Kabar
Ali: Dianggap Toghut, Polisi Jadi Target Aksi Teror

TIGA anggota polisi gugur menyusul aksi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, menandakan bahwa Polri sebagai aparat penegak hukum memang menjadi terget aksi terorisme tersebut.
Sekretaris Pusat Studi Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Ubhara Jakarta Raya (UBJ), Ali Asghar, memberi beberapa catatan atas kasus bom bunuh diri yang terjadi pada Rabu (24/5/2017) malam di kawasan Kampung Melayu. Selain tiga orang polisi gugur, dua pelaku bom bunuh diri juga tewas, sementara 10 orang lainnya mengalami luka-luka. Aksi teror tersebut mengagetkan, karena hanya selang dua hari setelah kasus serupa yang terjadi di Manchester Arena, saat ujung akhir konser penyanyi pop asal Amerika Serikat, Ariana Grande.
Catatan pertama, menurut Ali adalah, peristiwa bom Kampung Melayu terjadi tidak lama jaraknya dengan teror di Manchester, Inggris pada tanggal 22 Mei 2017. “Pola yang sama seperti kasus bom Thamrin yang terjadi tidak berapa lama jarak waktunya dengan kasus teror di Paris ketika itu,” papar Ali.

Sekretaris Puskamnas, Ali Asghar.
Catatan kedua, lanjut Ali, target serangan nampaknya diarahkan kepada aparat kepolisian. Polisi menjadi target serangan terorisme, tidak saja di Indonesia tetapi hampir di seluruh dunia, target serangan teror banyak diarahkan kepada aparat kepolisian atau penegak hukum.
“Ada banyak alasan, namun salah satunya mungkin kita mengatakan bahwa ada motif balas dendam terhadap polisi karena banyaknya kelompok dan jaringan mereka yang ditangkap dan terbunuh ditangan polisi.,” katanya.
Menurut Aly, polisi dimusuhi pelaku dan kelompok terorisme, karena para aparat tersebut dianggap sebagai thogut. Dengan demikian, mereka menjadi target utama kelompok terorisme, karena dianggap menghalangi cita-cita yang mereka inginkan.
Catatan ketiganya, menurut Aly adalah menyangkut pilihan tempat. Lokasi yang dipilih sebagai target sangat sangat strategis. Pasalnya, lokasi serangan di terminal kampung Melayu itu sangat ramai pada jam tersebut, sehingga memicu kepanikan masyarakat. Sekalipun efek ketakutan itu nampaknya kurang berhasil digarap, karena masyarakat terlihat malah mendekati lokasi.***