Connect with us

Feature

Sarapan Nasi Ulam, Dihibur Musik Betawi

Published

on

Jayakarta News – Nyaris semua orang melakukan hal ini ketika bepergian ke suatu daerah: Berburu kuliner.

Seperti beberapa hari lalu, pagi hari ketika hendak mencari sarapan di tikungan pertigaan Kantor Kelurahan Cibubur, Jalan Lapangan Tembak, Jakarta Timur. Mata menoleh ke arah kanan kalau posisi datang dari kali Caglak. Tampak ada gerobak penjual makanan di pinggir jalan, dengan tulisan Nasi Ulam dan Nasi Uduk Khas Betawi Asli di kaca gerobak dorongnya.

Sang penjual tampak “sadar kostum”, disesuaikan dengan menu jualannya. Ia berbusana pangsi warna ungu dan kaos dalam putih. Lengkap dengan peci beludru warna merah dihiasi aksesoris jepitan golok. Tidak cukup dengan itu semua, ia juga menyelempangkan kain sarung.

Ada empat kursi yang disediakan untuk makan di tempat, namun banyak juga beli dibungkus (take away). Yang tampak unik, pembeli yang datang dihibur dengan alunan lagu-lagu Betawi yang dibawakan mendiang Benyamin S.

Tampilan nasi Ulam siap santap. (Foto: Monang Sitohang)

Jadi di antara nasi ulam yang disajikan itu, ada lauk lain seperti orek tempe, serundeng yang dibuat dari parutan kelapa yang digoreng hingga kuning kecoklatan, lalu ada daun kemangi, timun dan kecambah toge mentah.

“Kecambah toge dan daun kemangi selain sebagai penghias juga untuk kesehatan,” ujar Bang Dul, sang penjual.

Bang Dul menawarkan aneka lauk melengkapi menu nasi ulam seperti jengkol semur, tahu semur, telur semur, perkedel, telur sambal, pepes ikan dan lainnya. Kemudian pembeli yang makan di tempat akan disajikan minuman teh pahit.

Untuk kedatangan yang kedua, saya memilih nasi ulam dengan lauk telur dan jengkol semur dengan harga Rp 13.000. Nikmat sekali. Semur jengkolnya legit.

Warung nasi ulam ini buka mulai hari Minggu – Sabtu, sejak pukul 06.30 – 11.00 WIB. Senin merupakan hari libur bagi Bang Dul, sebab ia mengajar silat dan lenong Betawi. “Orang tua saya berpesan jangan sampai tradisi Betawi sampai hilang,” ujar Bang Dul.

Dul yang bukan “anak sekolahan” itu menuturkan, usahanya merupakan usaha warisan. Sejak engkongnya berjualan nasi ulam dan nasi gurih khas Betawi di Kemayoran, Jakarta Pusat tahun 80-an, diteruskannya sampai hari ini. “Saya jualan di Cibubur ini sudah sembilan tahun. Pesan engkong yang selalu saya ingat adalah, jaga cita rasanya,” ujar Bang Dul yang juga akrab disapa Babe. (Monang Sitohang)

Aneka pilihan lakuk yang telah siap saji untuk menemani makan nasi Ulam. (Foto: Monang Sitohang)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *