Connect with us

Kabar

Kadisbudparekraf Sumut Zumri Sulthony: Geopark Berpotensi Penyumbang Nilai Tambah Ekonomi Warga Lokal

Published

on

Salah satu Geosite Kaldera Toba, Air Terjun Sipiso-piso, memiliki tinggi 120 meter, berada di Desa Tongging, Kec. Merek, Kab. Karo, Sumatera Utara. (Foto: Monang Sitohang)

MEDAN, JAYAKARTA NEWS – Geopark (Geologocal Park) dikenal sebagai Taman Geologi atau Taman Bumi, diantaranya Kaldera Toba  di kawasan Danau Toba. Jika Geopark ini dikelola secara baik, terencana dan berkesinambungan, tentu bisa menjadi penyumbang nilai tambah ekonomi bagi warga lokal di masa mendatang. 

Keberadaan Geopark adalah untuk melindungi warisan geologi di muka bumi ini. Manusia dapat mengambil manfaat dengan menggali dan mengembangkan  warisan tersebut. Maka pengelolaan Geopark harus sustainable (berkelanjutan)

Pembangunan Geopark dimotori beberapa pilar antara lain Geodivetsity, Biodiversity, culture dengan dukungan regulasi, infrastruktur dan masyarakat lokal. Sejumlah pilar tersebut merupakan aspek-aspek utama yang harus diatur melalaui perencanaan dan pengelolaan secara teratur serta berkelanjutan. 

Visi pengelolaan Geopark, yakni mewujudkan pelestarian warisan geologi, keragaman biologi dan revitalisasi keragaman budaya guna memberikan peluang besar bagi kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan yang berbasis konservasi dan revitalisasi, implementasi pembangunan berkelanjutan, prinsip edukasi dan eksplotasi sejarah geologi. 

Misi pengelolaan Geopark antara lain, mewujudkan pengelolaan berkelanjutan yang difokuskan terhadap pelestarian geologi, budaya dan biodiversity agar jauh dari kerusakan. Sehingga memenuhi kriteria Unisco Global Geopark (UGG) dan dikenal dunia internadional. 

Ikon Pantai Batu Hoda berbentuk kuda hitam. Ada legenda tentang petuah kesetiaan di balik ikon kuda hitam itu dan Kawasan ini merupakan satu di antara 16 Geosite Kaldera Toba. (foto: monang sitohang)

Selain itu, misi Geopark juga mewujudkan peningkatan ekonomi masyarakat dengan keterpaduan pembangunan berkelanjutan dari komponen sosial, lingkungan dan ekonomi yang memanfaatkan kekayaan sumberdaya di Geopark Kaldera Toba (GKT) melalui geoproduk bentang alam dan lainnya. Konsep pembangunan harus bersinergi dengan program pemerintah dan memperkuat partnership sehingga tercipta keseimbangan, dan menghilangkan kesenjangan  sektor pembangunan.  

Selanjutnya mewujudkan pendidikan dan penelitian yang inovatif serta implementif guna memadukan upaya pembangunan berkelanjutan atas keragaman geologi, hayati dan keragaman budaya. Misi Geopark betikutnya, mewujudkan penguatan pengelola Geopark yang profesional dan berbasis masyarakat demi tercapainya pembangunan Geopark sebagai destinasi berdaya saing dunia.

GKT Diakui UNESCO

Geopark Kaldera Toba diakui dan dicatatkan di  UNESCO, tentulah memiliki alasan serta penilaian tersendiri oleh UNESCO. Melalui Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP GKT) diformulasikan 5 (lima) super sebagai nilai luar biasa atau outstanding value. 

Yakni, 1. Super Volcano Eruption ( letusan volcano sangat dahsyat), 2. Super Big Volcanic Lake (danau vulvakanik sangat besar), 3. Super Unique Culture Heritage (warisan budaya sangat unik), 4. Super Beautiful Landscape (bentangan panorama sangat indah), 5. Super Unique Biodiversity (keragaman budaya sangat unik).   

Lima formulasi super tersebut, masing-masing memiliki keistimewaan. Super Valcano dari sisi geologi, adanya batu-batuan unik akibat letusan gunung berapi. Sedangkan Super Unique Culture Heritage berhubungan dengan geologi. Buktinya, ada upaya masyarakat dalam mengatasi geologi, budaya-budaya masa lalu dan bagaimana masyarakat Batak mendirikan rumah dengan mitigasi (upaya mengurangi resiko akibat bencana alam).  

Disamping itu, Super Unique Culture Heritage juga memiliki super unik kebudayaan. Contohnya, Suku Batak menganut paham sangat menghormati leluhur. Terlihat dari makam-makam leluhur yang tergolong megah. Dibangun dengan berbiaya mencapai puluhan bahkan ratusan juta termasuk biaya proses adat sebelum dan setelah pembangunan makam tersebut. 

Contoh lain, masyarakat Batak juga sangat menghormati tahapan demi tahapan dalam kehidupan, digambarkan dari motif ulos (jenis kain khas Suku Batak). Melalui adatnya, motif ulos yang diberikan kepada seseorang/para pihak pastilah berbeda sejak di kandungan, saat lahiran, kemudian berumah tangga hingga meninggal. 

Paham Dalihan Natolu termasuk warisan budaya super unik. Paham ini dimaknai sebagai tiga paham keseimbangan  dalam kehidupan. Seperti keseimbangan dalam kekerabatan yang ditabalkan dalam falsafah “somba marhula hula (sikap sembah/hormat kepada keluarga istri/ibu, manat mardongan tubu (sikap berhati-hati kepada kerabat semarga), jala elek marboru (sikap membujuk/mengayomi baik saudara perempuan kandung atau serahim maupun saudara perempuan semarga”. 

Falsafah lain dari kehidupan etnis Batak adalah”hamoraon, hagabeon, hasangapon.” Hamoraon bermakna, anak keturunan lebih mapan/kaya dari orang tua. Hagabeon, anak keturunan banyak yang diisyaratkan dalam istilah “maranak sapulu pitu marboru sapulu onom”. Harapannya, anak lelaki tujug belas dan perempuan enam belas. Sedangkan hasangapon, berharap anak turunannya lebih berkedudukan dan lebih bermartabat. 

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumatera Utara (Kadisbudparekraf Sumut), Dr. Zumri Sulthony, S.Sos., M.Si

Keberagaman filosofi dan keunikan warisan budaya dalam rangkuman BP GKT di sekitar Danau Toba menjadi penarik perhatian para Assessor Unesco. Semua sudah berproses, hanya saja belum menjadi sesuatu yang patron tersistem seperti Pulau Bali. 

Penilaian kualitas Geopark melekat dari nilai sejarah dan geodiversity. GKT mengenal dan mencatatkan keberagaman jenis dan umur batuan. Yakni batuan berumur 500, 800 dan 74.000 tahun. Untuk mempelajari langsung, kunjungilah GKT. 

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumatera Utara (Kadisbudparekraf Sumut), Dr. Zumri Sulthony, S.Sos., M.Si, menuturkan jika Geopark itu dikelola secara baik, terencana dan berkesinambungan, tentulah bisa menjadi sumber penyumbang nilai tambah ekonomi bagi warga lokal atau penduduk di sekitar kawasan Danau Toba.

Potensi alam itu juga haruslah dikelola secara profesional, melibatkan partnership dan lembaga-lembaga terkait serta memaksimalkan peran masyarakat. Di masa datang, dinamika perekonomian akan lebih bergairah dan lebih membaik dengan harapan terwujudnya kesejehateraan masyarakat di kawasan Danau Toba. 

“Geopark Kaldera Toba itu bagus, bisa menjadi penyumbang nilai tambah ekonomi warga lokal dan sekitarnya,” kata Zumri Sulthony beberapa hari lalu di Medan. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *