Connect with us

Kesehatan

Sunat Laser? Tunggu Dulu!

Published

on

JAYAKARTA NEWS—- Pernahkah anda mendengar sunat menggunakan teknologi sinar laser? Sunat dengan metode baru ini tentu saja menarik minat banyak orang karena konon pasien sunat tidak akan merasakan sakit sebagaimana sunat konvensional. Tapi tunggu dulu!
Apakah klinik sunat yang dimaksud benar-benar menggunakan teknologi sinar laser? Ternyata tidak. Banyak orang mengira sunat laser berarti menggunakan sinar laser, tapi faktanya tidak. Istilah sunat laser ini sebenarnya keliru, tidak menggunakan sinar laser melainkan alat yang dinamakan electric cauter.

“Sebetulnya itu electrical cauter. Orang menyebutnya dengan sinar laser, padahal sejatinya tidak menggunakan sinar laser. Dan, pemahaman yang salah ini harus diluruskan,” ungkap dr. Mahdian Nur nasution SpBS, pemilik rumah sunat dr. Mahdian.

Dijelaskan, electric cauter ini berupa lempengan logam yang dipanaskan. Jika dialiri dengan listrik, ujung logam akan menjadi panas dan berwarna merah, sehingga dapat digunakan untuk memotong kulup. Namun, berhubung metode sunat laser ini lempengan logam yang dipanaskan, jika salah penggunaannya, maka dapat berisiko menimbulkan luka bakar.

Pernah kejadian, seorang bocah dari Pekalongan kepala kelaminnya ikut terpotong setelah disunat dengan menggunakan teknik. Peristiwa itu terjadi pada September 2018. Tak terbayang penderitaan bocah itu jika kelak dewasa. Nah, inilah salah satu resiko yang tentu saja akan mempengaruhi kondisi psikologis dan fisik korban.

Ada juga laporan kasus yang dipublikasikan dalam British Medical Journal pada Januari 2013. Kasus ini jauh lebih mengerikan. Karena menggunakan teknik electric cauter, seorang bocah 7 tahun penisnya akhirnya harus diamputasi karena efek menggunakan teknik tersebut.

Anak itu dilarikan ke pusat oksigen hiperbarik karena sianosis pada kelenjar penisnya. Ia menjalani pengobatan yang dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi.

Diberitakan bahwa dia telah disunat pada hari yang sama dengan menggunakan perangkat elektrokauter monopolar. Sayangnya, elektrokauter menyebabkan luka bakar yang parah pada kelenjar penis si anak.

Pada pemeriksaan, ia mengalami nekrosis atau kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup pada kelenjar dan batang penis.

Kejadian tersebut cukup dramatis. Memang, ketika elektroda monopolar digunakan, arus listrik yang dibawa hanya menyebabkan sedikit luka bakar pada penis. Namun, ternyata luka yang diakibatkan teknik itu memburuk dan mengakibatkan hilangnya jaringan signifikan yang melibatkan seluruh kelenjar dan bagian distal batang penis. Alat kelamin anak tersebut akhirnya harus diamputasi.

Itulah sebabnya dr Mahdian sangat tidak menyarankan sunat dengan teknik electrical cauter. Menurutnya, teknik ini sangat berbahaya bagi yang disunat. Bila terjadi kesalahan, maka akibatnya bisa fatal. Penis bisa saja terpotong atau amputasi seperti kasus tadi. “Teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya,” katanya menegaskan.

Selaku dokter bedah syaraf, dr. Mahdian sangat tidak menganjurkan electrical cauter untuk sunat, karena paling berisiko terjadinya amputasi. Menurutnya, logam yang panas ini bisa menyebabkan luka bakar pada bagian kelamin. Sebenarnya, electric cauter adalah alat bedah yang digunakan untuk memotong kulit atau pembuluh darah sehingga pendarahan yang muncul akan minimal. Hanya saja, alat ini sudah banyak yang dimodifikasikan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk lempengan logam yang dipanaskan seperti pemanas air. Karena dimodifikasi itulah teknik ini tidak direkomendasikan.

Karenanya, meski teknik ini lebih cepat, namun tetap disarankan untuk tidak memilih cara tersebut. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini maka harus dipastikan bahwa petugas yang melakukan adalah tenaga medis yang tepat, yang ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah. Sayangnya, umumnya sunat dengan teknik ini sangat jarang dilakukan oleh dokter, melainkan orang yang tidak tepat. Karena itu, masyarakat diminta untuk berhati-hati jika tidak ingin menyesal di kemudian hari.

“Kalau tepat menggunakannya sangat bermanfaat karena sunat jadi cepat, menjahit jadi lebih mudah dan risiko infeksi kecil. Tapi kalau penggunaan salah bisa timbulkan luka bakar. Bukan manfaat yang didapat. Bukan cepat sembuh, tapi jadi lebih lama dan merusak jaringan kulit pada penis,” tegasnya.

Intinya, ia tidak merekomendasikan metode sunat laser seperti ini dengan alasan resiko kepala penis terpotong, risiko luka bakar karena elemen cauter, hahitan atau bentuk bisa miring, dan resiko pendarahan. Risiko-risiko ini dapat menyebabkan hasil kurang estetis, sehingga kemungkinan besar akan membuat malu anak seumur hidup.

Dokter Mahdian paling merekomendasikan metode modern, yaitu Mahdian Klem yang lebih sedikit risiko dan hanya membutuhkan waktu singkat. Pada metode operasi ini, waktu yang dibutuhkan hanya lima menit dan pasien bisa kembali beraktivitas dalam waktu satu hari.
Mahdian Klem adalah satu-satunya klem produksi anak bangsa negeri sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah merekomendasi metode ini. Alasannya, karena memperkecil risiko terjadinya infeksi silang yaitu infeksi karena pemakaian alat yang sama pada satu pasien ke pasien lain, mengingat teknik ini hanya sekali pakai. “Teknik ini aman untuk segala usia, apalagi untuk bayi yang suka mengompol. Tak ada larangan untuk tak boleh kena air setelah itu,” tambahnya.


Menggunakan Mahdian Klem juga lebih mudah bagi operator (dokter, perawat). Sebab, tidak memerlukan rotasi saat pemasangan tabung dan penjepit klem sehingga posisi penis tidak miring setelah pelepasan tabung. Jadi, secara kosmetik lebih baik. (laksmi wuryaningtyas)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *