Connect with us

Kesehatan

Sayangi Anak dengan Imunisasi DPT Cegah Difteri

Published

on

MASYARAKAT Indonesia saat ini sedang mencemaskan penyakit menular difteri. Penyakit ini telah menelan banyak korban jiwa dan karenanya beberapa daerah bahkan DKI Jakarta telah menetapkan kondisi luar biasa terhadap penyakit difteri. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Kusmedi Priharto pekan lalu (8/12) mengatakan Pemprov DKI Jakarta menetapkan difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB). Hal itu terjadi karena jumlah kasus difteri di Jakarta tahun ini meningkat menjadi 25 kasus dibandingkan tahun sebelumnya hanya 17 kasus.

Hingga kini pasien difteri yang masih di rawat di rumah sakit RS Sulianti tercatat delapan pasien. Karena itu DKI Jakarta mulai Senin (11/12) ini akan melakukan vaksinasi di dua wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara yang menjadi fokusnya.

Sementara itu Kementerian Kesehatan hingga 2017 mengumumkan 11 provinsi meliputi 95 kabupaten dan 20 kota telah melaporkan KLB difteri dengan korban meninggal dunia sebanyak 32 orang. Difteri merupakan  penyakit menular akibat kuman Corynebacterium Diptheriae. Dokter Soedjatmiko, Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan difteri adalah penyakit menular akibat bakteri Corynebacterium Diptheriae yang mudah sekali menular melalui batuk atau bersin.

Bakteri tersebut paling banyak bersarang di tenggorokan dan hidung sehingga membentuk selaput putih dan tebal yang lama-lama menutupi saluran nafas. Bakteri tersebut juga bisa mengeluarkan racun atau toksin yang bisa melumpuhkan otot jantung, dan saraf. Menurut Soedjatmiko bakteri yang bisa melumpuhkan otot jantung dan saraf itulah yang kemudian menyebabkan kematian.

Penyakit ini dapat menyerang mulai bayi hingga remaja. Ia juga menegaskan bahwa sebagian besar atau hampir dua pertiga yang terkena difteri karena belum pernah diimunisasi sama sekali, atau belum pernah diimunisasi DPT. Gejala penyakit difteri ini yaitu penderita difteri adalah terdapat selaput putih tebal di tenggorokan atau di hidung, apalagi disertai leher bengkak. Jika mendapati gejala itu, segera bawa ke puskesmas, atau RS terdekat.

Penderita difteri, harus dirawat inap, lalu diberi antibiotik dan  harus diisolasi selama dua minggu. Untuk menghindari penularan semua yang di sekitarnya baik itu ibu, nenek, kakak, kerabat lainnya patut diperiksa juga. Yang perlu diprioritas untuk imunisasi adalah mereka yang kontak dengan pasien, apakah anggota keluarga, teman sekolah, atau tetangga.

Kematian akibat difteri di antaranya disebabkan karena terlambat dibawa ke RS, otak kurang oksigen meninggal atau kuman mengeluarkan racun sehingga menganggu fungsi jantung. Semakin cepat ditangani semakin besar kemungkinan selamat. Begitu diketahui selaput putih-putih di tenggorokan, dan di hidung dibawa ke RS diobati cara benar maka penderita kemungkinan besar akan selamat. Sebaliknya keterlambatan penanganan pasien difteri bisa meninggal atau terpaksa dibolongi lehernya untuk bisa bernafas.

Difteri bisa dicegah dengan imunisasi atau pemberian vanksi DPT pada anak. Imunisasi untuk cegah difteri ini harus diulang setiap 10 tahun.

Pentingnya imunisasi

Kejadian KLB difteri ini penting untuk diketahui ibu muda. Karena proses imunisasi DPT  akan berdampak pada kesehatannya saat besar nanti. Soedjatmiko mengatakan, idealnya sampai umur 1 tahun anak mendapatkan imunisasi atau vaksin DPT sebanyak tiga kali. Imunisasi DPT harus dilanjutkan saat umur 2 tahun sebanyak empat kali  Sampai umur 5 tahun dianjurkan sedikitnya dilakukan lima kali imunisasi DPT.

Banyak orangtua yang tidak mengetahui bahwa imunisasi DPT tetap harus dilakukan hingga anak  umur 6 tahun. Saat usia itu sedikitnya diberikan enam kali vaksin DPT. Kemudian pada umur 7 tahun juga sebaiknya diberikan tujuh kali DPT. Bahkan hingga tamat SD kalau bisa sudah delapan kali DPT.

Untuk umur di atas 7 tahun, nama vaksinnya bukan DPT, tapi Td, beda vaksin tapi yang penting ada komponen D-nya. Dengan kejadian ini, orangtua mulai sekarang harus memperhatikan lagi imunisasi yang telah di berikan kepada anak. Ayo datang ke posyandu atau Puskesmas untuk imunisasi DPT. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *