Connect with us

Entertainment

PPHUI Gagas Berdirinya Museum Sinematek

Published

on

Insan film sedang meriung (foto Toto!)

JAYAKARTA NEWS— Seluruh khalayak yang memenuhi Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, berdiri takzim dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ozy Syahputra yang populer diteriaki Si Manis Jembatan Ancol berdiri di depan memimpin.

Acara lalu dilanjutkan dengan penampilan Paramitha Rusady yang menggotong gitar akustik melantunkan beberapa lagu lawas seperti ‘Juwita Malam’, ‘Galih dan Ratna’ dan ‘Ibu’ yang dicomot dari nomor lagunya Iwan Fals. Mitha yang masih cantik sukses menggiring khalayak bareng mendendangkan lagu lawas tersebut.

Acara meriung bersama artis-artis jadul sore itu sangat meriah. Mereka yang lama tak berjumpa saling rangkulan, pelukan, salaman dan cipika cipiki.

Sederet artis jadul, produser, sutradara dan pegiat perfilman tampak hadir dengan pesona dan kharismanya. Ada Deddy Mizwar (Ketum PPFI), Sonny Pudjisasono, SH (Ketua YPPHUI), Djonny Syafruddin (Ketum GPBSI), Gunawan Pagaru (Ketum BPI), Akhlis Suryapati (Ketua Sinematek), Rudy Sanyoto, Toto Soegriwo dan insan film yang lain.

Sementara di area depan punggawa-punggawa Parfi duduk sebaris. Tampak Alicia Djohar (Ketum Parfi), Pong Hardjatmo, Harry De Fretes (penggagas Lenong Rumpi), Ully Sigar Rusady, Aty Cancer, Ozy Syahputra, Paramitha Rusady, Lely Sagita, Rency Milano, Yatty Octavia, Silvana Herman, Adi dan Iyut Bing Slamet, Robby Bo dan masih banyak lagi.

“Kita berkumpul di sini adalah dalam rangka soft launching Museum Sinematek Indonesia. Jujur, data penyimpanan seluloid dan bidang film kita saat ini sangat terbatas,” ucap Sonny Pudjisasono, SH menjelaskan maksud dan tujuan riungan artis.

Alasan kuat pendirian Museum Wandi Tutoroong selaku Deputi 4 Kepala Staf Kepresidenan (KSP) yang hadir mewakili Moeldoko menyambut baik pendirian Museum Sinematek.
“Pendirian Museum Sinematek untuk pengarsipan film dan pendataan serta pendokumentasian perfilman Indonesia. Dan ini bermanfaat demi pengembangan seni budaya bagi generasi muda Indonesia,” papar Wandi Tutoroong.

Sinematek adalah untuk meningkatkan peran dan fungsi Sinematek sebagai pusat semua kegiatan film dan pengarsipan sejarah film Indonesia agar tersimpan baik dan rapi.

“Kita nantinya akan mengundang ahli museum yang menerapkan manajemen modern sehingga pengarsipan film enggak berantakan. Kita juga akan mendata film-film apa saja yang bakal direstorasi di luar negeri agar kondisinya bisa lebih baik. Beberapa film koleksi kita memang keadaannya jelek, blaur dan suara enggak kedengaran lagi,” urai Djonny Syafruddin selaku Ketua Badan Pembina YPPHUI.

Sebagai inisiator pendirian Museum, Sonny Pudjisasono, SH menggarisbawahi Sinematek yang memiliki rentang sejarah film sejak tahun 1971 yang digagas pertama oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Kemudian, berdirilah Komplek Film tahun 1974. Dari sini berubah menjadi Yayasan Artis Film, Yayasan Citra dan terakhir sepakat menjadi Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI).

“Kita sejak lama mengelola secara mandiri dan enggak ada bantuan Pemerintah,” tegas Sonny Pudjisasono.

Walhasil, undangan diskusi dan ngumpul-ngumpul sesama artis agar bisa berjalan secara integral, dan bersatu dalam satu wadah.

Ya, Sinematek adalah tempat yang menyejarah di bidang film. Dan menjadi satu-satunya situs perfilman Indonesia. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *