Connect with us

Kuliner

Yakiniku Nanaban Tei, Hmm… Selangit Rasanya

Published

on

Restoran Jepang Nanaban Tei di Gd Jakarta Theatre Jl MH Thamrin, menjanjikan menu yakiniku dengan cita-rasa saos yang berbeda. Foto: Ebenhaizer

ADA yang sedikit berubah di restoran Nanaban Tei, di bilangan Gedung Jakarta Theatre, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat. Bukan semata pada hiasan pernak-pernik Natal dan Tahun Baru di ruang resto, tetapi pada pola saji makanan dan minuman. Yang pasti, varian menu lebih banyak, hanya tata-letaknya saja yang berubah.

Seperti biasa, pengunjung akan dipersilakan memilih meja dengan teppan atau alat panggang di atasnya, dan pelayan segera mempersilakan memilih menu buffet. “Tidak ditawari pesanan minuman?” kataku dalam hati. Sebab, pada kunjungan-kunjungan terdahulu, pertama kali mereka akan menanyakan minuman. Itu sebagai penanda, bahwa harga minuman, nantinya akan dipisahkan dengan harga “all you can eat” yang menjadi ciri utama resto ini.

Rupanya, tak jauh dari counter okonomiyaki, tempat kudapan seperti sushi roll, singkong ala Thai (dengan saos vla), onion ring, somay, buah segar, dan lain-lain, berjejer tiga drink jar berisi air putih, jus jeruk, dan teh hangat. “Hm, rupanya kali ini Nanaban Tei memberlakukan all you can eat and drink, dengan tiga jenis minuman yang sudah termasuk dalam satu kesatuan paket harga senilai hampir Rp 150 ribu per orang.

Counter shabu-shabu. Banyak pilihan sayuran dan aneka bakso serta udang segar. Foto: Ebenhaizer

Untuk pembuka, aku menuju counter salad bar di paling pinggir. Lagi-lagi, ada yang berbeda di counter itu. Biasanya, di sana akan tersedia berbagai pilihan salad dengan aneka saos, dan deretan mangkok lain berisi bahan-bahan untuk shabu-shabu. Tapi kali ini, seluruh counter berisi aneka hidangan salad, dari yang ala Barat, kimchi, sampai rujak dan asinan. Sempat berpikir, apakah menu shabu-shabu sudah tidak ada? Tetapi kulihat, counter shabu dengan dua pilihan kuah: kaldu dan tomyam masih bercokol di tempat semula.

Tanya-punya-jawab, ternyata Nanaban Tei menempatkan sebuah counter shabu secara khusus, tak jauh dari tempat memasaknya. Pilihan sayurnya lebih lengkap, juga so’un, udang dan aneka bakso, termasuk bakso ikan dan kepiting. Alhasil, menu pembuka salad dan shabu-shabu benar-benar terasa lebih mantap. Sayang, saos shabu tidak ada di sana, dan diganti chili sauce. Ada yang kurang tanpa campuruan saos shabu-shabu.

“Ronde” berikutnya adalah menu utama, santap yakiniku sendiri di atas teppan yang tersedia di tengah meja. Pelayan segera menghidupkan kompor gas dengan nyala sedang. Di atas teppan, tersedia dua potong lemak perut sapi sebagai pelumas. Di sisi kanan kursi, tersediai dua saos yakiniku, terdiri dari saos yakiniku plus wijen, dan saos yakiniku tanpa wijen. Daging sapi aneka jenis dan bumbu, ayam bumbu, cumi, lidah sapi, aneka sosis, udang, bisa diambi di counter, semampu perut.

Counter okonomiyaki, menyediakan aneka kudapan seperti onion ring, singkong ala Thai, aneka sushi roll, dan buah segar. Foto: Ebenhaizer

Ingat, di atas counter terpampang peringatan untuk mengambil secukupnya. Sebab daging yang telah diambil dan tersisa di meja, nantinya bakal dikenakan charge tersendiri. Maklumlah, ada saja pelanggan yang mentang-mentang all you can eat, acap mengambil secara berlebihan, dan akhirnya tersisa sia-sia. Padahal, kalau saja mengambil secukupnya, manajemen toh tidak melarang jika pengunjung kembali ke counter daging, jika dirasa masih kurang.

Restoran Jepang Nanaban Tei ini terbilang pemilik saos yakiniku paling khas. Karenanya, ia tetap menjadi favorit bagi kebanyakan penyuka masakan Jepang. Rahasianya terletak pada dua jenis saos yakiniku. Apa pun pilihan menu, sebelum dimasak di atas teppan, celupkan dulu di dalam saos wijen. Aroma dari asap panggang yang mengepul, spontan menyambar-nyambar indra pencium yang begitu kompak dengan selera perut yang minta segera diisi.

Untuk menyempurnakan cita rasa, setelah panggangan matang, celupkan dulu di mangkok saos satunya, yang tanpa wijen. Dari sana, barulah boleh diantar ke dalam mulut. Satu tips kecil: Pejamkan mata, dan biarkan lidah yang menikmatinya dengan sejuta cita rasa yang memuaskan selera. Seperti yang terdengar dari mulut seorang pengunjung berkacamata di depan sana. Tanpa sadar, sesekali keluar ucap “mmmh” dengan nada rendah, disusul “mmmhhh” dengan nada meninggi. Begitu terdengar berkali-kali. Amboi…. ***

Tata ruang restoran yang lega, counter daging, salad, dan lain-lain yang menjanjikan kelengkapan menu. Foto: Ebenhaizer

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *