Connect with us

Entertainment

Konser Duel Meet Makara vs Cockpit

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Membaca judulnya, seperti adu tinju saja. Padahal acaranya konser musik. Konser duel meet yang tidak ada duelnya ini sering dipromosikan di tahun 70an dan 80an. Misalnya Duel Meet AKA vs God Bless. Atau Duel Meet Giant Step vs Ternchem.

Yang lucu, pernah terjadi konser musik bertajuk Duel Meet Favourites Group vs Koes Plus vs SAS di Semarang. Dua band pengusung genre sweet sound ditanding melawan band beraliran cadas (hard rock). Khalayak penuh, lalu siapa yang menang?

Enggak ada yang menang, karena enggak ada duel meet antara ketiga band itu. Bahkan jam session (main sama-sama sepanggung) pun, enggak terjadi. Ini cuma promosi oleh para promotor musik agar khalayak membludak menonton band-band favoritnya.

Mendadak sontak mencuat kalimat Konser Musik Duel Meet Makara vs Cockpit yang dihelat di Hard Rock Cafe Jakarta, Senin (12/12). Penggagasnya Gideon Momongan (wartawan musik) dan Kadri Mohammad, musikus bertitel Sarjana Hukum (SH) yang acap digelari ‘singing lawyer’.

Acaranya malam hari, dari pukul 20.00 dan berakhir pukul 23.00 WIB. Yang datang opa oma dan bapak ibu berusia 60an tahun yang termasuk generasi bunga yang sedang marak di tahun 70an dan 80an.

Pertama band Makara yang diplesetkan sebagai ‘mahasiswa karatan’ alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini unjuk diri di panggung. Punggawanya ada tujuh personel, ada yang sudah senior dan ada yang  junior.

Mereka adalah Kadri Mohammad (vokal), Adi Adrian (keyboard, juga memperkuat KLA Project), Budhy Haryono (drum), Noldy Benyamin (gitar), Soebroto Harry (bas), Jimmo (vokal) dan Eghay (additional keyboard) ditambah Rini dan Humi bertugas di suara latar (backing vocal).

Puluhan lagu digebrak dengan semangat tinggi. Pukulan keras drum berpadu harmonis dengan dentuman keyboard dan petikan gitar nan rancak. Nada dan irama progresive rock lawas yang menjadi hit Makara disenandungkan lewat lengkingan manis Kadri dan Jimmo.

Denni Chaplin, vokalis Cockpit. (foto ipik).

Nomor ‘Rajawali’ dilantunkan sebagai lagu pembuka. ‘Semusim’ milik Chrisye – yang acap disebut mirip suara Phil Collins dari Genesis – dibawakan oleh Kadri secara ciamik dan liat. Kemudian ada lagu ‘Ronta Jiwa’ dan ‘Laron Laron’ yang menjadi hit Makara, disusul ‘Legenda Masa Depan’  ‘Sangkakala’, ‘Dunia Angan Angan’ dan ditutup nomor ‘Indonesia Maharddhika’ ciptaan Guruh SP yang dicomot dari album fenomenal Guruh Gipsy.

Lagu pamungkas yang liriknya berbahasa Sansekerta ini memperoleh keplok riuh khalayak yang memenuhi area Hard Rock Cafe seperti Triawan Munaf (eks Kepala Badan Ekonomi Kreatif, keyboardis Giant Step), Romulo Rajadin (KLA), aktris Aura Kasih, Tonny Wenas (Direktur Freeport, eks Solid 80) dll.

Tonny Wenas dari Solid 80 (kini Presdir Freeport, ikut tarik suara. (foto ipik)

Sesi kedua giliran Cockpit unjuk kemampuan. Grup beraliran prog rock yang acap disebut ‘copy paste’ Genesis dari Britania Raya ini juga menurunkan 7 personel : Raidy Noor (bass), Krisna Prameswara (keyboard), Nada Noor (gitar), Jimmo (vokal), Denni Chaplin (vokal) plus featuring double drum yaitu Fajar Satritama (God Bless) dan Rama Moektio (yang menggantikan ayahnya, Yaya Moektio).

Hampir 16 nomor lagu bernuansa prog rock dari Genesis (semasa era Peter Gabriel) maupun di era vokalis Phil Collins  dibawakan secara apik dan kompak. Hiruk pikuk nada-nada cadas plus dentuman gitar elektrik Nada Noor dan gitar bas Raidy Noor sangat beraturan. Juga, gebrakan drum – yang acap disebut bedug londo – dari Fajar Satritama begitu dominan dan memberikan nilai tambah pada Cockpit.

Hampir lebih selusin nomor cadas dilantunkan secara nonstop : Mama, Take a look  at Me now, Duke’s Travel, I don’t Care Anymore, Firth of Fifth, In the Air To Night, Dancing with The Moonlit Tonight, Follow you Follow Me dan Take Me Home sebagai lagu pamungkas dimana Romulo Rajadin alias Lilo ikut tampil bersenandung.

Keutuhan dan kesolidan Cockpit sebagai grup lawas ini perlu dicontoh oleh band-band baru di era kiwari. Meski tiga personelnya yaitu Freddy Tamaela, Ary Syaff dan Odink Nasution tutup usia, namun kharisma dan ciri diri Cockpit tetap utuh enggak tergerus zaman. O ya, sound oleh DSS pimpinan Donny Hardono malam itu yang menyuguhkan suara yang jernih dan pas benar-benar patut diberi punten. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *