Sosial Budaya
Keelokan Senja di Pantai Pagatan
Jika Anda ingin menyaksikan lukisan abstrak alam nan elok, pergilah ke pantai Pagatan. Coretan awan di cakrawala dalam timpahan sinar mentari senja, menghadirkan eksotika panorama yang membuat mata enggan berkedip. Permainan cahaya pada mega-mega di dinding horison, merambat berubah, antara kuning, jingga dan bercampur bauran kemerahan, lalu meremang dan kian redup diseling semburat hitam di langit barat. Temaram senja pun berlalu dan berganti gelap ketika matahari seolah nyemplung ke dalam laut.
Esok hari cahaya semesta itu terbit lagi di ufuk timur, dan kembali menciptakan lukisan indah saat hendak tenggelam. Pabila cuaca bersahabat, sunset itu bisa kita nikmati sempurna diiringi cericit burung-burung, lebih-lebih dalam kesenyapan suasana. Namun Pantai Pagatan juga akan sangat riuh ketika berlangsung Mappanretasi atau pesta laut sebagai wujud rasa syukur para nelayan kepada yang Mahakuasa atas limpahan rizeki di samudra luas.
Keramaian Pantai Pagatan ketika digelar pesta laut tidak hanya dikunjungi masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu, melainkan warga lain di Provinsi Kalimantan Selatan. Karena acara adat yang dilakukan secara turun temurun oleh suku Bugis di Tanah Bumbu, Kalsel ini telah menjadi agenda pariwisata nasional. Destinasi pariwisata semacam ini sangat menarik wisatawan sekaligus upaya melestarikan budaya maritim di Nusantara.
Pantai yang terletak di Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu ini terbentang sekitar 1,5 km dengan luas 1,5 ha. Sepanjang pantai terdapat pepohonan peneduh. Selain keindahan panorama alam dengan pesona sunset di rembang petang, pasir putihnya yang bersih pun membuat anak-anak betah bermain di sini. Kebersihan pantai cukup terjaga dengan diletakkannya tempat pembuangan sampah yang tertata rapi sepanjang pantai.
Setiap tahun di awal Mei, pelaksanaan ritual Mappanretasi berlangsung di tengah laut dengan kapal besar berhias umbul-umbul aneka warna dan bermacam dekorasi. Kegiatan pesta adat ini dibagi dua, yakni Mappanretasi sebagai ritual adat masyarakat Tanah Bumbu, serta berbagai lomba seni budaya dan olahraga, serta kegiatan sosial dan keagamaan, pameran pembangunan, dan pasar kuliner selama 7 hari. Pada puncak Mappanretasi Mei yang lalu dihadiri Presiden Joko Widodo.
Keunikan pesta adat yang dikunjungi ribuan orang ini dilaksanakan di pinggir pantai dan di tengah laut. Selain kapal besar tempat ritual Mappanretasi juga diiringi kapal-kapal nelayan yang penuh hiasan. Karnaval perahu-perahu hias nelayan pada puncak Mappanretasi merupakan satu-satunya atraksi wisata di tengah laut di Indonesia. Pesta adat Mappanretasi telah masuk dalam kalender event pariwisata nasional.
Pantai Lainnya
Selain pantai Pagatan, Tanah Bumbu juga memiliki Pantai Rindu Alam. Meski telah bersolek dengan beberapa fasilitas seperti kolam renang, flying fox, play ground, gazebo, pendopo, dan lainnya, banyaknya pohon pinus yang tinggi dan lebat tetap menghadirkan suasana alami.
Pantai Sungai Cuka di Kecamatan Satui, sekitar 100 km dari ibukota Tanah Bumbu, berbatasan dengan Kab Tanah Laut, juga dapat dikata pantai nan perawan. Karena sangat alami, kontur pantai landai, pasir berwarna keabuan, air jernih dan tenang. Keunikan pantai ini adalah hamparan terumbu karang yang tumbuh seluas 2 km2. Terumbu karang itu banyak yang menyerupai buaya sehingga masyarakat menjulukinya terumbu karang batu buaya.
Pantai Angsana pun menjadi destinasi unggulan dan favorit di Tanah Bumbu, utamanya bagi yang ingin menikmati senja hari. Di sini ada permainan banana boat dan jet ski, serta keindahan bawah laut. Terumbu karang dan biota laut yang beragam sangat memanjakan pandangan mata.
Lalu pantai yang tak kalah molek dan alami adalah pantai Tanjung Petang. Terletak 3 km dari Kecamatan Kusan Hilir. Tanjung Petang berpasir putih, di lingkup panorama alam nan asri, berhadapan dengan Gunung Jambangan yang menjulang tinggi dan kokoh.
Kabupaten Tanah Bumbu dengan beberapa pantai yang indah memiliki luas wilayah sekitar 5.066 km persegi atau 13 persen dari luas Kalimantan Selatan. Jumlah penduduknya hampir 300 ribu jiwa (th 2013). Tentu ini wilayah yang “senyap” jika dibandingkan Jakarta yang bising. Bayangkan, DKI Jakarta hanya seluas 665 km persegi berpenduduk sekitar 10 juta jiwa. Maka jika menyaksikan keasrian pantai-pantai di sini , nuansa yang alami tentu cukup pekat. Hamparan pasir, riak ombak, lambaian nyiur dan desau pohon-pohon pinus, seakan menghadirkan aroma nan purbawi. ***