Connect with us

Kabar

Mengurai Kepadatan Arus Mudik dan Balik Lebaran

Published

on

Oleh Djoko Setijowarno

JAYAKARTA NEWS – Tata kelola atau manajemen prioritas, waktu dan pemberian informasi terkini mutlak dilakukan untuk memperlancar saat arus mudik dan balik lebaran. Volume kendaraan arus mudik dan balik tidak jauh berbeda, namun durasi arus balik lebih lama ketimbang arus mudik. Arus mudik lebih melandai, ditambah lagi ada tradisi lebaran ketupat di pantai utara Jawa dan peregangan masuk kerja dan sekolah.

Pada saat arus mudik, pemerintah terlalu fokus pada pengaturan atau rekayasa lalu lintas di jalan tol. Sesuai prediksi hasil survei Badan Litbang Perhubungan (Maret 2022), pilihan jalur yang dilalui Tol Trans Jawa 24,1 persen. Sementara memilih jalur lintas Tengah Jawa 9,7 persen, Tol Cipularang 9,2 persen, jalur lintas pantai utara (pantura) Jawa 82 persen,  dan Trans Sumatera (non tol) 4,7 persen.

Upaya manajemen prioritas dengan rekayasa lalu lintas yang dilakukan di jalan Tol Trans Jawa berupa ganjil genap, arus searah (one way) dan arus berlawanan arah (contra flow) sudah maksimal. Sebelum terhubung jalan Tol Trans Jawa, waktu perjalanann di kala mudik untuk mencapai wilayah perbatasan Jatim-Jateng kisaran 30 -35 jam. Sekarang, setelah terhubung lama perjalanan kisaran 12 – 15 jam. Rekayasa lalu lintas di jalan arteri secara penuh, seperti pantura sulit untuk dilakukan. Jadi wajar durasi lama perjalanan saat mudik sulit dikendalikan.

Kemacetan di saat mudik dan balik lebaran tidak bisa dihindari, namun yang terpenting, kemacetan tersebut dapat dikendalikan. Tidak sampai kendaraan berhenti total di jalan, tetap jalan dalam kecepatan rendah. Memang melelahkan bagi pengemudi yang tidak menyiapkan diri secara prima. Jika lelah beristirahatlah, jika ngantuk tidurlah.

Rets area masih menjadi momok kemacetan lalu lintas masa arus mudik dan balik lebaran. Pemisahan zona parkir dan zona aktivitas perlu dilakukan, supaya arus kendaraan di dalam rest area lebih lancar. Penyebab lain kemacetan lalu lintas di jalan tol, seperti perilaku beristirahat di bahu jalan tol, berkendara zig zag, saldo uang elektronik  tidak  mencukupi, penyempitan ruas jalan (bottleneck), melintas jalur tanpa kendali petugas Polisi Lalu Lintas, kecelakaan lalu lintas.

Di sisi lain, berdasarkan data PT Jasa Raharja, jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2022 menurun dibandingkan tahun 2019. Pada periode 25 April 2022 sampai 5 Mei 2022 tercatat ada 4.107 kecelakaan lalu lintas dan 568 korban di antaranya meninggal. Periode yang sama di tahun 2019 terdata 4.083 kecelakaan lalu lintas dan 824 orang meninggal. Dengan kata lain, jumlah kasus kecelakaan lalu lintas menurun 28 persen. Kasus warga yang wafat turun 49 persen.

Kedisplinan dan ketaatan pemudik pada aturan lalu lintas masih rendah. Itu semua tergambar begitu jelas,  baik di sepanjang jalan tol maupun arteri. Masih ada pengendara yang didorong faktor kelelahan menggunakan bahu jalan untuk beristirahat, mobil barang (jenis pick up) digunakan untuk mengangkut orang, dan sepeda motor dinaiki lebih dari dua orang. Ada juga pengemudi yang kemudian viral di media sosial karena melintas median jalan tanpa sepengetahuan petugas saat jalur one way diberlakukan.

Ironisnya, tidak ada penindakan dari aparat hukum karena konsentrasi petugas semata-mata terfokus pada kelancaran arus mudik dan arus balik. Tentunya, fenomena pelanggaran-pelanggaran lalu lintas itu sangat mengancam keselamatan dan dapat membahayakan orang lain. Kampanye keselamatan berlalu lintas, khususnya saat masa mudik, harus lebih intensif lagi.

Penyeberangan ke Sumatera

Semakin panjang jalan tol Trans Sumatera, akan semakin memantik pemudik ke Sumatera menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi  berombongan.  Faktor keamanan di Pulau Sumatera menjadi pertimbangan pemudik menyeberang melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak saat malam hari dan tiba di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni pagi dan selanjutnya dapat melanjutkan perjalanan dengan aman.

Upaya yang dapat dilakukan adalah menjamin keamanan pemudik di Pulau Sumatera, keamanan resat area di sepanjang Tol Jakarta – Merak, sosialisasi sistem tiket daring (online) harus lebih masif lagi, program mudik gratis perlu diperbanyak dan diperluas hingga Pulau Sumatera, pemisahan angkutan logistik dan penumpang di saat mudik dan balik lebaran, perluasan areal parkir kendaraan bermotor di Pelabuhan Merak, praktek percaloan tiket harus segera dilenyapkan agar pemudik merasa lebih nyaman.

Manajemen Waktu dan Mudik Gratis

Menambah kapasitas jalan di Pulau Jawa tidak mungkin dilakukan terus menerus. Selain keterbatasan lahan juga keterbatasan anggaran. Pengaturan waktu mobilisasi mudik dan balik harus dimulai dan sudah dimulai saat arus balik lebaran tahun ini.

Untuk mengurai kepadatan saat puncak arus mudik dan balik dapat dilakukan dengan memperpanjang masa libur sekolah dan kuliah, menerapkan sistem bekerja dari rumah (work from home).

Untuk menghindari kursi kosong mudik gratis, diperlukan koordinasi antar pengelola mudik gratis. Pendaftaran mudik gratis cukup satu jaringan (link) namun bisa beda kelola dan waktu pemberangkatan. Pemberangkatan dari terminal sekaligus mengedukasi masyarakat.

DAK Transportasi Umum

Pembangunan tol secara masif di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo cukup membantu memangkas waktu tempuh para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi cukup signifikan.

Akan tetapi, berbagai negara yang lebih maju dari Indonesia dan sama-sama memiliki tradisi mudik, memiliki satu faktor pembeda yaitu transportasi umum yang memadai ke daerah tujuan.

Saatnya pemerintah membenahi transportasi umum di tempat tujuan mudik. Pemerintah dinilai perlu menganggarkan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembenahan transportasi umum di daerah-daerah tujuan mudik. Selama ini, salah satu faktor pendorong banyak pemudik pilih menggunakan kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan panjang selama arus mudik saat pulang kampung adalah ketiadaan transportasi umum yang memadai di kampung halaman.

Situasi di Terminal Jatijajar Depok

Itu mestinya pemerintah pusat punya dana alokasi khusus (DAK) untuk membenahi transportasi umum di daerah. Kalau itu sudah, kelompok-kelompok kecil ini diangkut pakai bus gratis sekalian. Selain sepeda motor di kampung halaman tidak ada angkutan umum lagi. Saat ini, baru beberapa kota di Jawa yang transportasi umumnya relatif memadai untuk membantu distribusi para pemudik ke kampung halaman masing-masing. Sebagai contoh di Jawa ada Bus Trans Semarang di Semarang, Bus Batik  Solo Trans (Solo Raya), Bus Trans Banyumas (Kab. Banyumas), Bus Semanggi Surabaya di Surabaya, Trans Pakuan di Bogor, Trans Yogya di Yogyakarta, Trans Metro Pasundan (Bandung Raya), Bus Trans Jateng atau KRL Solo-Yogyakarta. Sementara di luar Jawa sudah beroperasi Trans Metro Deli (Medan), Trans Musi Jaya (Palembang), Trans Banjarbakula (Banjarmasin), Trans Metro Dewat (Denpasar) dan Trans Maminatasa (Makassar).

Namun, masih banyak daerah lain yang tidak memiliki fasilitas seperti ini, misal di Pulau Sumatera. Kecenderungannya, para pemudik memilih pulang kampung dengan mobil lewat tol. Atau kalau ke Sumatera, menggunakan sepeda motor. Angkutan pedesaan sudah pada mati, itu juga harus dihidupkan kembali, sehingga mereka yang di desa bisa ke kota untuk Lebaran dan sebaliknya.

Keterbatasan ruang fiskal Kementerian Perhubungan tidak bisa leluasa mempercepat program pembelian layanan (buy the service) yang sekarang sudah berjalan di 11 kota. ***

Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *