang)

Bupati Tapanuli Utara Drs Nikson Nababan MSi saat penandatanganan prasasti sebelum pengguntingan pita peresmian jembatan Aekgodang, Dusun Tornauli Aekgodang, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting. (Foto: Ist)
Continue Reading
Advertisement
1 Comment

1 Comment

  1. poniman

    February 13, 2020 at 2:48 pm

    Selamat Pak Bupati N.Nababan atas Peresmian Jembatan Aekgodang semoga masyarakat Kecamatan Adiankoting terbebas dari keterbatasan transport dan memjukan perekonomian masyarakat selamat berkeja untuk rakyat pak Bupati N.Nababan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *