Connect with us

Kabar

Puisi di Antara Taman, APD, dan Manekin

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Di masa pandemi covid 19, membaca puisi tidak harus di panggung, tapi bisa di mana saja, di taman misalnya, di ruang tamu, di tepi jembatan, atau di tepi sawah. Itu pula yang selama ini dilangsungkan untuk ajang Sastra Bulan Purnama dalam seri Poetry Reading From Home.

Sastra Bulan Purnama edisi 110, Senin 2 November 2020, pkl. 19.30 di kanal youtube Sastra Bulan Purnama, Poetry Reading From Home seri 9, para pembaca mengambil lokasi yang berbeda-beda, dan latar belakang yang tidak sama. Rita Ratnawulan misalnya, yang tinggal di Jakarta mengambil taman di dekat rumahnya sebagai latar belakang dalam membaca puisi.

Lain lagi dengan MM. Tri Suwarni, di Magelang. Titin, begitu ia akrab disapa, sehari-harinya sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas, ia mengenakan APD dalam membaca puisi, sekaligus untuk menegaskan bahwa protokol kesehatan penting dilakukan. Ia mengambil lokasi di Puskemas untuk membacakan dua puisi di Sastra Bulan Purnama.

MM Tri Suwarni

Ada juga yang membaca puisi dengan latar belakang menekin, barangkali di rumahnya sebagai butik, dan ada menekin, sehingga Sindi Novitasari membaca puisi sambil berdekatan denga menekin. Tedi Kusairi lain lagi, dia membaca puisi di ruang tamu rumahnya, dan hiasan drawing yang memvisualkan wajahnya menjadi dekorasi dalam membaca, tersedia pula segelas kopi yang tinggal separuh.

Ada yang memilih lokasi lain, dengan latar belakang buku yang dipajang di rak, setidaknya memberi kesan, bahwa penyair memang perlu banyak membaca, atau setidaknya memiliki koleksi buku, hal ini setidaknya bisa dilihat dari penampilan 3  penyair Yogya, ialah Anes Prabu Sajarwo, Latief S. Nugroho dan S. Arimba. Buku, puisi dan penyair seolah saling terkait dan tak bisa dipisahkan.

Tedi Kusairi

Ada juga penyair membaca puisi dengan mengambil latar belakang jendela antik yang menjadi asesori dinding, dalam arti, jendela hanya ditempelkan di dinding sebagaimana lukisan, dan membaca puisi sambil mengenakan pakaian Jawa, hal ini dilakukan oleh Joko Pinurbo.

Pilihan latar belakang dan lokasi, dari penyair yang tampil di Sastra Bulan Purnama, karena sifatnya masih Poetry Reading From Home, sehingga setiap penyair bisa mengambil lokasi di mana saja, termasuk tidak harus keluar dari rumah.

Selama masa pandemi covid 19, yang sudah berjalan selama 8 bulan, Sastra Bulan Purnama, yang selama ini, sudah 9 tahun diselenggarakan, selalu dilakukan di ruang terbuka baik berupa Amphytheater atau di pendhapa, setidaknya ketika musim hujan tiba, SBP, kependekan dari Sastra Bulan Purnama tetap terus berjalan.

Tidak hanya membaca puisi yang ditampilkan, tetapi juga lagu puisi, seperti apa yang dilakukan Kawan Doni, yang menggarap puisi S.Arimba dan Umi Kulsum menjadi lagu,. Dan ditampilkan di Sastra Bulan Purnama.

Sindi Novitasari

Selain penyair yang tampil membaca puisi, ditampilkan juga pembaca puisi tamu. Yang membawakan puisi karya penyair lain. Misalnya, Sri Suryawidati, yang pernah menjabat sebagai Bupati Bantul periode 2010-2015, membacakan puisi karya Umi Kulsum. Rita Ratnawulan (Jakarta) membacakan 3 puisi karya Ons Untoro dan MM.Tri Suwarni (Magelang) membacakan 2 puisi karya penyair yang sama.

Penyair lainnya membacakan puisi karya sendiri. Ada yang membacakan 3 puisi, 1 puisi dan 2 puisi. Dari 14 penampil, termasuk 3 pembaca tamu dan Kawan Doni yang mengalunkan lagu puisi, durasi waktunya satu jam, Padahal, biasanya, jika pentas dilakukan secara offline, memerlukan waktu 2-2,5 jam, sehingga SBP yang biasanya dimulai pukul 20.00 akan selesai puku 22.30.

Untuk kali ini, pada Sastra Bulan Purnama edisi 110, Poetry Reading  From Home seri 9, menampilkan penyair dari Yogyakarta, tetapi ada pembaca tamu dari dua kota yang berbeda, yakni Jakarta dan Magelang. Padahal, selama ini, dan juga 8 bulan ini, para penampil selalu datang dari kota yang berbeda-beda. (*/rr)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *