Connect with us

Sport

Catur Yuliantono Tumbal Keempat Timnas

Published

on

DUKA cita kembali menyelimuti sepak bola Indonesia. Seorang penonton bernama Catur Yuliantono meninggal dunia karena terkena ledakan petasan saat menyaksikan tim nasional Indonesia beruji coba melawan Fiji di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Sabtu, 2 September 2017. Catur, 32 tahun, suporter asal Duren Sawit, Jakarta Timur, mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Mitra, Bekasi Barat.

Berdasarkan data dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Save Our Soccer #SOS, Catur “tumbal nyawa” ke-64 dari “kejamnya” sepak bola kita sejak Liga Indonesia digulirkan pada 1994/1995 (lihat data statistik Litbang #SOS). Khusus untuk aksi timnas, Catur adalah korban keempat. Pertama, menimpa Subari saat Piala Tiger (Kini Piala AFF) 2002. Subari jatuh dari bus saat menyaksikan laga Indonesia melawan Filipina,  23 Desember 2002. Kedua, Rena Alvino Arena, 21 dan ketiga Kusmanto, 29. Keduanya terinjak-injak saat menyaksikan final SEA Games 2011 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 21 November 2011.

“#SOS turut prihatin dan berbela sungkawa atas meninggalnya Catur. Ini harus menjadi renungan dan introspeksi kita bersama sebagai pecinta sepak bola. Banyak hal yang harus segera dibenahi secara serius terkait keamanan dan kenyamanan penonton. Sepak bola itu hiburan, bukan kuburan,” kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer #SOS. “Terhitung selama 2017 sudah 10 nyawa hilang atas nama sepak bola. Ini yang tertinggi kedua setelah 2012 yang menelan 12 korban jiwa. Satu nyawa saja sudah sangat mahal untuk sepak bola kita,” Akmal menambahkan.

Berdasarkan hasil investigasi tim #RelawanSOS sejatinya Panitia Pelaksana pertandingan tim nasional saat melawan Fiji sudah bekerja maksimal menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP). Barang-barang yang dilarang masuk ke stadion sudah diamankan jelang pertandingan. Minuman botol diganti dengan plastik. Rokok atau korek api juga diamankan. Tapi, panpel lalai dan kecolongan di babak kedua. Beberapa pintu masuk dibuka bebas. Penonton bisa keluar masuk membawa botol minuman, mi gelas, makanan ringan, dan lain-lain. “Ini kebiasaan panpel kita. Bukan cuma di level timnas, tapi juga klub. Mungkin perhatian mereka terfokus menyaksikan pertandingan sehingga kecolongan di saat-saat krusial. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk kedepannya,” kata Akmal. “Panpel kecolongan dan lalai. Perlu ada punish and reward untuk kejadian seperti ini. Bila panpel klub lalai mendapatkan sanksi dari PSSI, hal sama harus diberlakukan. Sepak bola kita butuh keteladanan,” Akmal menambahkan.

Ke depan, PSSI sejatinya perlu mensosialisasikanFIFA Stadium Safety and Security Regulations. Bukan hanya kepada panpel, pihak keamanan, tapi juga kepada klub, dan penonton agar semua saling mengingatkan. Dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations halaman 44 tentangSecurity Check. Bahkan dalam lampiran C halaman 95 tentang Recommended content of the stadium code of conduct  secara gamblang dipaparkan barang-barang yang “haram” masuk stadion. Dalam poin a misalnya disebutkan a) Any item that could be used as a weapon, cause damage and/or injury or be used as a projectile.(Setiap benda yang bisa digunakan sebagai senjata, menyebabkan kerusakan dan atau cedera atau digunakan sebagai proyektil). Minuman beralkhohol, spanduk sara, benda-benda tajam dan tumpul, rokok, korek api, laser sampai petasan juga dilarang. “Kebiasaan petugas keamanan kita yang asyik menonton pertandingan dibandingkan menjaga keamanan di luar dan dalam stadion juga harus dibenahi. Steward dan petugas kepolisian harus fokus menjalankan tugasnya seperti tertera dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations,” Akmal memaparkan.

Sudah waktunya pula suporter juga dibuatkan regulasi. Football Spectator Act (FSA) yang diberlakukan di Liga Inggris sejak 1989 bisa dijadikan rujukan. FSA mewajibkan seluruh suporter di Inggris memiliki kartu keanggotaan dari tim yang mereka dukung. Ini untuk mengidentifikasi suporter yang bikin rusuh. “Mereka akan dicabut kartu anggotanya serta tak boleh menonton pertandingan seumur hidup di stadion bila dinyatakan bersalah,” kata Akmal.

FSA juga mengatur keberadaan Badan Otoritas Lisensi baru yang bertugas memberi, atau mencabut izin sebuah stadion untuk menyelenggarakan pertandingan. Kewenangan besar diberikan kepada Badan Lisensi agar tak ada lagi merekomendasikan stadion yang tingkat keamanannya rendah. “Yang pasti PSSI, operator, panpel dan juga klub harus memberikan pembinaan kepada penonton, supporter, fans. Mulai dari rule of games sampai kepada sanksi-sanksi yang akan diberikan bila melakukan pelanggaran di dalam maupun di luar stadion. Ini salah satu cara untuk mencegah potensi kekerasan yang berujung tumbal nyawa ke depannya,” Akmal mengungkapkan. “Buat apa ada sepak bola bila masih ada darah, nyawa, dan air mata terbuang sia-sia. Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus bertanggung jawab terhadap kejadian ini. Melakukan langkah-langkah konkret segera.” ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *