Connect with us

Feature

Perjuangan Remaja 17 Tahun Melawan Kanker Ovarium

Published

on

fani dan ayahnya wahyudi tetap semangat menjalani proses pengobatan kanker–foto ebn

Kanker Ovarium? Siapa yang mengira bocah yang kala itu berusia 14 tahun terkena germ cell tumours  atau kerap disebut kanker ovarium. Fani Wahyuni, begitu namanya, baru kelas dua SMP ketika didiagnosis menderita germ cell tumours. Orangtuanya luar biasa kaget sekaligus menyesal karena terlambat membawa ke dokter.

Untuk diketahui, kanker ovarium memiliki tiga jenis yakni, epithelial ovarium cancer, germ cell tumours dan stomal tumours. Dari ketiga jenis ini, yang paling banyak ditemukan adalah epithelial yang menyerang permukaan ovarium, khususnya wanita dewasa.

Sedang germ cell tumours termasuk jarang ditemukan. Jenis ini menyerang sel-sel yang menghasilkan telur (induk telur), khususnya pada anak-anak dan remaja. Sementara jenis stomal tumours muncul pada lapirasan dimana terletak  sel-sel yang memproduksi hormon wanita. Kanker jenis ini termasuk langka, hanya 7 di antara 100 kasus kanker ovarium yang merupakan jenis ini.

“Kami mengira, biasa saja. Karena keluhan pertamanya adalah haid tidak teratur. Tapi kemudian perutnya makin lama makin membesar sehingga tampak seperti perempuan hamil 9 bulan,” ungkap sang ayah, Wahyudi beberapa waktu lalu.

Karena perut Fani yang terus membesar, dan kondisi anaknya yang makin lemah akhirnya dibawa ke dokter. Tapi sebelumnya, sang ibu sempat meraba perut anak kesayangannya itu dan menemukan adanya benjolan mencurigakan.

“Jadi kami langsung ke dokter dan dirujuk ke rumah sakit. Setelah melalui serangkai pemeriksaan, dokter bilang penyakit yang diderita Fani, germ cell tumours. Sel kanker sudah menyebar dan masuk stadium empat. Orangtua mana yang tidak shock dengar itu. Saya menangis sejadi-jadinya, bagaimana ini,” ungkap Wahyudi.

Beruntungnya Fani adalah anak yang tangguh. Sekalipun divonis stadium empat dengan harapan hidup yang kecil, Fani tetap semangat menjalani pengobatannya. “Dia tidak menyerah dan tetap tabah. Justru yang lemah, kami orangtuanya, rasanya tidak tega. Anak saya masih muda, kok bisa kena penyakit itu. Namun sikap Fani yang tabah, menjadi kekuatan kami, untuk menyokong Fani terus berjuang melawan penyakitnya,” tutur pengusaha garmen itu.

Sejak divonis germ cell tumours ovarium stadium 4 tahun 2014, setidaknya Fani telah menjalani beberapa operasi juga kemoterapi sekitar 40  kali. Sebelumnya dia menjalani pengobatan di RS Fatmawati dan kini di RS Cipto Mangunkusumo. Menurut Wahyudi, pengobatan kanker tergolong mahal. Meski dia memakan BPJS Kesehatan namun tetap saja ada obat-obatan yang harus dibayar sendiri, dan harganya cukup lumayan.

“Demi anak, saya berjuang mencari biaya. Untungnya bisnis garmen saya lumayan lancar. Juga ada bantuan dana dari pihak lain,” tambahnya. Dia percaya usia di tangan Tuhan. Karena itu sekalipun dokter menyebut harapan kesembuhan cukup berat, tidak membuat dirinya maupun Fani putus asa dalam meraih kesembuhan.

NAIK MOTOR TANGSEL-JAKARTA

Yang membuat hatinya cukup sedih adalah jarak antara rumahnya dan RSCM Jakarta terbilang jauh. Rumahnya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan menuju RSCM  harus ditempuh dengan naik sepeda motor antara 1,5-2 jam perjalanan.

“Dalam seminggu beberapa kali kami harus kontrol, bolak-balik Tangsel-RSCM. Saya kasihan, pasti dia capai sekali, apalagi kalau habis kemo pasti kan lemas banget. Tapi mau bagaimana lagi? Yang penting Fani tetap semangat,” ucapnya. “Kadang Fani kecapaian dan lemah. Kalau tidak kuat, dia bilang ke saya, minta istirahat untuk tidak kontrol ke dokter,” tambahnya.

Pernah juga dia mencoba mendatangi beberapa rumah singgah untuk anak pasien kanker, namun disebutkan bahwa rumah singgah itu hanya untuk pasien yang tinggal di daerah. Tangerang Selatan yang terletak di pinggiran Jakarta, tidak termasuk kategori ‘daerah’. “Ya mungkin karena dianggap dekat dengan Jakarta. Jadi ya sudah kami bolak-balik saja,” ungkapnya.

Masalah lainnya yang juga jadi pemikirannya, adanya sel kanker sudah menyebar ke dalam pembuluh darah. Ini sungguh berat. “Pada bagian lain sudah mengecil, namun yang di pembuluh darah tetap ada. Kata dokter berat dan berisiko, ” jelas Wahyudi.

Tapi, lanjutnya, dokter juga menenangkan  menginformasikan bahwa ada pasien yang memiliki kasus seperti Fani dimana sel kanker berada di pembuluh darah. Kabarnya, pasien itu masih tetap bertahan hingga kini, bahkan sekarang dia sudah kuliah. “Informasi itu membuat saya kuat dan tetap optimis Fani bisa bertahan. Yang penting adalah menjalani proses pengobatan dengan baik. Kita berusaha biar Tuhan yang menentukan hasilnya,” ujarnya.***

 

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *