Connect with us

Feature

Lima Tahun Jadi Sejarah

Published

on

Buyar Winarso saat menjabat Bupati Kebumen, 2010 – 2015. (foto: ist)

JAYAKARTA NEWS – Selalu ada “yang pertama” dalam segala hal kehidupan manusia. Demikian pula saat Buyar Winarso memulai tugas sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kebumen, Jawa Tengah. Begitu banyak aktivitas “yang pertama” dilakoninya. “Sesaat setelah pelantikan, saya merasakan tanggung jawab yang sangat berat,” kenang Winarso.

Ia pun menyadari, dukungan orang tua, keluarga, dan para sahabat adalah kekuatan ekstra. Ia pun mulai menyingsingkan lengan baju, menatap tugas dan amanah sebagai seorang bupati, dari sebuah kabupaten yang miskin secara statistik. “Terlalu banyak persoalan yang saya hadapi. Terlalu banyak,” katanya, sesaat setelah duduk di kursi bupati.

Segera ia kumpulkan para pejabat kabupaten, guna menyelami tugas pokok dan fungsinya. Buyar Winarso tidak umbar bicara saat berhadapan dengan mereka untuk pertama kali. Sebaliknya, ia umbar telinga untuk mendengar semua paparan para pejabat yang kini dipimpinnya.

Diamnya “bupati anyar” itu bukan diam kosong, tetapi diam dengan pikiran yang terus berkecamuk, menerima dan mencerna semua paparan kepala dinas, badan, dan pimpinan-pimpinan unit kerja lain yang ada di Pemerintahan Kabupaten Kebumen.

Beruntung, Buyar Winarso dikaruniai berkah sebagai fast learner. Tidak butuh waktu lama untuk mendeteksi titik-titik persoalan yang ada di Kebumen. Sukses menjadi pengusaha PJTKI, disusul bisnis-bisnis lain, hingga sukses mendirikan dan mengembangkan Global Islamic School (GIS), memberinya pengalaman mengatasi berbagai persoalan.

Berbeda dengan posisinya sebagai orang swasta, kini ia harus berhadapan dengan berbagai perundang-undangan dan peraturan. Ada perbedaan mendasar dengan posisi sebelumnya sebagai pengusaha swasta. Kini, ia ditantang untuk memadukan etos kerja swasta dengan “rambu” sederet Undang-undang dan Peraturan.

Ia sadar, berbagai peraturan dan perundang-undangan bisa menjadi “belenggu”. Apalagi, sangat banyak kepala daerah kemudian terjerembab ke dalam lembah nista sebagai “koruptor”.

Buyar Winarso melihatnya berbeda. Ia beranggapan, semua Undang-undang dan peraturan, disusun dengan tujuan yang baik. Penyusunnya juga bukan orang sembarangan. “Karena itu, saya tidak apriori. Sebaliknya, saya pelajari semua peraturan dan perundang-undangan dengan cermat,” katanya.

“Seketika saya menyimpulkan, bahwa hal pertama yang harus saya lakukan adalah melakukan pelurusan. Belum perlu membuat peraturan baru, karena peraturan yang ada sudah cukup,” tegasnya.

Dengan mengagungkan asma Allah SWT, Buyar Winarso segera melangkah. Baik ke dalam maupun ke luar, ia lakukan konsolidasi.

Konsolidasi ke luar, dengan para pimpinan parpol, baik parpol pengusung maupun partai yang tidak mengusung. Kepada semua pimpinan parpol, Buyar Winarso menyatakan bahwa hajatan Pilkada sudah usai. Ke depan, tidak ada lagi istilah partai pendukung dan partai bukan pendukung. Ia merangkul semua partai sebagai satu kekuatan bersama untuk membangun dan memajukan Kebumen.

Sedangkan di internal, ia mulai menekankan pondasi profesionalitas birokrat. Disadari, kebanyakan ASN (Aparatur Sipil Negara) Pemkab Kebumen sebelumnya mendukung calon incumbent (dalam Pilkada). Ia berpikiran positif. Salah satunya, dengan tidak langsung melakukan penggantian pejabat.

Ia beranggapan, para pimpinan satuan kerja adalah sosok pilihan. “Lebih dari segalanya, dalam situasi awal yang masih serba canggung, saya tidak mau memperkeruh dan membuat gaduh dengan merombak struktur organisasi atau melakukan penggantian pejabat,” tandasnya.

Buyar Winarso sebagai Bupati Kebumen, 2010 – 2015. (foto: ist)

“Kebumen Baru”

Bupati Buyar Winarso makin intensif melakukan pembinaan ke dalam. Berdasar bekal yang ada, ia menunjukkan kelemahan-kelemahan yang ada pada tiap-tiap satuan kerja. Dengan acuan peraturan pula, ia tunjukkan hal-hal apa saja yang belum dilaksanakan, bahkan melenceng dari peraturan.

“Untuk mencanangkan pondasi ‘Kebumen Baru’, saya ajak dan beri kesempatan sama kepada semua pimpinan satuan kerja. Tugas mereka adalah meluruskan praktik-praktik melenceng dan melakukan penataan atas hal-hal yang belum tertata dengan baik,” bebernya.

Di luar tugas seremonial yang bersifat rutin, Buyar Winarso memantau para kepala Satker. Sarana coffee morning, menjadi sangat efektif untuk kerja monitoring. Nyaris setiap pagi, ia mengundang Sekda, Kepala Dinas, Camat, Kades, kepala-kepala satker hingga pimpinan dan anggota legislatif ke pendopo belakang untuk ngopi bareng. Ada kalanya, ia mengundang berbagai elemen masyarakat, tidak hanya yang berada di Kebumen, tetapi dari berbagai daerah.

Di ajang ngopi pagi itulah berbagai persoalan pelik di daerah, dirembug, dibahas, dicarikan solusi dalam suasana informal. Suasana benar-benar santai, karena nyaris tidak ada dekat. Bahkan tak jarang, Buyar menemui mereka masih dalam keadaan berkain sarung, yang belum dilepas sehabis sholat subuh.

Syahdan, dengan gaya kepemimpinan natural tetapi profesional, cepat-tapi-pasti, Kebumen bangkit dari keterpurukan. APBD yang di tahun 2010 (saat ia menjabat) di kisaran Rp 860 miliar, terus merangkak naik di bawah kepemimpinan Buyar Winarso.

Tahun 2010 dan 2011 adalah tahun konsolidasi. Tahun peletakan pondasi tata-kelola pemerintahan yang lurus. Hasilnya, APBD 2011 naik ke angka Rp 1,3 triliun, dan terus naik hingga menembus angka Rp 1,8 triliun di tahun 2014. Kanaikan 100 persen dalam tiga tahun efektif kepemimpinannya. Sebuah capaian prestasi yang barangkali tertinggi yang pernah dicapai seorang bupati di Indonesia.

Di tahun kelima kepemimpinannya, APBD Kabupaten Kebumen hampir menembus angka Rp 2,4 triliun.

Tak pelak, sukses meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdampak pada peningkatan APBD secara signifikan. Seperti ia kemukakan jauh sebelum menjabat, bahwa jika ekonomi tumbuh, APBD akan naik. Dengan ketersediaan dana, maka semua program pembangunan bisa berjalan.

Alhasil, di tangan Buyar Winarso, rumah sakit daerah tipe B yang sempat mangkrak di periode sebelumnya, berhasil dituntaskan. Bukan hanya satu, tetapi dua rumah sakit ia tuntaskan. Semua dinas dan satuan kerja mendapat alokasi dana yang cukup untuk melaksanakan program pembangunan.

Pembangunan fisik, tak terhitung jumlahnya. Pasar tradisional, mulai dari pasar utama kota kebumen, Pasar Tumenggungan dibongkar dan dibangun baru. Setelah itu, belasan pasar tradisional di berbagai kecamatan dibongkar dan dibangun baru.

Kantor-kantor dinas yang tidak layak, tidak sekadar direnovasi, tetapi dibongkar dan dibangun baru. Kantor-kantor kecamatan, dibongkar dan dibangun baru. Infrastruktur jalan kabupaten, jalan kecamatan, jalan desa dibuat mulus. Aktivitas warga pun meningkat, meningkat pula produktivitasnya.

Buah profesionalitas tata kelola pemerintahan, berimplikasi pada membaiknya tata kelola keuangan. Ini terbukti dengan capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), atas Laporan Keuangan Pemkab Kebumen tahun 2011. Sebuah prestasi besar, mengingat belum pernah dalam sejarah, laporan keuangan Kabupaten Kebumen beroleh opini WTP.

 

Cukup Satu Periode

Syahdan, ada awal, ada akhir. Tahun 2015 adalah tahun terakhirnya menjabat Bupati Kebumen. Mayoritas warga Kebumen menghendaki ia maju lagi dalam Pilkada 2015 untuk periode kedua. Bahkan, hampir semua pimpinan partai politik merapat ke Buyar Winarso dan menyatakan siap mengusung.

Sekali lagi, Buyar Winarso menunjukkan sikapnya sebagai negarawan, bukan politisi yang haus jabatan. Ia pun segera membuat pernyataan sikap tidak akan maju dalam Pilkada 2015, dan memberi kesempatan putra terbaik lain menggantikannya.

Sebuah pernyataan sikap yang anomali, tidak lazim. Sebab, hampir semua kepala daerah, maju lagi dalam Pilkada. Dengan kata lain, bisa dikata hanya Buyar Winarso, satu-satunya bupati –sukses pula– yang tidak maju meraih jabatan periode kedua. Padahal, jika ia maju, 99 persen terpilih kembali.

Tidak banyak informasi yang berhasil dikorek media atas keputusan yang ia ambil. Karenanya, beredar banyak spekulasi di tengah masyarakat.

Ada yang menduga, Buyar Winarso hendak maju dalam Pilgub Jawa Tengah. Sejumlah partai politik memang mendakati dan mendorongnya ikut dalam Pilgub. Sekali lagi, spekulasi itu pun terbantah dengan sendirinya, karena Buyar Winarso memang tidak pernah berkeinginan menjadi gubernur.

Spekulasi lain bahkan ada yang menduga Buyar Winarso akan ditarik menjadi Menteri Koperasi oleh Presiden Joko Widodo. Spekulasi itu didasarkan pada dua alasan. Pertama, keduanya adalah kepala daerah tingkat dua di periode yang hampir sama. Buyar Winarso Bupati Kebumen, sedangkan Joko Widodo Walikota Solo. Keduanya sering mengikuti rapat-rapat tingkat provinsi, dan di berbagai ajang pertemuan lain. Kedua, nama Buyar Winarso sempat tercantum di daftar calon menteri yang beredar luas di media.

Sekali lagi, spekulasi itu pun terbantah, karena Buyar Winarso tidak pernah melakukan gerilya politik apa pun untuk jabatan menteri. Termasuk, membatasi komunikasi dengan Joko Widodo.

Dari sekian spekulasi, yang terjadi kemudian adalah dia kembali fokus mengurus perguruan Global Islamic School (GIS) yang ia dirikan tahun 2002. Apalagi, kini GIS sudah memiliki cabang di Serpong, Tangerang Selatan, dalam satu komplek perguruan TK sampai SLTA di atas lahan kurang lebih 7 hektare.

“Tugas menciptakan SDM unggul juga bagian dari upaya memajukan bangsa dan negara. Jadi, prinsip saya masih sama, berpartisipasi membangun negeri tidak harus duduk di kursi. Entah kursi bupati, kursi gubernur atau kursi menteri,” ujarnya tegas. (Roso Daras/Bersambung)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *