Connect with us

Feature

Sejumlah Catatan Buruk Lion Air

Published

on

Bicara Lion Air maka kita harus menarik ke belakang. Didirikan pada tanggal 19 Oktober 1999 dengan nama PT Lion Mentari Airlines. Dikenal dengan nama Lion Air kemudian baru dapat dioperasikan pada tanggal 30 Juni 2000. Berbekal Boeing 737-200, maskapai dengan kode terbang JT ini disewa dengan rute perdana ke Pontianak, Kalimantan Barat.

Rusdi Kirana

Lahir di bawah ‘komandan’ Rusdi Kirana dan keluarga, maskapai ini ternyata tak lulus ujian IATA, IOSA karena masalah keamanan. Tak patah arang, Lion Air kemudian membangun desain framework untuk workshop bersama Boeing dalam aplikasi prosedur Kinerja Navigasi Berpemandu (KNB) di Indonesia.

Perlahan tapi pasti ia mulai merangkak naik dengan menambah jumlah penerbangan ke Jeddah lima kali seminggu dengan 2 armada Boeing 747-400. Ada catatan yang perlu diingat bahwa maskapai ini pernah berhenti sementara untuk ke 13 armadanya akibat gagalnya maskapai memenuhi OTP (on time performance) sekurangnya 80 persen yang ditetapkan Dirjen Perhubungan Udara. Catatan resmi Kementerian Perhubungan, OTP Lion Air hanya membukukan angka 66.45 persen. Angka ini adalah yang terburuk dari 6 maskapai penerbangan utama dalam rentang bulan Januari hingga April tahun 2011 di 24 bandar udara di seluruh Indonesia.

Tetapi cerita Lion ini memang penuh kejutan, meski nampak tertinggal, dalam sekejap ia seolah merangsek ke depan. Pada 18 November 2011, maskapai ini tercatat mampu menjadi pemesan tunggal terbanyak oleh satu maskapai penerbangan komersial sebanyak 230 Boeing yang terdiri dari 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 pesawat Boeing 737-900ER dengan nilai $21.7 miliar.

Catatan ini kian fantastis manakala Lion Air juga menandatangani komitmen dengan Boeing untuk memesan lima buah pesawat 787 dreamliner. Rekor ini diikuti kontrak pembelian 234 pesawat Airbus jenis A320 dan A321 senilai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 233 triliun di Perancis dan disaksikan langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande.

Beroperasi dengan nama Lion Air dengan kemasan low cost carrier atau maskapai bertarif rendah, kini ia bisa menepuk dada sebagai maskapai swasta terbesar di Indonesia.

Jaringan rute sudah merambah hingga ke Singapura, Malaysia, Vietnam, bahkan Arab Saudi. Belum lagi catatan rute carter ke China dan Hong Kong. Di Indonesia dalam hal ekspansif, ia berhadapan langsung dengan Air Asia dan pemain lokal lain yang kini mulai menaik.

Kemampuannya mengembangkan sayap terbukti dari kontrak pengadaan pesawat dengan Airbus dan Boeing yang dikantonginya, menembus angka total sebesar US$ 46.4 milliar untuk armada 234 unit Airbus A320 dan 203 pesawat Boeing 737 MAX. Demi terus mengembungkan pundi perusahaan Lion telah melahirkan dua anak perusahaannya sendiri, yaitu Wings Air dan Batik Air. Di tingkat regional, Lion memperkuat diri dengan membuat Malindo Air dan Thai Lion Air.

Di regional, kotroversi Lion tetap menorehkan catatan. Pada tanggal 31 Juli 2015, Lion Air secara resmi hengkang dari INACA karena adanya ketidakcocokan dengan anggota yang lain. Tetapi di tahun berikutnya, ia membukukan prestasi. Pada tahun 2016, Lion Air masuk dalam daftar maskapai penerbangan bertarif rendah dengan layanan terbaik sedunia versi SkyTrax serta meraih dua penghargaan, yaitu Kabin Terbaik Kelas Murah dan Kursi Premium Terbaik Kelas Murah.

Catatan manis ini ternyata tak bersih noda. Ada banyak catatan buruk Lion Air. Meski telah dicabut pada Juni 2016, maskapai ini termasuk dalam daftar maskapai yang dilarang masuk Eropa sejak November 2014. Catatan lain mulai dari keterlambatan, kenyamanan hingga beberapa insiden. Maskapai ini bahkan pernah tercatat sebagai maskapai dengan kinerja yang buruk dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi keselamatan terbangnya.

Catatan buruk Lion yang paling mencuat adalah pengenaan sanksi oleh Kementerian Perhubungan setelah ditemukan beberapa pilot dan awak pesawat memiliki dan menggunakan bahan narkotika. Kejadian ini tercatat di Januari 2011. Selain kemudian tiga kali delay berkepanjangan di tahun 2015, Mei 2016, dan awal 2017.

Dalam kawanan burung-burung besi di Indonesia, Lion barangkali adalah kawanan yang meliuk terbangnya setelah catatan sejarah Sempati Air. Dua perusahaan yang –kebetulan—dekat dengan kekuasaan. (rr)

Sumber: Buku Flight Insight, Buruk Maskapai Pilot Dibelah (Eagle – 2018)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *