Entertainment
Gung Alit: Kunci Utamanya, Nyleneh !
JAYAKARTA NEWS—- Di Pulau Dewata, selain nama Ayu Laksmi dan Ketut Riwin, juga I Gusti Ngurah Adi Putra atau akrab dipanggil Gung Alit termasuk kategori musisi yang dianggap ‘nyleneh’ (aneh). “Meski nyleneh, kalau kita konsisten pasti akan paten hasilnya. Itu kunci utama,” tutur Gung Alit yang unjuk diri bersama kelompoknya, Bona Alit dalam hari terakhir perhelatan Indonesian Music Expo (IMEX) 2020 di Ubud, Bali, baru-baru ini.
Di poster dan selebaran, Gung Alit selalu ditulis musisi asal Bali yang mengawinkan ‘western music’ dan ‘traditional Balinese’. Kelompok Bona Alit ini berasal dari desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Gung Alit selalu menggesek rebab yang dibuatnya sendiri dan ia lihai menyihir khalayak dengan racikan musik klasik pentatonis tradisi gamelan yang diramu dengan musik modern ‘zaman now’.
“Semua alat musik yang kami mainkan dibuat sendiri. Dan nada-nada gamelan pun ikut dibuat sendiri sehingga gamelan dapat menyesuaikan diri dengan musik tradisi maupun modern,” jelas Gung Alit yang pernah menggegerkan khalayak festival musik di Jepang, Australia, Shanghai bahkan di beberapa kota di Indonesia.
Di event-event musik, Gung Alit acap menghadirkan eksperimen nyleneh yaitu mengolaborasikan musik dan yoga. “Dengan berkesenian, kita dapat mendamaikan kehidupan kita di dunia,” ucapnya.
Di sisi lain, rasa itu dibuat menjadi seimbang. Baik untuk kehidupan, aktifitas bekerja dan menyalurkan emosi rasa dan karsanya menjadi sumber kesenian. “Alunan dan harmoni yang kami mainkan bertema ‘nata hati’ yaitu menata hati. Dari beberapa instrumen musik yang kami bawakan menjadi satu keutuhan. Dari sisi ansambel, ada penyederhanaan tetapi fungsi masing-masing rancangan instrumen itu maksimal,” imbuhnya.
Mengapa genre world musik terkadang sulit dipahami ? “Sebenarnya enggak. Kalau diotaknya terus dicekoki kata sulit dipahami, ya sampai usai pergelaran, yang ada sulit dan sulit. Dengan gebrakan eksperimen yang kami mainkan yaitu meracik unsur musik tradisi dan modern di zaman now, semoga dapat diterima dengan mudah,” demikian Gung Alit yang meski di masa pandemi terus berkarya. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. (pik)