Connect with us

Feature

Gerson Poyk Wafat

Published

on

MANTAN wartawan Sinar Harapan dan sastrawan Gerson Poyk meninggal dunia, Jumat (24/2). Ibadah kebaktian penghiburan dilaksanakan di Jalan Pemuda Nomor 100 Pancoran Mas, Depok.

Gerson Poyk lahir di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, 16 Juni 1931; umur 85 tahun adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Pendidikan terakhirnya SGA Kristen Surabaya, 1956. Pernah menjadi guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) dan Bima, Sumbawa (1958). Dia juga pernah menjadi wartawan Sinar Harapan (1962-1970). Antara tahun 1970-1971, ia menerima beasiswa untuk mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Iowa, Amerika Serikat. Sempat mengikuti seminar sastra di India pada tahun 1982. Gerson menikah dengan Atoneta Saba, dan dikaruniai lima orang anak.

Namanya dikenal secara luas melalui karya-karyanya yang dimuat di media massa dan dijadikan rujukan dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dia mengawali debutnya sebagai penulis sejak tahun 1950. Atas prestasinya, dia menerima banyak penghargaan, baik sebagai sastrawan maupun sebagai wartawan.

Karya-karya Gerson antara lain Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di bawah Matahari Bali (1982), Requim Untuk Seorang Perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri (1988) Hanibal (1988), Poli Woli (1988).

Sejumlah penghargaan pernah diterimanya. Antara lain, karangan yang ditulis di kelas 5 di Batutulis Bogor menjadi karangan terbaik dibacakan di depan kelas 5 SD oleh guruku bernama Sintus de Rodreques, sebagai Aktor pembantu terbaik pada Festival Seni Drama di Surabaya 1956 , Hadiah sastra dari majalah Horison dan Sastra, Jurnalistik Adinegoro 1965, Anugerah Jurnalistik Adinegoro 1966, Anugerah Southeast Asia Write Award 1982, Academy Award dari Forum Academy NTT, Inspirator Award dari majalah Lider 20, Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Indonesia.

Tahun 1985 dan 1986, dia kembali menerima Hadiah Adinegoro. Tahun 1989 menerima hadiah sastra ASEAN, Sea Write Award. Serta, Lifetime Achivement Award dari Harian Kompas ***

Sumber: netralitas.com

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *