Connect with us

Feature

Di Tangan Terampil Janur Kelapa Bernilai Tinggi 

Published

on

Siti Saripeh Siregar salah seorang penjual Janur kuning di kawasan Jalan Denai, Medan Kota. (Foto. Monang Sitohang)

JAYAKARTA NEWS— Janur kuning sangat identik dengan pesta pernikahan, menjadi penanda atau hiasan adanya hajatan di sekitar lokasi. Itu yang menjadi patokan para tamu-tamu undangan. Jadi janur ini sebuah kerajinan tangan yang diolah dan dihias sedemikian rupa dari daun kelapa

Janur kuning banyak memiliki bentuk yang unik dan elegan, serta memiliki makna simbolis yang mendalam. 

Menurut berbagai sumber yang disadur oleh media ini asal kata ‘janur’ berasal dari bahasa Jawa, yang mengandung serapan bahasa Arab, yakni Sejane Neng Nur yang berarti arah menggapai cahaya Ilahi. Sedangkan kata ‘kuning’ menurut beberapa literatur menyebutkan bahwa maknanya adalah Sabda Dadi, artinya berharap semua keinginan dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening bakal terwujud.

Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan sebuah harapan yang mulia untuk mendapatkan ridho Ilahi dengan dibarengi jasmani dan rohani yang bersih. Yang mana harapan baik itu diwujudkan dengan pelaksanaan hajatan yang baik pula. Di sinilah esensi sesungguhnya yang ada pada janur kuning. 

Belajar dari YouTube

Janur kelapa, sebuah bahan alami yang menyimpan pesona seni dan kreativitas yang luar biasa. Melalui tangan-tangan terampil pengrajin, janur kelapa berubah menjadi kerajinan tangan yang menarik dan bernilai tinggi. 

Sehingga tidak dipungkiri seni merangkai janur kelapa ini banyak dijadikan sebagai mata pencaharian. 

Seperti Siti Saripah Siregar, ibu dua orang anak ini bersama suaminya M. Yutan Dalimunthe sudah empat tahun sebagai pengrajin Janur Kelapa di depan emperan toko di Jalan Denai, Medan Kota.

Janur Kuning hasil dari pengrajin Siti Saripeh Siregar, di Jalan Denai, Medan Kota (foto: monang)

Kepada awak media ini beberapa hari lalu Siti Saripah Siregar menuturkan, sebelum berjualan janur kami menjual bakso di rumah, tetapi ketika Covid-19 melanda usaha pun tutup dan akhirnya muncul  ide untuk berjualan janur kuning. 

“Kami jadi pengrajin atau penjual janur, sarang ketupat sudah sekitar 4 tahun. Dan belajar merangkai janur ini pun dari YouTube karena diusulkan anak, jadi suami dan anak saya sudah bisa merangkai janur,” jelas Ibu yang berhijab itu. . 

“Kalau mengingat saat belajar merangkai janur ini, ada lucunya juga. Selama 2 bulan belajar untuk merangkai janur masih juga mereng-mereng. Sulit juga. Tapi beda dengan anak saya, ia cepat dan ligat, bahkan pembeli menunggu satu jam saja pesanan bisa dikerjakan,” ujar Siti Saripah Siregar mengenang. 

Hal tersebut pun, dibenarkan M. Yutan Dalimunthe, “Saya belajarnya malah 3 bulan, tekad belajar itu sebuah keharusan karena kalau ada pelanggan yang pesan, kita tidak bisa buat, lalu pakai jasa orang lain untung tipis padahal bahan dari kita semua. Jadi mau tidak mau kita harus belajar mengerjakan sendiri,’.

Setelah itu ditambahkan Siti lagi, kalau harga janur pernikahan satu set pake bambu, ada nama kedua mempelai harganya Rp120 ribu, kalau janurnya saja harga sekitar Rp70-80 ribu, kemudian sarang ketupat sate satu renteng isinya 100 harga Rp15.000. Selain itu ada juga beli janur kelapa saja, itu biasanya anak kuliah untuk bahan belajar. 

“Dan Alhamdulillah, pendapatan perhari itu dari pembeli sarang ketupat untuk sate dan lumayan, kemudian dari janur ini tidak tentu, ramainya pesanan Jumat dan Sabtu, seperti sekarang sudah laku 7 janur, ada yang pesan komplit dan ada cuman janur saja. Apa lagi saat ini ramai yang pesta. Oh, iya kalau bahan janur kelapa ini kami pesan langsung dari Hamparan perak,” beber Siti mengakhiri perbincangan. (Monang Sitohang) 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *