Entertainment
’99 Nama Cinta’ tentang Islam yang Ramah dan Penuh Kasih
JAYAKARTA NEWS— Banyak pendapat tentang arti cinta. Orang Jawa bilang ‘witing tresna jalaran saka kulina’ yang artinya cinta tumbuh dari kebiasaan. Apa bedanya cinta sejati dan cinta platonis? Siapakah sebenarnya yang memiliki cinta sejati?
Pada hakekatnya, cinta itu selalu ada dalam perbuatan dan manusia pada dasarnya ingin dicinta dan mencinta. Cinta bisa dirasakan dalam setiap helaan nafas dan dilakukan secara sadar maupun tidak oleh makhluk yang bernyawa.
Sineas Garin Nugroho mencoba membuka mata tentang makna cinta selaku penulis skenario melalui film ’99 Nama Cinta’. “Cerita film ini terinspirasi dari Asmaul Husna tentang 99 Nama Allah,” terang Garin.
Ya, bahwa Allah bersifat penuh cinta, kasih, penuh ampun dan penyabar. Ar rahman dan Ar rahim. Maha pemurah dan maha penyayang. Sutradara Danial Rifki tampaknya paham dengan apa yang ditulis Garin yang sudah Haji itu.
Dari awal sampai akhir, cerita dipenuhi ujaran dan ajaran ihwal cinta : cinta kepada sesama, cinta kepada orangtua dan ujungnya, cinta kepada lawan jenis. Danial Rifki kali ini berhasil mengeksekusi inti dan hakiki cerita yang mengalir runtun ini, yang jelas dapat menggiring penonton ikut mencari makna cinta sedari awal hingga menemukan jawabnya di akhir cerita.
Melalui perjalanan Talia (Acha Septriasa), seorang wanita ambisius yang berkarir sebagai presenter dan produser infotainmen yang mengalami lika-liku dalam pencarian makna cinta. Mendadak hadir Kiblat (Deva Mahenra) yang seakan ingin mempresentasikan jika kehidupan ini perlu sosok yang bisa melebur dengan berbagai lingkungan untuk mengajarkan kebaikan.
Kisah romantis tumbuh dari dua insan dengan latar belakang yang berbeda : Kiblat anak Kiai dan Talia anak milenial. Kemudian, berseliweran Chandra (Susan Sameh), tokoh antagonis. Ada pula Mlenuk (Adinda Thomas) yang penuh cinta mendampingi Talia dalam suka dan duka. Serta Husna (Chiki Fawzi) yang berusaha mendapatkan cinta sejatinya.
Sebuah film yang tidak menggurui dan tidak menghakimi umat. Semua mengalun dan mengalir tenang karena cinta. Karena cinta itu kasih dan sayang. Ada yang cemburu tapi ada yang berhasil. Sebuah syiar kontemporer yang tidak memukul tapi merangkul. (pik)