Connect with us

Feature

“Coffee Morning” Pariwisata Sumatera Utara Bangkit

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Bukan kebetulan, jika Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Utara (Sumut) mencanangkan konsep kolaboratif. Tujuannya agar pariwisata Sumut bangkit. “Coffee morning ini adalah salah satu sarana membangkitkan pariwisata Sumut pasca pandemi,” ujar Kepala Disbudpar Sumut, Zumri Sulthony, M.Si, CHE.

Zumri mengatakan hal itu di Le Polonia Hotel Medan, Senin (26/9) dalam acara coffee morning bersama stakeholder pariwisata Sumut. Dalam kesempatan itu hadir pula Sekretaris Disbudpar Sumut, Avon Nasution, serta sejumlah pengurus asosiasi industri pariwisata.

Tampak di antaranya IHGMA (Indonesia Hotel General Manager Association), INCA (Indonesia Cheff Association), ASPPI (Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia), ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata), dan ASPARNAS (Asosiasi Pariwisata Nasional). “Di sini kita bicarakan format kolaborasi melalui sharing satu dan lainnya,” ujar Zumri.

Ia gembira, melalui ajang coffee morning para pelaku industri pariwisata meletakkan satu persepsi bulat. Sebuah sudut pandang bahwa untuk memajukan pariwisata Sumut dibutuhkan sinergitas. “Kegiatan ini sekaligus mapping potensi wisata Sumut. Misalnya dengan meng-klaster jenis wisata, seperti bidang akomodasi, travel agent, event organizer, transportasi, dan-lain-lain. Kita komunikasikan,” tambahnya.

Foto bersama Kadisbudpar Sumut, Zumri Sulthony, M.Si, CHE beserta staf dengan para stakeholder pariwisata Sumut. (Foto Monang Sitohang)

Agenda Tetap

Kepada Jayakarta News, Zumri mengatakan coffee morning berlangsung sangat produktif. “Suasananya rileks. Penuh keterbukaan. Sebagai kegiatan perdana, sungguh memberi harapan positif. Saya akan lanjutkan supaya ada kesinambungan,” tambahnya.

Mengisahkan jalannya coffee morning, Zumri menyebut terjadi dialog silang. Sebuah komunikasi dua arah. Asosiasi memberi masukan kepada pemerintah, dalam hal ini Disbudpar. Begitu pula sebaliknya. Tak hanya masukan, tetapi juga kritik dan saran. Semua dimuarakan kepada pengembangan pariwisata Sumatera Utara.

Laiknya sebuah dialog komprehensif, topik yang diketengahkan bukan saja ihwal peluang dan potensi, tetapi juga tantangan dan hambatan. Termasuk hal yang bisa disebut sebagai kelemahan.

Misalnya, masih adanya complain dari para wisatawan terhadap praktik kurang terpuji oknum petugas parkir. Mereka bisa dijumpai di sejumlah area wisata di Sumatera Utara. “Kasus yang sering terjadi adalah penetapan tarif parkir yang tidak wajar,” kata Zumri.

Hal itu dibenarkan oleh Ketua DPD ASPPI Sumut Erwin Lapolisa. Menurutnya, tarif parkir di sejumlah lokasi wisata harus segera ditertibkan. Kelihatannya sepele, tetapi bisa mencoreng citra pariwisata Sumatera Utara.

“Saya pernah membawa tamu ke salah satu objek wisata. Petugas parkir menarik tarif di luar batas kewajaran. Hal itu membuat kami bersitegang. Sungguh bukan sesuatu yang patut dipertontonkan di hadapan para tamu,” katanya.

Erwin melanjutkan kisah buruk yang pernah dialaminya. Ia lalu mengajak petugas parkir berbicara menjauh dari para wisatawan untuk penyelesaian damai. “Ada satu lagi komplain terkait petugas parkir di sejumlah objek wisata. Yakni soal penampilan. Janganlah pakai celana pendek, koyak-koyak pula. Kesannya urakan. Harusnya tampil lebih rapih dan bersih,” tambahnya.

Ia khawatir kesan buruk tadi tertanam di benak para wisatawan yang datang dari luar Sumatera Utara, bahkan dari luar negeri. Sekalipun kejadian kecil, tetapi bisa berdampak luas. “Pertanyaannya, apakah mungkin wisatawan yang berpengalaman buruk tadi akan merekomendasikan koleganya untuk berwisata ke Sumut?” tanya Erwin.

Usai acara coffee morning para stakeholder pariwisata Sumut berfoto bersama staf Disbudpar Sumut sambil memegang hasil produksi Bubuk Teh Andaliman dari salah seorang stakeholder. (Foto Monang Sitohang)

Polisi Pariwisata

Mendapat sejumlah masukan konstruktif, Kadisbudpar Sumut, Zumri Sulthony menyimak, mencatat, dan menyiapkan respons positif. Terkait praktik sejumlah oknum parkir misalnya, Zumri mengatakan akan mengundang Polisi Pariwisata Polda Sumut, pada kegiatan coffee morning berikutnya. “Kita carikan solusi bersama instansi terkait,” ujarnya.

Potensi ancaman, gangguan, dan kelemahan yang bisa menurunkan rating pariwisata Sumatera Utara menjadi tanggung jawab bersama. Semua pemangku kepentingan harus bergandeng tangan mencarikan solusi sebagai wujud kesamaan tekad dan langkah memajukan wisata Sumut.

Menurut Zumri, persoalan oknum petugas parkir yang dicontohkan tadi, adalah bagian tak terpisahkan dari problem laten pariwisata Sumut, yakni lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM). “Padahal, SDM adalah ujung tombak. Sebab, pariwisata harus mengedepankan faktor hospitality seperti keramahtamahan, kenyamanan, keamanan, dan hal-hal yang membuat wisatawan terkesan,” tambahnya.

Zumri menawarkan solusi berupa program pendampingan terhadap desa wisata. Ia menggambarkan, para pelaku industri pariwisata mendampingi masyarakat dalam melayani para turis. Melalui program itu akan terjadi proses pembelajaran secara langsung. “Masyarakat melihat lalu mengikuti bagaimana pendamping tadi tersenyum dan menyapa turis. Bagaimana cara memberi kenyamanan kepada turis,” katanya.

“Memang tidak mudah, tetapi bukannya tidak bisa. Disbudpar Sumut akan mencoba menerapkan di desa wisata-desa wisata yang sudah ada kerjasama. Di situ kita praktikkan proses pendampingan kepada masyarakat agar paham hakikat pariwisata. Semoga ini menjadi salah satu terobosan dalam mengatasi problem lemahnya SDM pariwisata,” papar Zumri.

Aplikasi DisumutAja

Membuat Event

Coffee Morning Disbudpar dengan para pemangku kepentingan pariwisata di Sumut itu juga menyinggung soal event. Kadisbudpar meminta para pelaku pariwisata khususnya event organizer tidak hanya fokus pada penyelenggaraan kegiatan oleh instansi pemerintah.

“Coba di-create event dari perusahaan-perusahaan swasta atau asosiasi-asosiasi profesi besar. Kolaborasikan dengan pemerintah untuk hal-hal yang bisa didukung,” kata Zumri.

Ia menyebutkan asosiasi para dokter, IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Organisasi ini memiliki agenda event besar tahunan. Para penyedia jasa EO Sumatera Utara perlu menawarkan fasilitas yang bisa disediakan bagi suksesnya acara IDI, jika dilangsungkan di wilayah Sumatera Utara.

Juga asosiasi UMKM. Ada beberapa asosiasi UMKM yang bisa diajak menggelar event di Sumatera Utara. Sejumlah event UMKM skala nasional, selalu ramai pengunjung. Bukan hanya ramai pengunjung, tetapi juga bisa berdampak para peningkatan ekspor.

Yang tak kalah penting adalah bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), atau yang sering diistilahkan sebagai the meetings industry. Dunia MICE adalah dunia yang belum terjamah dengan baik di Indonesia. Padahal dunia MICE merupakan salah satu andalan pariwisata di beberapa negara maju.

Masih banyak informasi, tukar gagasan yang berlangsung dalam coffee morning tersebut. Salah seorang peserta menyatakan perlunya kesinambungan agenda yang sangat bagus itu.

Tak lupa, Kadisbudpar Sumut juga mewartakan ihwal soft launching sarana promosi digital. Aplikasi DisumutAja sudah diluncurkan untuk mempromosikan aneka destinasi pariwisata di Sumatera Utara yang indah-indah. Beberapa spot di antaranya bahkan memilliki level keindahan dunia. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *