Connect with us

Feature

Memori Tembang Lawas di Puncak Pas

Published

on

Andaikan kau datang kembali

Jawaban apa yang kan kuberi

Adakah jalan yang kau temui

Untuk kita kembali lagi

Reffrein lagu Koes Plus  yang berjudul “Andaikan Kau Datang”, begitu terdengar getir di udara yang begitu dingin. Lagu ini bukan dikumandangkan penyanyi top atau yang lagi naik daun. Tapi dibawakan oleh duet pengamen di  tengah udara dingin dan curahan hujan di Puncak Pas. Tampilan sederhana dengan gitar yang mereka petik, lagu-lagu tempo dulu berkumandang malam itu di Warung Kartika di rest area Segar Alam, Puncak Pas.

Adalah Dede dan Asep, berduet membawakan lagu-lagu kenangan tempo dulu. Mereka menyebutnya, “Ini lagu-lagu sweet memories.”  Ketika selesai satu lagu, tanpa ragu, mereka juga menanyakan, apakah ada pengunjung yang ingin minta lagu. Satu, dua orang pengunjung pun meminta beberapa lagu dinyanyikan. Dan, mereka langsung memainkan gitar tuanya, tak mau membuat kecewa pengunjung.

Suasana tambah meriah, karena beberapa orang di warung itu pun ikut bernyanyi. Misalnya, ketika lagu Trio Ambisi yang berjudul Jangan Sampai Tiga Kali dinyanyikan, langsung disambut sang pengunjung ikut menyanyikannya.

Satu Kali kau sakiti hati ini, masih ku maafkan…  Dua kali kau sakiti hati ini, juga kumaafkan… Tapi jangan kau coba tiga kali… Jangan oh janganlah… Cukuplah sudah… Jangan kau ulangi… 

Dan, lagu ini jadi begitu ‘nyata menyakitkannya’  ketika beberapa orang pengunjung warung  bersama Duo Pengamen itu bernyanyi di bagian refereinnya dengan suara yang cukup keras (baca: emosi).

Sedari dulu sudah ku katakan siapa diri ini… sedari dulu sudah ku katakan jangan kau sesali… Tapi kini, kau selalu menyakitanku… Mengapa ooh mengapa.. Hati bertanya… Mungkin ada yang lain… Yang kau sayangi…

Dede dan Asep, malam itu boleh dibilang berhasil menghibur pengunjung warung Kartika yang semua duduk lesehan. Jagung bakar, bandrek susu, plus Mie Instan dengan kuah banyak dan cabe rawitnya menjadi pelengkap menikmati malam itu.

Mengamen dari warung ke warung sudah dilakoni Dede dan Asep, sejak lama. “Kira-kira sepuluh tahun nyanyi di warung-warung sini,” ujar Dede. Mereka tidak selalu berduet, kadang juga ngamen masing-masing.  Cukup banyak lagu sweet memories yang mereka hafal. “Kami tidak pernah belajar vokal, bu. Otodidak saja  kami belajar lagu-lagu kenangan,” cerita Dede dengan logat Sunda yang kental kepada Jayakarta News mengenai kebisaannya menjual suara.

Ngamen memang menjadi kegiatan Dede dan Asep sehari-harinya. Namun begitu, kedua pria kelahiran tahun 70-an itu, mengaku, tidak begitu banyak hasil dari tarik suaranya. “Paling-paling malem minggu sama hari libur yang cukup rame,” ujar Asep. “Lumayan buat makan,” tandas Dede sambil menambahkan, “pilih lagu lagi bu?”

Dan, jreennggg… Rumah Kita dari GOD BLESS pun dikumandangkan Dede dan Asep.

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita

Tanpa hiasan, tanpa lukisan

Beratap jerami, beralaskan tanah

Namun semua ini punya kita

Memang semua ini milik kita, sendiri ***

Dede dan Asep melantunkan tembang-tembang lawas di Puncak Pas…

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *