Connect with us

Kabar

Menelisik Jejak Sejarah Desa Tua Tumpang di Malang

Published

on

MALANG, JAYAKARTA NEWS – Tumpang adalah salah satu kecamatan dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Dahulu Tumpang dikenal sebagai sentra padi “Ganjarawe” yang menghasilkan “Beras Tumpang”.

Saat diskusi ringan di Cafe Jeep Malang pada Sabtu (27/5), Ki Suryo yang menjadi narasumber bedah sejarah daerah Tumpang menjelaskan bahwa sebelum Tumpang ada, dulu terdapat 4 nama dusun, yaitu Tulusayu, Jago, Warung dan German

Dalam Prasasti Manjusri tahun 1343 dijelaskan bahwa pada masa Kerajaan Majapahit di era pemerintahan ke tiga dengan raja Tribhuwana Tunggadewi (adik Jayanagara), Adityawarman diangkat sebagai Wreddhamantri, atau Perdana menteri. Adityawarman menempatkan arca Mañjuçrī (salah satu sosok bodhisattva) di tempat pendarmaan Jina (Buddha) dan membangun candi Buddha (Candi Jago) di Bhumi Jawa untuk menghormati orang tua dan para kerabatnya.

Pasukan dan pekerja bangunan yang membangun candi Jago, dalam prosesnya banyak yang tinggal dan berkeluarga di seputaran daerah candi. Istilah umumnya “Numpang” tinggal. Sehingga akhirnya daerah tersebut dikenal dengan sebutan Tumpang. Nama daerah Tumpang secara administratif lahir tahun 14 April 1343

Terkait dusun Tulusayu sebelum menjadi desa Tulusbesar sebelum Tumpang ada. Perangkat desa yang mengepalai dusun disebut Kamituwo.

Pada waktu masa Majapahit terakhir yang tidak mengikuti aliran Kerajaan Demak, mereka lari ke arah timur. Mulai dari dusun Tulusayu, Duwet, Petung Sewu, Dampul, Gubuk Klakah hingga Tengger. Kelompok pelarian Majapahit inilah yang menjadi cikal bakal suku Tengger saat ini.

Area “Tengger Village” di desa Tulusayu yang akan dibangun sebagai destinasi wisata dulunya bernama area Outbound Gunung Tabor. Di area ini struktur tanahnya trap sampai ke sungai. Tingkatan terbagi tiga.

Dalam cerita masyarakat setempat
meyakini bahwa penguasa daerah tersebut yang dibawah dekat sungai adalah Maheso, atau Banteng. Banteng banteng ini mengambil air di sungai yang bermuara di Kedung Sumber Pitu.

Masyarakat di daerah Tulusayu seputaran punden Mbok Rondo Kuning hingga saat ini masih memegang teguh tradisi daerahnya, misalnya acara bersih desa. (Heri)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *