Connect with us

Kuliner

Yang Beda dari Pecel Pincuk Mbok Sador

Published

on

Pecel Mbok Sador di Semarang. Aneka sayur tertutup bumbu kacang yang lezat. Foto: Resti Handini

SAYURAN rebus dibumbui sambel kacang dengan tambahan kerupuk, emping tentu tidak asing lagi. Anda pasti mengenal atau menyukai makanan yang biasa disebut pecel ini.

Sebenarnya yang membuat beda pecel mbok Sador adalah disajikan pada malam hari dan hanya di trotoar jalan alias di pedestrian. Bahasa gaulnya emperan toko. Tapi jangan heran jika para penikmat pecel ini datang bermobil dan untuk menikmatinya kadang harus antre.

Dengan dibantu dua asisten, penerus si mbok ini setiap harinya berjualan di Jalan Gajah Mada, Semarang. Tepatnya di depan sebuah hotel berbintang. Dari pukul 17.00 sore hingga pukul 23.00. “Habis gak habis, kami tutup jam sebelas malam, kadang agak lebih malam kalau tamu masih makan dan ngobrol,” ujar salah satu asisten.

Aneka sate dan rempeyek, “teman” makan Pecel Mbok Sador. Foto: Resti Handini

Mungkin Anda tidak percaya begitu saja dengan banyaknya penikmat pecel yang satu ini sebelum mencobanya. Hanya dari mulut ke mulut. Kami pun usai menghadiri acara nikahan, mampir ke tempat jualan pecel mbok Sador. Seperti umumnya turis domestik, selalu tidak puas jika hadir di sebuah kota tidak menikmati kulineran makanan yang “beda”.

Kebetulan penikmat pecel sebelum kami hanya ada enam anak muda, kami pun cepat mendapat layanan keponakan si mbok yang sudah berjualan sejak tahun 1993. Kami cukup menyebut sayuran yang kita inginkan. Karena sayuran yang tersedia sangat lengkap: daun pepaya, daun kenikir, kacang panjang, daun ubi, kol, bayam, bunga turi, tauge.

Dengan penyajian di atas kertas yg dilapisi daun pisang-dipincuk, sayuran pun tidak tampak sama sekali sudah tertutup dengan guyuran sambal kacang. Nikmatnya pecel mbok Sador terasa pas sekali baik pedasnya, asin, manis, dan gurihnya. Dengan teman minum hanya dua pilihan air jeruk dingin/hangat, pilihan lainnya teh tawar/manis.

Ibu-ibu dari Jakarta, menyantap pecel Mbok Sador. Foto: Resti Handini

Tidak hanya itu, “teman-teman” pecel pun masih banyak. Sebut saja rempeyek kacang, teri, kerupuk gendar, sate kerang, telur puyuh, sate gatra (telur ayam yang belum jadi), iso, usus ayam, babat, paru, daging sapi, ampela. “Rugi kalau kita pesan hanya pecel standar. Harus kita tambahkan camilan lainnya,” tutur pendatang dari Jakarta yang tampak lahap menyantap pecel dan “teman-temannya”.

Satu lagi yang tidak umum di pecel mbok Sador. Yaitu disediakan semacam martabak ukuran 5x 5 cm disebutnya bantal karena betuknya yang mirip bantal. Pelanggan dapat makan pecel dengan bantal atau nasi. Di bulan Ramadhan? Tentu saja pembeli lebih banyak datang usai bertarawih.***

Rombongan dari Jakarta, merasa kurang afdol kalau belum kulineran khas. Mereka pun rela makan di emperen toko, demi kuliner khas Semarang, Pecel Pincuk Mbok Sador. Foto: Resti Handini

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *