Entertainment
Ayu Laksmi Semarakkan Indonesian Music Expo 2020 di Ubud, Bali
JAYAKARTA NEWS—– Indonesian Music Expo (IMEX) alias Indonesian World Music tahun 2020 digelar di Istana Ubud dan Museum Tilem, Ubud, Bali, 11 s d 18 Oktober 2020. Digagas oleh etnomusikolog dan pengamat musik, Dr Franky Raden, 16 artis dan kelompok musik dari beberapa kota di Indonesia menyemarakkan EXPO 2020 berupa showcase dan interaktif workshop yaitu Iwan Fals dan Ino Ensemble, Nita Aartsen dan String of The World dari Jakarta, Rafli Kande (Aceh), Suarasama (Sumatera Utara), Riau Rythm (Riau), Samba Sunda (Jawa Barat), Kua Etnika (Jogjakarta), Marinuz Kevin dan VJ Beats (NTT), Tangkilan Kota Raja (Kalimantan), Dadendate (Sulawesi), Hawaiian Teluk Ambon (Molucca) dan dari tuan rumah Bali unjuk diri Ayu Laksmi dan Svara Semesta, Bona Alit, Jegog Suar Agung dan Kunokini.
Seluruh acara diadakan secara streaming virtual. Sehari sebelum acara penutupan, Ayu Laksmi dan Svara Semesta tampil menyuguhkan komposisi berjudul ‘Kidung Maria’ yang dipersembahkan untuk komunitas Katolik. Nuansa etnis spiritual mirip bacaan mantra mencuat begitu lima musisi mempertunjukkan atraksinya lewat gamelan Bali, karindeng dari Bali plus instrumen utama yang dipetik lewat gesekan Ayu.
Instrumen musik ini bernama ‘penting’ yang pernah menjadi sangat penting dari Karangasem dan kini hampir punah. “Alat musik ini unik. Sumber bunyinya adalah dawai namun dilengkapi dengan tuts seperti pada piano dan cara memainkannya dengan cara digesek, yang di Bali disebut ‘struk’.
Penting dapat memainkan semua patet, baik dalam laras pelog maupun slendro,” ujar Ayu Laksmi yang bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani. Mantan rocker, pencipta lagu, pemain teater dan film dalam acara work shop ini mengaku prihatin melihat perkembangan world music di tanah air. “Makanya saya mengapresiasi EMEX yang digagas oleh Franky Raden. Sejak ada event ini, saya fokus bagaimana kiat mengedepankan world music ini ke tengah masyarakat,” lontar Ayu.
Sejak ada pandemi Covid 19, Ayu mengatakan diperlukan kesabaran dan kesederhanaan dalam melontarkan pemikiran dan paradigma baru ihwal world music. “Mari kita cintai musik Indonesia yang sangat kaya akan bunyi dan irama. Dimana-mana orang membunyikan musik. Jujur, melalui kesenian seperti teater dan musik, dengan cara yang lebih santai dan sederhana, moga-moga world music yang saya dan rekan-rekan musisi mainkan di Pulau Dewata, bisa dan mudah diterima oleh semua kalangan yaitu anak muda Indonesia,” harap
Ayu Laksmi yang percaya bahwa bunyi musik yang dimainkan adalah campur tangan dari Suara dan alam semesta. Sebagaimana umat Hindu Bali percaya adanya konsep ‘tri hita karana’ yaitu cinta pada Tuhan, cinta pada sesama manusia dan cinta pada lingkungan/alam semesta.
Acara ini digelar oleh Lokaswara dan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud. (pik)