Connect with us

Feature

Berkah Infrastruktur, Ekonomi Mekar Silaturahmi Lancar

Published

on

Jayakarta News – Tak ada negara maju tanpa infrastruktur yang bagus dan andal. Kian modern infrastruktur, kian berjaya sebuah negara. Indonesia bukan pengecualian. Untuk meraih predikat maju, negeri ini getol menghadirkan infrastruktur mutakhir dari Sabang sampai Merauke.

Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, prasarana futuristik tumbuh ibarat jamur di musim hujan. Tak hanya ada di Jawa, infrastruktur modern telah dibangun dan sedang dikebut pembangunannya mulai dari Sumatera hingga tanah Papua.

Infografis. (Hutama Karya)

PT Hutama Karya (HK) Persero adalah salah satu aktor penting di balik pembangunan infrastruktur tanah air, dari belahan barat sampai ujung timur. Jalan tol misalnya. Pada tahun 2014, PT HK dipercaya Pemerintah membangun Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Sampai dengan semester I tahun 2020, BUMN papan atas ini, melalui anak perusahaan PT Hutama Karya Infrastruktur (PT HKI), sudah menyelesaikan 588 km dan sejauh 635 km saat ini sedang berada dalam tahap konstruksi.

Tahun 2024 JTTS yang membujur 2.770 km di sepanjang Sumatera dari Aceh hingga Lampung itu dipastikan kelar. “Waktu pertamanya, selesainya tuh rencananya 2030, tapi waktu peresmian Bakauheni-Terbanggi Besar pak Presiden minta diselesaikan 2024,” papar Bintang Perbowo, Presiden Direktur PT HK seperti diberitakan DetikFinance, Kamis (10/10/2019). Bintang menyanggupinya.

Presiden Joko Widodo meresmikan Jembatan Youtefa. (Foto: HK)

Di Papua, PT HK bersama perusahaan negara lain yang tergabung dalam BUMN Karya (PT Nindya Karya, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, menghadirkan jembatan Youtefa. Sejauh 733 meter panjangnya, 17 meter lebarnya, merah menyala warna dua tiang pelengkungnya. Bila dipandang dari ketinggian, Youtefa serupa lidah raksasa menjulur dari sebuah pulau, memanjang di atas lautan, menjangkau daratan di tanah seberang.

Presiden Jokowi meresmikan ikon baru Papua itu pada 28 Oktober 2019, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Pada kesempatan itu, sang presiden menyatakan bahwa Youtefa menjadi simbol sumpah kemajuan untuk membangun tanah Papua.

Jembatan Youtefa Jayapura, Papua. (Foto: Dokumentasi Kementerian PUPR)

Kehadiran JTTS juga jembatan Youtefa sangat strategis. Kedua prasarana ini meningkatkan posisi tawar demi menggenapkan langkah menuju pemekaran ekonomi. Seumpama kereta api keduanya lokomotif, sementara dunia ekonomi ibarat deretan gerbong yang siap ditariknya. Tak sebatas menggerakkan gerbong ekonomi. Tradisi silaturahmi pun mendapatkan kemudahan oleh kehadiran jalan raya yang tertata bagus dan andal.

Lompatan-lompatan HK

PT HK Persero memiliki peran strategis di bidang pembangunan infrastruktur Indonesia. Tahun 1961 BUMN ini resmi berdiri. Ia lahir sebagai buah nasionalisasi dari perusahaan swasta Hindia Belanda Hollandsche Beton Maatschappij (HBM). Untuk mengetahui lebih jauh tentang PT HK, sejak dari sejarah berdirinya hingga rupa-rupa kinerja dan prestasinya, sila klik link http://www,hutamakarya.com/

Awalnya, Hutama Karya berstatus sebagai Perusahaan Nasional (PN HK). Tahun 1973 ia resmi berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT HK (Persero), sampai sekarang. Bisnis konstruksi menjadi cikal bakal sepak terjang PT HK di dunia pembangunan tanah air. Gedung DPR/MPR RI serta Patung Dirgantara Pancoran Jakarta yang khas, fenomenal dan bernilai histori tinggi adalah saksi bisu dimulainya eksistensi HK di dunia konstruksi Indonesia.

BUMN pelat merah ini kian berkembang. Dalam perjalanan selanjutnya, ibarat seekor kuda, HK melompat mantap ke bidang-bidang lain mulai dari manufaktur, jasa pengelolaan jalan tol sampai properti. Lompatan selanjutnya terbilang spektakuler. Perusahaan pemerintah ini mendapatkan kepercayaan membangun JTTS. Jalan tol sepanjang 2.770 km ini adalah jalan bebas hambatan terpanjang yang dimiliki Indonesia.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015 merupakan landasan hukum PT HK membangun JTTS. Penugasan membangun jalan tol Sumatra ini membawa tanggungjawab baru di tubuh perusahaan ini. BUMN yang sahamnya 100 persen milik pemerintah ini kemudian melahirkan anak perusahaan yang khusus membidangi infrastruktur, PT Hutama Karya Infrastuktur (PT HKI). Pembangunan JTTS pun terus berprogres.

Gerbang tol JTTS di Lampung. (Foto: HK)

JJTS ikon baru Sumatra. Di atasnya, berderet-deret agenda perjalanan telah dilakukan, sedang dikerjakan dan rupa-rupa jadwal penjelajahan darat telah diagendakan banyak pihak untuk melintasinya. Beberapa hari pasca-Lebaran 2020, menurut catatan PT HK, ada sebanyak 613.395 kendaraan melintas di JTTS baik yang sudah operasional sepenuhnya maupun yang masih fungsional. Angka itu menurun drastis dibanding tahun sebelumnya, pada periode yang sama.

Executive Vice President Divisi Operasi dan Pemeliharaan Jalan Tol Hutama Karya, J Aries Dewantoro mengatakan, “Tahun lalu pada periode yang sama, total kendaraan yang melintas di JTTS mencapai 1,2 jutaan kendaraan. Jumlah tersebut masih dalam kondisi tol Terpeka fungsional dan tol Pekdum Seksi 1 belum difungsionalkan. Sedangkan tahun ini hanya 600 ribuan kendaraan saja,” tutur Aries seperti yang diberitakan okefinance, Rabu (3/6/2020).

Aries menjelaskan alasan dibalik penurunan itu. Pada Lebaran tahun 2020, sebagai dampak pandemi covid-19, Pemerintah memberikan arahan agar masyarakat tidak mudik. Tidak adanya lonjakan arus mudik maupun arus balik menyebabkan kendaraan yang melintas di JTTS pun merosot tajam. Ke depan, situasi normal baru akan meningatkan roda perekonomian. Pengguna JTTS pun akan naik siginifikan.

Gerbang Tol Pekanbaru. (Foto: HK)

Konstruksi Ramping

Titik-titik tanggung jawab yang diemban PT HKI (Persero) dalam membangun JTTS memicu BUMN ini untuk menyumbang-sihkan pemikiran maupun aksi terbaiknya. Di sepanjang titik-titik itu ada prestasi pembangunan tol tercepat (ruas Bakauheni – Terbanggi Besar/Bakter), kesanggupan merampungkan JTTS pada 2024 (rencana awal 2030) dan penggunaan konstruksi ramping (lean construction).

Konstruksi ramping adalah sebuah metode dalam mendesain sistem kerja proyek konstruksi yang dapat mengidentifikasi adanya waste (pemborosan). Ini berarti segala hal yang tidak menambah nilai (value), dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Laman resmi website HK menampilkan keterangan bahwa konstruksi ramping bertujuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan proyek konstruksi. Acapkali, dalam pengerjaan sebuah proyek, ditemui aneka rupa masalah. Semisal keterlambatan material, ketidakefektifan sumber daya manusia (SDM) hingga pengelolaan limbah. Semua perkara itu pada akhirnya menghambat kelancaran penyelesaian proyek. Penerapan konstruksi ramping memberikan dampak positif: peningkatan kinerja, mendongkrak keselamatan kerja, ujung-ujungnya efisiensi beaya proyek.

Konstruksi ramping HKI di JTTS. (Foto: HK)
JTTS under construction. (Foto: HK)

PT HKI, untuk pertamakalinya, menerapkan prinsip konstruksi ramping di JTTS ruas Pekanbaru-Dumai (Pekdum) seksi 2A. Produktivitas dan efisiensi lebih baik ketimbang ketika menggunakan metode manajemen proyek sebelumnya. “Fokus penerapan kami saat itu pada salah satu pekerjaan lintasan kritis di underpass STA 28+150,” kata Mardiansyah, Kepala Departemen Pengendalian PT HKI (Persero).

Mardiansyah, salah satu penggagas metode konstruksi ramping, memaparkan bahwa awalnya pekerjaan underpass di STA 28+150 itu mengalami deviasi keterlambatan sebesar 1,46%. “Deviasi ini terjadi di pekerjaan pemancangan Spun Pile diameter 60 cm. Deviasi ini menyebabkan keterlambatan beruntun yang berimbas pada pekerjaan struktur di atasnya. Keterlambatan ini diprediksi berdampak secara kumulatif terhadap tahapan pekerjaan selanjutnya, yang pada gilirannya akan berdampak pada penyelesaian konstruksi jalan tol di atasnya,” tambahnya. Untunglah, konstruksi ramping meniadakan hambatan itu.

“Durasi sisa pekerjaan underpass jika dikerjakan dengan metode biasa tadinya perlu 120 hari dari rencana 90 hari, setelah Lean Construction ini jadi 85,5 hari saja. Tidak hanya jauh lebih cepat dari estimasi keterlambatan 120 hari, tetapi mampu lebih cepat 4,5 hari dari rencana awal yang 90 hari,” papar Mardiansyah.

Penyelesaian JTTS yang lebih cepat dari rencana awal, menghindarkan HKI dari potensi denda keterlambatan. “Dendanya 1/1000 atas nilai kontrak. Artinya setiap terlambat 1 hari, kita didenda sebesar per seribu dari keseluruhan nilai kontrak. Alhamdulillah dengan Lean Construction, kita tidak jadi terkena denda dan pemilik pekerjaan tentu lebih puas karena pekerjaan dapat selesai lebih cepat dari jadwal,” pungkasnya.

Semakin singkat waktu penggarapan JTTS, wilayah-wilayah di Sumatra seperti didorong untuk saling “mendekat”, tempat-tempat terpencil menjadi terbuka dan berkembang pesat, mobilitas warga kian mudah dan cepat, aktivitas ekonomi pun meningkat.

Peta JTTS

Penggerak Ekonomi

JTTS menggerakkan dunia perekonomian Sumatra. Sumber daya alam sejak dari gas alam, minyak bumi, timah, bouksit, dan lain-lain ada di pulau ini. Hasil perkebunan semisal kelapa sawit, kelapa, karet, cengkeh, coklat, juga buah-buahan, padi dan palawija rutin dipanen di tempat ini. Destinasi wisata ciamik dan berpanorama memesona bertebaran di sepanjang Sumatra dari ujung utara sampai pucuk selatan, dari sisi barat hingga belahan timur.

Semua sumber daya alam itu menumbuhkan rupa-rupa industri sejak dari pertambangan, pertanian, perkebunan, manufaktur, jasa, perhotelan, pariwisata dan lain-lain. Semua kegiatan itu, tanpa terkecuali, membutuhkan dukungan konektivitas darat yang memadai, bagus dan andal. JTTS hadir sebagai jawaban.

Senior Executive Vice President Sekretaris PT HK (Persero), Muhammad Fauzan, mengutip publikasi World Bank berjudul “World Development Report” perihal pengaruh infrastruktur terhadap pendapatan masyarakat. Publikasi yang dirilis tahun 1994 ini menyatakan bahwa kenaikan infrastruktur sebesar 1 persen dapat menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7 persen hingga 44 persen.

“Peningkatan tersebut terjadi karena turunnya biaya logistik, terbangunnya fasilitas publik seperti fasilitas kesehatan, pendidikan dan prasarana lainnya, penciptaan lapangan kerja, hingga terhubungnya konektivitas darat, laut, hingga udara,” jelas Fauzan dalam keterangan pers HK, Rabu (18/3).

Biro Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada tahun 2015 Sumatra menyumbang 22,21% produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Angka itu terbesar kedua setelah Jawa. JTTS menjadi prasarana pendorong kemajuan dan keberlanjutan perekonomian pulau yang berpenduduk lebih dari 55 juta jiwa ini.

JTTS masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Ia prioritas. Tahun 2020 PT HK mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,5 triliun untuk merampungkan JTTS. Itu yang pertama. Kedua, pada 18 Mei lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani mengabarkan bahwa Hutama Karya menjadi BUMN yang masuk ke dalam prioritas penanganan dampak pandemi covid-19. PMN sebesar Rp 7,5 triliun segera dikucurkan. Total PMN kepada HK untuk pembangunan JTTS tahun ini sebesar Rp 11 triliun.

Pengaruh JTTS terhadap hajat hidup orang banyak menjadi salah satu pertimbangan utama pengucuran PMN. Ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/2020 tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional. Proyek JTTS mesti terus berjalan sebab ia menjadi lokomotif penggerak roda ekonomi Sumatra.

Menghubungkan Kebaikan

Rupa-rupa prasarana, baik jalan raya maupun jembatan, pelabuhan, bandara ataupun jaringan kereta api, super penting untuk menghubungkan antarwilayah di Indonesia yang berpulau-pulau. Ia hadir seperti memotong jarak. Waktu tempuh semakin singkat, distribusi barang kian cepat, interkoneksi antartempat tak lagi terhambat serta banyak tempat yang awalnya terpencil menjadi terbuka dan berkembang pesat. Infrastruktur berbanding lurus dengan tingkat kemajuan.

Tak hanya geliat dunia ekonomi yang terdongkrak oleh kehadiran infrastruktur. Mobilitas warga pun mendapatkan kemudahan. Budaya silaturahmi yang telah mengakar kuat di masyarakat dilancarkan. Mudik Lebaran, Natal, rupa-rupa liburan, pelancongan atau apa pun tema perjalanan darat, menjadi cepat, nyaman, mudah dan murah berkat infrastruktur modern.

Infrastruktur yang bagus, andal, tertata, tersistem dan terkoneksi dengan baik antarwilayah di seluruh Indonesia membawa berkah: ekonomi mekar, silaturhami lancar. Infrastruktur menghubungkan kebaikan. Ia menyejahterakan sekaligus menyatukan manusia Indonesia sebagai saudara sebangsa dan setanah air. (Ernaningtyas)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *